Kedis Curik (Kreativitas Membuat Media Estetik, Cerdas, Unggul, Kreatif, Inovatif, dan Unik) dari Bagian-bagian Tumbuhan Tua Warga Belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha Oleh : I Wayan Mertayasa, S.Pd., M.Pd PKBM Amertha Yulia Ganesha-Bali 081238134236 iwayanmertayasaayg@gmail.com





Kedis Curik (Kreativitas Membuat Media Estetik, Cerdas, Unggul, Kreatif, Inovatif, dan Unik) dari Bagian-bagian Tumbuhan Tua Warga Belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha
Oleh : I Wayan Mertayasa, S.Pd., M.Pd
PKBM Amertha Yulia Ganesha-Bali
081238134236
iwayanmertayasaayg@gmail.com


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang masalah
Globalisasi merupakan suatu proses interaksi dan integrasi antara orang, perusahaan, maupun negara di seluruh dunia. Di era globalisasi, dunia seakan tak berjarak. Semua orang diseluruh penjuru dunia bisa mengakses informasi ataupun berinteraksi dengan mudah. Di era globalisasi terjadinya perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, seperti IPTEK, ekonomi, politik, budaya, seni serta pendidikan.
Globalisasi berdampak pada persaingan global atau persaingan dunia. Semua negara di dunia berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Untuk mampu bersaing di era globalisasi, sumber daya manusia yang bermutu adalah syarat yang mutlak. Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. SDM yang bermutu adalah sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan (Knowledge), keterampilan (skill) serta yang tidak kalah pentingnya adalah yang memiliki moral, mental, serta karakter (attitude) yang baik.
Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mencetak SDM yang bermutu. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan proses memanusiakan manusia. Pendidikan harus mampu menciptakan manusia yang berpengetahuan, berketerampilan dan berkarakter.
Di Indonesia, tidak semua orang beruntung bisa mengenyam pendidikan formal. Namun, 90% dari orang sukses adalah mereka yang berpendidikan paling tidak melek aksara (bisa menulis, membaca dan berhitung). Sehingga dalam hal ini, pendidikan nonformal adalah alternatif agar sumber daya manusia tetap mampu bersaing. Salah satu contoh pendidikan nonformal adalah pendidikan kesetaraan Paket A.
Paket A merupakan program pendidikan dasar yang setara dengan pendidikan SD, pada jalur pendidikan nonformal yang dapat diikuti oleh peserta didik yang ingin menyelesaikan pendidikan setara SD. Lulusan Program Paket A berhak mendapat ijazah dan diakui setara dengan ijazah SD serta memiliki keterampilan untuk bekerja di industri/dunia usaha.
Kesetaraan Paket A adalah salah satu Program Kerja yang ada di PKBM Amertha Yulia Ganesha Br. Dinas Kubakal, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Banjar Dinas Kubakal adalah salah satu Br. Dinas di Bali yang terletak di perbatasan Kabupaten Karangasem dengan Kabupaten Bangli. Br. Dinas ini masih banyak yang Buta aksara serta tidak tuntas pendidikan wajar Sembilan tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah. Sebagian warga Banjar Dinas Kubakal memang masih berada di garis kemiskinan. Banyak anak putus sekolah, bahkan ada yang tidak bisa mengeyam pendidikan karena masalah ekonomi. Kurangnya pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya penanaman Pendidikan Karakter pada program kesetaraan Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha. Sehingga warga belajar memiliki kecenderungan untuk bersikap diluar ranah-ranah kedisiplinan. Beberapa sikap yang kerap ditunjukkan oleh warga belajar yang menunjukkan rendahnya nilai-nilai karakter di Kesetaraan Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha antara lain : (1) tingkat kehadiran WB paket A yang masih rendah; (2) motivasi belajar WB paket A yang masih rendah; (3) tingkat kemandirian WB paket A saat mengerjakan tugas masih sangat rendah, dan lain sebagainya.
Untuk membangun karakter Warga Belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha, Tutor menanamkan konsep Pemanfaatan Lagu-lagu Karakter  untuk membangun karakter warga belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha.
Penanaman Konsep lagu-lagu pendidikan karakter diyakini mampu membangun karakter warga belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha. Melalui lagu-lagu yang mengandung pedidikan karakter diharapkan mampu membentuk karakter warga belajar. Lagu-lagu pendidikan karakter merupakan alternatif yang paling mudah untuk menjabarkan nilai-nilai karakter melalui materi yang dilagukan/dinyanyikan.

