Kedis Curik (Kreativitas Membuat Media Estetik, Cerdas, Unggul, Kreatif, Inovatif, dan Unik) dari Bagian-bagian Tumbuhan Tua Warga Belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha Oleh : I Wayan Mertayasa, S.Pd., M.Pd PKBM Amertha Yulia Ganesha-Bali 081238134236 iwayanmertayasaayg@gmail.com
Kedis Curik (Kreativitas Membuat Media Estetik,
Cerdas, Unggul, Kreatif, Inovatif, dan Unik) dari Bagian-bagian Tumbuhan Tua
Warga Belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha
Oleh : I Wayan Mertayasa, S.Pd., M.Pd
PKBM Amertha Yulia Ganesha-Bali
081238134236
iwayanmertayasaayg@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Globalisasi merupakan suatu proses interaksi dan integrasi antara
orang, perusahaan, maupun negara di seluruh dunia. Di era globalisasi, dunia
seakan tak berjarak. Semua orang diseluruh penjuru dunia bisa mengakses
informasi ataupun berinteraksi dengan mudah. Di era globalisasi terjadinya
perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, seperti IPTEK, ekonomi,
politik, budaya, seni serta
pendidikan.
Globalisasi berdampak pada persaingan global atau persaingan dunia.
Semua negara di dunia berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Untuk mampu
bersaing di era globalisasi, sumber daya manusia yang bermutu adalah syarat
yang mutlak. Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu merupakan ujung tombak
kemajuan suatu bangsa. SDM yang bermutu adalah sumber daya manusia yang
memiliki pengetahuan (Knowledge),
keterampilan (skill) serta yang tidak
kalah pentingnya adalah yang memiliki moral, mental, serta karakter (attitude) yang baik.
Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mencetak SDM yang bermutu.
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan proses memanusiakan manusia.
Pendidikan harus mampu menciptakan manusia yang berpengetahuan, berketerampilan
dan berkarakter.
Di Indonesia, tidak semua orang beruntung bisa mengenyam pendidikan
formal. Namun, 90% dari orang sukses
adalah mereka yang berpendidikan paling tidak melek aksara (bisa menulis,
membaca dan berhitung). Sehingga dalam hal ini, pendidikan nonformal
adalah alternatif agar sumber daya manusia tetap mampu bersaing. Salah satu
contoh pendidikan nonformal adalah pendidikan kesetaraan Paket A.
Paket A
merupakan program pendidikan dasar
yang setara dengan pendidikan SD, pada jalur
pendidikan nonformal yang dapat diikuti oleh peserta didik yang
ingin menyelesaikan pendidikan setara SD. Lulusan Program Paket A berhak mendapat ijazah dan diakui
setara dengan ijazah SD
serta memiliki keterampilan untuk bekerja di industri/dunia usaha.
Kesetaraan Paket A adalah
salah satu Program Kerja yang
ada di PKBM Amertha Yulia
Ganesha Br. Dinas Kubakal, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten
Karangasem. Banjar Dinas Kubakal adalah
salah satu Br. Dinas di Bali
yang terletak di perbatasan Kabupaten
Karangasem dengan Kabupaten Bangli. Br. Dinas ini masih banyak yang Buta aksara serta tidak tuntas
pendidikan wajar Sembilan tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah.
Sebagian warga Banjar Dinas Kubakal memang
masih berada di garis kemiskinan. Banyak anak putus sekolah, bahkan ada yang
tidak bisa mengeyam pendidikan karena masalah ekonomi. Kurangnya pendidikan
merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya
penanaman Pendidikan Karakter pada program kesetaraan Paket A PKBM Amertha
Yulia Ganesha. Sehingga warga belajar
memiliki kecenderungan untuk bersikap diluar ranah-ranah kedisiplinan. Beberapa sikap yang kerap ditunjukkan oleh warga
belajar yang menunjukkan rendahnya nilai-nilai karakter di Kesetaraan Paket A
PKBM Amertha Yulia Ganesha antara lain : (1) tingkat kehadiran WB paket A yang
masih rendah; (2) motivasi belajar WB paket A yang masih rendah; (3) tingkat
kemandirian WB paket A saat mengerjakan tugas masih sangat rendah, dan lain
sebagainya.
Untuk membangun
karakter Warga Belajar
Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha, Tutor menanamkan konsep Pemanfaatan Lagu-lagu Karakter
untuk membangun karakter warga belajar
Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha.