B.       Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam karya nyata ini dapat dirumuskan yaitu, Apakah lagu-lagu pendidikan karakter mampu membangun karakter warga belajar Paket A kelas V PKBM Amertha Yulia Ganesha Tahun Pelajaran 2017/2018?

C.      Tujuan (Best Practice)
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan karya nyata ini yaitu, untuk mengetahui lagu-lagu pendidikan karakter dapat membangun karakter warga belajar Paket A kelas V PKBM Amertha Yulia Ganesha.

D.      Manfaat
1.    Manfaat Teoretis
Penerapan lagu-lagu karakter yang diterapkan pada karya nyata ini diharapkan dapat membangun karakter warga belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha.
2.    Manfaat Praktis
a.       Bagi warga belajar, lagu-lagu pendidikan karakter mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mampu mengembangkan karakter warga belajar.
b.      Bagi tutor atau pun pendidik, lagu-lagu pendidikan karakter dalam karya nyata ini bisa dijadikan referensi dalam melakukan pembelajaran yang inovatif dalam hal peningkatan nilai-nilai karakter warga belajar Paket A PKBM Amertha yulia Ganesha.

E.       Batasan Istilah
1.      Lagu : menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia merupakan berbagai irama yang meliputi suara instrumen dan bernyanyi
2.      Karakter : watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil pembelajaran atau interaksi dengan lingkungan.

F.       Ruang Lingkup
Karya nyata ini terbatas pada penanaman konsep lagu keagamaan untuk membangun karakter warga belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha. Karakter dikatakan berkembang apabila rata-rata pada aspek karakter tersebut lebih dari 0,50.



BAB II
INOVASI PEMBELAJARAN

A.      Bentuk Inovasi
Inovasi pembelajaran yang dilakukan berbentuk konsep lagu-lagu pendidikan karakter (lala pendikar). Dalam karya nyata ini, lala pendikar yang dikembangkan bebas berdasarkan kreativitas dan ide dari masing-masing Tutor Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha. Lagu-lagu Pendidikan karakter merupakan lagu-lagu yang sengaja dibuat oleh Tutor, dimana liriknya mengandung nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter dikemas sedemikian rupa melalui kalimat yang dinyanyikan. Dengan menyanyikan kalimat-kalimat yang mengandung nilai-nilai karakter, diharapkan otak WB akan secara spontan merespon hal-hal yang mengandung nilai-nilai karakter.
Sebelum menerapkan kedis curik dari kawat lilit pada warga belajar Paket A, kedis curik diterapkan pada siswa SD N 3 Pempatan pada materi Seni Budaya dan keterampilan (SBK). Tutor memanfaatkan kawat lilit. Ternyata pada penerapan ini ditemukan kendala, dimana ada beberapa siswa yang tidak bisa membuat bakalan bonsai karena harus melilitkan beberapa tangkai kawat sehingga bakalan awal kelihatan bagus, namun tidak semua siswa bisa melakukannya.
Untuk itulah, diperlukan inovasi pembelajaran, agar siswa/ wb mudah melakukannya. Dalam hal ini Tutor menggunakan alternatif memanfaatkan sisa-sisa tumbuhan tua seperti: batang, akar, kelopak termasuk bonsai yang sudah mati untuk diolah ulang menjadi tiruan bonsai yang bernilai jual.
Jadi, secara singkat bentuk inovasi pembelajaran dalam karya nyata ini adalah kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua menjadi tiruan bonsai yang bernilai jual tinggi sebagai penunjang materi keterampilan fungsional pada program kesetaraan Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha. Proses pembelajaran dengan menggunakan konsep kedis curik ini mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus menantang. Dan yang terpenting adalah dengan penerapan konsep ini, proses pembelajaran dapat terjadi secara holistik, dimana selain mendapatkan pengetahuan, warga belajar juga dapat melatih kemampuan nalarnya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mengolah sisa-sisa tumbuhan tua menjadi tiruan bonsai yang bernilai jual tinggi. Selain itu, untuk mencari bahan bakunya sangatlah gampang karena tersedia di alam, serta mengolahnya sangatlah mudah.
Karena untuk membentuk pola/bakalan dasar cukup dengan memadukan antara sisa batang tua dengan akar kemudian ditempelkan daun bonsai plastic atau hasil olahan kelopak buah kelapa. Adapun gambar bonsainya seperti di bawah ini.
Gb1. Bakalan Bonsai dari Sisa-sia kayu Tua
Gb2. Bakalan Bonsai dari Sisa-sia kayu Tua yang sudah dikasi daun
 












B.       Prosedur Karya Inovasi
Adapun sintak konsep kedis curik dari bagian-bagian tumbuhan tua dibagi menjadi tujuh fase, yaitu kreativitas, media estetika, cerdas, unggul, kreatif, inovatif, dan unik.
Keterangan lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Sintak konsep kedis curik
Fase- fase
Kegiatan Tutor
Kegiatan Warga Belajar
Fase 1
Kreativitas
Memberikan model/contoh deskripsi kepada warga belajar. Model yang diberikan bisa dalam bentuk video, audio, ataupun bisa langsung dilakukan oleh tutor.
Berkreativitas, menciptakan bentuk bakalan dan jenis bonsai sesuai dengan ide yang dimiliki. Entah bonsai tegak, bengkok, tumbuh ke atas, ke bawah atau ke samping.
Fase 2
Media Estetika
Bersama dengan warga belajar mengkonsepkan bentuk-bentu apa saja yang akan dibuat, lekukan-lekukan batang bonsai dan teknik menempelkan daun pada bakalan bonsai yang sudah dibuat, sehingga memiliki nilai-nilai keindahan yang relatif tinggi.
Bersama tutor mengkonsepkan bentuk-bentu apa saja yang akan dibuat, lekukan-lekukan batang bonsai dan teknik menempelkan daun pada bakalan bonsai yang sudah dibuat, sehingga memiliki nilai-nilai keindahan yang relatif tinggi.
Fase 3
cerdas
Melatih peserta didik untuk mengasah kecerdasannya agar mudah memahami dan mengerti cara mengembangkan ide dan kreativitas yang dimiliki WB.
Mengembangkan ide-idenya menjadi bentuk, wujud yang diharapkan yakni dalam hal ini tiruan tanaman bonsai.
Fase 4
Unggul
Memberikan kesempatan peserta didik untuk menghasilkan produk yang lebih istimewa dari pada produk yang lainnya.
Adapun langkah-langkah penerapan kedis curik, yaitu.
Mendapat kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang sudah didapatkan
1
Menjelaskan cara membuat tiruan tanaman bonsai
Mendengarkan penjelasan tutor.
2
Membagi warga belajar menjadi berpasang-pasangan berdasarkan hitungan 1-4.
Menghitung 1-4. Yang kena hitungan 1 beranggotakan semua yang kena absen 1, kelompok 2 beranggotakan semua yang kena absen 2, dan seterusnya
3
Memberikan potongan-potongan kayu dan model daun yang akan dipakai.
Menerima potongan kayu, dan daun untuk dirangkai menjadi tiruan bonsai.
4
Meminta warga belajar melakukan praktek membuat tiruan bonsai dari bahan yang sudah ada.
Melakukan praktek membuat tiruan bonsai dari bahan yang sudah ada, dimana WB diberikan kebebasan untuk berkreasi sehingga karya yang dihasilkan bervariasi.
5
Memberikan reward bagi kelompok yang sudah selesai mengerjakan tiruan bonsai
Menerima reward dari tutor karena sudah mengerjakan tugas yang diberikan
6
Evaluasi/umpan balik
Mendengarkan evaluasi.
Fase 5
Kreatif
Tutor mengajak WB untuk mejelaskan hasil kerjanya
WB menjelaskan ide-ide kreatif yang sudah berhasil diwujudkan menjadi tiruan bonsai
Fase 6
Inovatif
Tutor bertanya kepada WB dari mana mendapatkan ide-ide cemerlang sehingga bisa mewujudkannya menjadi produk yang bernilai jual
WB menjawab pertanyaan Tutor
Fase 7
Unik
Tutor mengajarkan cara memasarkan Produk tiruan bonsai lewat media online dan face to face. Produk yang unik biasanya dicari dan digemari.
WB menyimak dan mengikuti arahan Tutor

Alur Pengerjaan Keterampilan Fungsional “Kedis Curik dari Bahan-bahan Tumbuhan Tua menjadi Tiruan Bonsai.

Gb.3. Tutor Mengadakan Sosialisasi Kepada Warga Belajar Paket A terkait Keterampilan Fungsional yang akan dikerjakan
1


Gb. 4. Tutor memperkenalkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengembangkan konsep kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua menjadi tiruan bonsai yang bernilai ekonomis
2

Gb.5. Sisa-sisa kayu tua, dan kelopak daun yang sudah dibuat dari kelopak buah kelapa tua yang siap diolah
3
Gb.6. Bakalan yang sudah di dalam pot, tinggal menempelkan daun/bungan yang diinginkan
4
    



Gb.7. Tiruan Bonsai yang sudah jadi dan siap di jual berdasarkan
Konsep Kedis Curik
5
 






Sebelum menerapkan konsep pembelajaran kedis curik dari bagian-bagian tumbuhan Tua, ada beberapa hal yang perlu disiapkan, diantaranya :
1.    Skenario pembelajaran/ RPP
2.    Sisa-sisa kayu yang sudah tua dan beruas-ruas, sisa-sia akar bambu, sisa akar tanaman jambu, sisa akar tanaman kopi, dan sisa tanaman jamal serta kelopak buah kelapa siap olah.


Gambar 8. Contoh sisa kayu dan kelopak siap olah






3.    Menyiapkan lembar observasi kerja
Dalam karya nyata ini ada dua lembar observasi yang digunakan. Pada lembar observasi pertemuan pertama, menggunakan lembar observasi kerja yang mengandung empat karakter yang menjadi forkus observasi, yaitu karakter jujur, mandiri, kerja keras, dan bertanggung jawab. Pada pertemuan kedua, konsep belajar kedis curik menilai empat karakter juga yang menjadi fokus tutor, diantaranya kreatif, rasa ingin tahu, serta menghargai usaha.
Table 2. Kisi-kisi Lembar observasi karakter pertemuan pertama
NO
Nama Warga Belajar
Hari Pertama
Jujur
Mandiri
Kerja keras
kreatif
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1

















Dst

















NO
Nama Warga Belajar
Hari Kedua
Tanggung jawab
Rasa ingin tahu
Peduli lingkungan
Menghargai prestasi
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1

















Dst

















 Keterangan :
1= Tidak Setuju                                       3 = setuju
2 = kurang setuju                                     4 = sangat setuju
4.    Menyiapkan lembar rubrik kemampuan berbicara
Ada tujuh aspek ketarampilan dalam konsep kedis curik yang diperhatikan, yaitu kreativitas, estetika, cerdas, unggul, kreatif, inovatif, dan unik.
Tabel 3. Kisi-kisi lembar observasi aspek keterampilan WB Paket A
No
Nama Warga belajar
Aspek Keterampilan
Total
kreativitas
Estetika
cerdas
unggul
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4







































No
Nama Warga belajar
Aspek Keterampilan
Total
kreatif
inovatif
unik
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4































5.    Menyiapkan permainan berhitung 1-4, untuk menentukan kelompok.

C.      Hasil Karya Inovasi
Penerapan konsep belajar kedis curik dari bagian-bagian tumbuhan tua dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, pada pelajaran keterampilan fungsional. Hasil karya inovasi ini ada dua, yaitu dalam hal perkembangan karakter dan bernilai jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
1.    Perkembangan Karakter
Kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua sangat tepat digunakan untuk mengembangkan karakter warga belajar karena secara tidak sadar warga belajar dilatih untuk jujur, mandiri, kerja keras, kreatif, tanggung jawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan dan menghargai prestasi.


Hasil lembar observasi karakter dianalisis dan dikategorikan sebagai berikut.
0,81 – 1,00      = sangat berkembang
0,51 – 0,80      = berkembang
0,00 – 0,50      = Belum berkembang
Hasil analisis lembar observasi karakter pada pertemuan pertama dan kedua dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil Observasi Karakter
No
Karakter yang berkembang
Persentase (%)
Rata-rata
Kategori
Pertemuan ke-1
1
Jujur
0,72
Berkembang
2
Mandiri
0,50
Belum Berkembang
3
Kerja keras
0,71
Berkembang
4
Kreatif
0,74
Berkembang
Pertemuan ke-2
5
Tanggung jawab
0,58
Berkembang
6
Rasa ingin tahu
0,53
Berkembang
7
Peduli lingkungan
0,72
Berkembang
8
Menghargai prestasi
0,74
Berkembang

Berdasarkan hasil analisis lembar observasi karakter, dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama penerapan konsep belajar kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua, ada satu karakter yang menjadi fokus belum berkembang.  Karakter yang berkembang pada warga belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha setelah penerapan kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua yaitu jujur, kerja keras, dan kreatif.  
a.     Jujur
Sebelum penerapan konsep kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua, banyak Warga belajar yang menyuruh temannya mengerjakan, saat mendapat keterampilan fungsional menjahit ketika diberikan tugas membuat pola jahitan. Mereka tidak begitu menyukai materi keterampilan fungsional dengan materi menjahit. Menurut WB, tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya, serta tidak ada yang bertanya kepada tutor. Hal tersebut menunjukkan sikap tidak jujur. Namun setelah penerapan konsep belajar kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua berupa tiruan bonsai, warga belajar tidak memiliki kesempatan untuk menyuruh temannya yang lainnya membuatkan. Karena yang dikerjakan mudah dilakukan serta dapat memacu wb berpikir kreatif karena diberikan kesempatan untuk berkreasi sebebas-bebasnya. Hal tersebut memicu mereka untuk jujur mengutarakan ketika mereka belum paham.
b.    Mandiri
Karakter ini belum berkembang. Meskipun ada tiga warga belajar yang sudah menunjukkan kemandirian dalam mengerjakan tugas, namun rata-rata pada aspek ini belum memenuhi kriteria.
c.     Kerja keras
Karakter yang berkembang sangat maksimal yaitu kerja keras. Penerapan kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua dapat memicu warga belajar untuk senantiasa bekerja keras dalam mengolah sisa-sisa tumbuhan yang ada menjadi produk yang indah dan bernilai jual.
d.    kreatif
Karakter kreatif berkembang pesat dengan penerapan kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua.
Pada pertemuan kedua penerapan konsep kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua, semua karakter yang menjadi fokus juga berkembang.  Karakter yang berkembang pada warga belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha setelah penerapan konsep Kedis Curik dari sisa-sisa tumbuhan tua yaitu tanggung jawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan dan menghargai prestasi.
a.     Tanggung jawab
Sebelum penerapan strategi kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua, rasa tanggung jawab wb dalam mengerjakan tugas masih sangat rendah. Kebanyakan masih mengandalkan bantuan teman. Namun ketika penerapan  konsep kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua, warga belajar harus bertanggung jawab, karena proses pengerjaan tiruan bonsai relatif mudah. Bakalan bonsai yang diolah adalah sisa-sisa batang yang memang sudah berbentuk bahkan ada yang menggunakan bakalan bonsai yang memang sudah jadi namun sudah mati.
b.    Rasa Ingin Tahu
Karakter Rasa Ingin Tahu juga berkembang, meskipun tidak maksimal. Namun, warga belajar sudah menunjukkan kesungguhannya dalam mencari tahu bentuk-bentuk bonsai yang bisa diciptakan.
c.     Peduli Lingkungan
Karakter Peduli Lingkungan juga berkembang. Warga belajar tidak merusak lingkungan dalam membuat tiruan bonsai. Karena hanya memanfaatkan sisa-sisa tumbuhan tua yang selama ini kurang mendapatkan perhatian. Yang semula digunakan sebagai bahan kayu bakar, kini dapat diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis dan memiliki nilai estetika yang tinggi.
d.    Menghargai Prestasi
Karakter ini terlihat ketika memberikan tepuk tangan sebagai tanda penghargaan atas keberhasilan temannya membuat bentuk bonsai yang indah.
Demikianlah beberapa karakter yang dapat berkembang dengan penerapan konsep kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua menjadi tiruan bonsai. Secara singkat karakter yang berkembang dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Grafik 1. Karakter yang Berkembang dengan Penerapan konsep kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah tua.
2.        Kemampuan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
Kedis curik (kreativitas membuat media estetik, cerdas, unggul, kreatif, inisiatif dan unik) dari bagian-bagian tumbuhan tua berupa tiruan bonsai ternyata selain dapat mengasah karakter warga belajar juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari WB. Hal ini, disebabkan oleh tingginya antusias masyarakat maupun lembaga organisasi kemasyarakatan untuk membeli produk ini digunakan sebagai sekadar hiasan rumah atau kantor. Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan rubrik tingkat kepuasaan masyarakat terkait produk WB paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha, didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 5. Tabel tingkat kepuasaan masyarakat
No
Nama Masyarakat
Penilaian Masy.
Tingkat Kepuasaan
1
2
3
4
Puas
Tidak Puas
1
I Wayan Sukadana (KSU Sri Sedana Mandiri)



*
V
-
2
 Ni Kadek Kariasih (Anggota KSU)



*
V
-
3
I Wayan Budiarta (Anggota KSU)


*

V
-
4
I Ketut Suparjana, S.Pd.M.Pd (Kepala SMPN 2 Rendang)


*

V
-
5
I Ketut Sengker, S.Pd.M.Pd (Pengawas Bimbel 3 G Educare)


*

V
-
6
Ni Komang Sudiarmini, S.Pd (Owner Salon dan UD. Am Amlapura



*
V
-
7
Drs. I Made Subawa (Kabid KPO Disdikpora Kab. Karangasem)


*

V
-
8
Drs. I Wayan Sueca (Kasi PNF dan PAUD) Disdikpora Kab. Karangasem



*
V
-
9
Drs. I Wayan Oka (SKB Amlapura)



*
V
-
10
I Nengah Ardana Yasa, S.Kes (Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Karangasem)


*

V
-
11
I Wayan Widia, S.Pd.SD (Kepala SDN 3 Pempatan)


*

V
-
12
I Wayan Wiily arta (Toko Asesoris Menanga)



*
V
-
13
I Wayan Sudiarta (Pemilik Toko Asesoris mesari Amlapura)



*
V
-








Tabel 5 menunjukkan bahwa kepuasaan masyarakat terkait tiruan bonsai buatan WB Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha sangatlah tinggi berada pada rentang skor 3-4. Terlihat pada lembar kuisioner yang diberikan kepada masyarakat yang sudah membeli produk WB. Bahkan ada 2 (dua) toko Asesoris besar di Kabupaten Karangasem yang sudah MOU dengan PKBM Amertha Yulia Ganesha, terkait Pemasaran Produk Bonsai Karya Warga Belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha, sehingga setiap hari Warga belajar bisa membuat produk. Tidak hanya itu, pengelola bersama Tutor juga genjar memromosikan Produk Bonsai tersebut melalui Media social dan face to face. Bahkan tanggal 5 maret 2017 kemarin serangkaian HUT Lustrum I PKBM Amertha Yulia Ganesha, Ketua PKBM Amertha Yulia Ganesha bersama staff merancang kegiatan lomba merangkai bunga bonsai berbahan sisa-sisa Tumbuhan se-Kabupaten Karangasem yang dirangkaikan dengan kegiatan lomba yang lainnya. Tidak hanya itu, Warga Belajar bersama Ketua PKBM Amertha Yulia Ganesha juga diberikan Reward/Penghargaan oleh Bupati Karangasem, Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Karangasem, Tokoh Masyarakat bahkan Media Lokal sebagai penggagas Pendidikan Non Formal yang menghasilkan Produk berdaya saing Tinggi, dari Potensi Lokal yang ada.
Gambar 9. Edisi Menerima Penghargaan dari Bupati Karangasem


D.      Dampak Inovasi yang sudah dirasakan
Dampak yang sangat dirasakan setelah penerapan konsep kedis curik (kreativitas membuat media estetik, cerdas, unggul, kreatif, inovatif, dan unik) dari bagian-bagian tumbuhan tua warga belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha adalah:
1.    Mengembangan Karakter
Hal ini terlihat dari hasil lembar observasi karakter. Dari delapan karakter yang menjadi fokus dalam proses pembelajaran, tujuh karakter terlihat berkembang, dengan rata-rata yang bervariasi. Rata-rata karakter Jujur  0,72, kerja keras 0,71, kreatif 0,74, tanggung jawab 0,58, Rasa ingin tahu 0,53, Peduli Lingkungan 0,72, dan menghargai prestasi 0,74.
2.    Meningkatkan penghasilan warga belajar
Penerapan konsep belajar kedis curik dari bagian-bagian tumbuhan yang sudah tua, ternyata tidak hanya mampu meningkatkan karakter warga belajar kesetaraan paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha. Namun juga mampu menghasilkan uang yang sekiranya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini terlihat dari banyaknya orderan yang masuk, serta ada 2 (dua) toko asesoris besar di daerah karangasem yang sudah mou dengan PKBM Amertha Yulia Ganesha dalam segi Pemasaran Produk.
3.    Bagi Masyarakat Sekitar
Masyarakat sekitar juga secara tidak langsung dapat menikmati kebermanfaatan dari kegiatan Paket A, PKBM Amertha Yulia Ganesha. Mengingat kabupaten Karangasem sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Mengakibatkan masyarakat di Karangasem secara turun temurun sudah menanam beraneka pohon, yang diguanakan sebagai pakan ternak atau mereka panen buahnya, seperti: tanaman jambu biji, kopi, dan lain sebagainya. Sehingga stok usia kayu yang sudah berumur tua sangatlah banyak. Sebelum berkembang kegiatan ini, masyarakat sekitar hanya memanfaatkan sisa-sisa kayu atau akar yang sudah tua hanya sebagai kayu bakar. Namun sekarang PKBM Amertha Yulia Ganesha siap membeli Kayu-kayu Tua tersebut dengan Kisaran Harga Rp. 50.000-300.000/batang, bergantung jenis lekukan kayunya. Masyarakat sekitarpun bisa menikmati hasil dari kegiatan ini.

4.    Menjadi inspirasi bagi tutor lain
Tutor lain dan rekan pengajar terinspirasi untuk menggunakan konsep kedis curik ketika mengajar di sekolah formal atau non formal lainnya.

E.       Keunggulan dan Kelemahan Inovasi
Adapun keunggulan dan kelemahan dari konsep kedis curik dari bagian-bagian tumbuhan yang sudah tua menjadi tiruan bonsai dapat dilihat sebagai berikut.
1.    Keunggulan
Keunggulan penerapan konsep kedis curik, adalah:
a.         Dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, sekaligus menantang, karena warga belajar sambil bermain, sehingga mereka tidak jenuh.
b.        Dapat mengembangkan karakter jujur, mandiri, kerja keras, kreatif, tanggung jawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, menghargai prestasi.
c.         Dapat melatih rasa percaya diri warga belajar.
d.        Dapat membantu warga belajar dalam hal mendapatkan penghasilan tambahan terkait pemanfaatan sisa-sisa tumbuhan tua, menjadi keterampilan fungsional yang bernilai jual tinggi.
e.         Efisien dalam hal pembiayaan. Karena bahan yang digunakan tersedia di alam. Hanya memerlukan kreativitas dan ide kreatif agar produk yang dihasilkan bernilai jual dan indah.
2.    Kelemahan 
Disamping banyaknya keunggulan yang dimiliki, ada juga kelemahan penerapan konsep kedis curik. Adapun kelemahannya adalah terletak pada teknik penempelan daun bonsai yang digunakan. Kadangkala ada juga WB yang tidak tahu daun yang tepat ditempel serta tempat untuk meletakkan daunnya, sehingga bonsai yang dihasilkan terkesan kurang indah.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1.    Konsep kedis curik dapat mengembangan karakter warga belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha.
2.    Konsep kedis curik dari bagian-bagian tumbuhan tua menjadi tiruan bonsai juga dapat menambah penghasilan warga belajar paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha, karena bisa dijual dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang lainnya.

B.       Saran
1.    Kepada Tutor secara umum
Konsep kedis curik ini bisa digunakan sebagai ice breaker atau sebagai kegiatan pemanasan dikala warga belajar mengalami kebosanan dalam belajar terutama belajar keterampilan fungsional. Permainan ini bisa mengembalikan semangat/konsentrasi warga belajar untuk belajar, karena WB diberikan kebebasan untuk berkarya dan berkreativitas.
2.    Kepada Guru seni Budaya dan keterampilan di sekolah Formal
Konsep kedis curik bisa digunakan untuk mengajar di mata pelajaran seni budaya (sbk) untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyeluruh . Selain itu, untuk guru, instruktur, maupun tutor konsep kedis curik sangat disarankan digunakan untuk mengajar agar tercipta proses pembelajaran yang menyeluruh dan menyenangkan serta membuat peserta didik/warga belajar berpenghasilan.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH RAJA KARANGASEM

CONTOH PROPOSAL PENGAJUAN PROGRAM TAHUN 2019 (PKBM AMERTHA YULIA GANESHA)

GATRA ARTIS BALI : TISON KEMBALI DENGAN JAJE SUMPING