Penanaman Konsep
lagu-lagu pendidikan karakter diyakini mampu membangun karakter warga belajar
Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha. Melalui lagu-lagu yang mengandung pedidikan
karakter diharapkan mampu membentuk karakter warga belajar. Lagu-lagu
pendidikan karakter merupakan alternatif yang paling mudah untuk menjabarkan nilai-nilai
karakter melalui materi yang dilagukan/dinyanyikan.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam
karya nyata ini dapat dirumuskan yaitu, Apakah lagu-lagu pendidikan karakter mampu membangun karakter
warga belajar Paket A kelas V PKBM Amertha Yulia Ganesha Tahun Pelajaran
2017/2018?
C.
Tujuan (Best Practice)
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, tujuan karya nyata ini yaitu, untuk mengetahui lagu-lagu pendidikan karakter dapat membangun karakter warga belajar
Paket A kelas V PKBM Amertha Yulia Ganesha.
D.
Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Penerapan lagu-lagu karakter yang diterapkan pada
karya nyata ini diharapkan dapat membangun karakter warga belajar Paket A PKBM
Amertha Yulia Ganesha.
2. Manfaat
Praktis
a.
Bagi warga belajar, lagu-lagu
pendidikan karakter mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mampu
mengembangkan karakter warga belajar.
b.
Bagi tutor atau pun
pendidik, lagu-lagu pendidikan karakter dalam karya nyata ini bisa dijadikan referensi dalam
melakukan pembelajaran yang inovatif dalam hal
peningkatan nilai-nilai karakter warga belajar Paket A PKBM Amertha yulia
Ganesha.
E.
Batasan Istilah
1. Lagu
: menurut Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia merupakan berbagai irama yang meliputi suara instrumen dan
bernyanyi
2. Karakter : watak,
tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil pembelajaran atau interaksi dengan
lingkungan.
F.
Ruang Lingkup
Karya nyata ini terbatas pada penanaman konsep lagu keagamaan untuk membangun
karakter warga belajar Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha. Karakter dikatakan berkembang apabila rata-rata
pada aspek karakter tersebut lebih dari 0,50.
BAB II
INOVASI
PEMBELAJARAN
A. Bentuk
Inovasi
Inovasi pembelajaran yang dilakukan berbentuk konsep lagu-lagu pendidikan karakter (lala pendikar). Dalam karya nyata
ini, lala pendikar yang
dikembangkan bebas berdasarkan kreativitas dan ide dari masing-masing Tutor Paket
A PKBM Amertha Yulia Ganesha. Lagu-lagu Pendidikan karakter merupakan lagu-lagu
yang sengaja dibuat oleh Tutor, dimana liriknya mengandung nilai-nilai
karakter. Nilai-nilai karakter dikemas sedemikian rupa melalui kalimat yang
dinyanyikan. Dengan menyanyikan kalimat-kalimat yang mengandung nilai-nilai
karakter, diharapkan otak WB akan secara spontan merespon hal-hal yang
mengandung nilai-nilai karakter.
Sebelum menerapkan kedis curik dari kawat lilit pada warga belajar Paket A, kedis curik
diterapkan pada siswa SD N 3 Pempatan pada materi Seni Budaya dan keterampilan (SBK). Tutor memanfaatkan
kawat lilit. Ternyata pada
penerapan ini ditemukan kendala, dimana ada beberapa siswa yang tidak bisa membuat bakalan bonsai karena harus
melilitkan beberapa tangkai kawat sehingga bakalan awal kelihatan bagus, namun
tidak semua siswa bisa melakukannya.
Untuk itulah, diperlukan inovasi pembelajaran, agar siswa/ wb mudah melakukannya. Dalam hal
ini Tutor menggunakan alternatif memanfaatkan sisa-sisa tumbuhan tua seperti:
batang, akar, kelopak termasuk bonsai yang sudah mati untuk diolah ulang
menjadi tiruan bonsai yang bernilai jual.
Jadi, secara singkat bentuk inovasi pembelajaran dalam
karya nyata ini adalah kedis curik
dari sisa-sisa tumbuhan tua menjadi tiruan bonsai yang bernilai jual tinggi
sebagai penunjang materi keterampilan fungsional pada program kesetaraan Paket
A PKBM Amertha Yulia Ganesha.
Proses pembelajaran dengan menggunakan konsep kedis curik
ini mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
sekaligus menantang. Dan yang terpenting adalah dengan penerapan konsep ini, proses pembelajaran dapat terjadi secara holistik,
dimana selain mendapatkan pengetahuan, warga
belajar juga dapat melatih kemampuan
nalarnya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki untuk mengolah sisa-sisa
tumbuhan tua menjadi tiruan bonsai yang bernilai jual tinggi. Selain itu, untuk
mencari bahan bakunya sangatlah gampang karena tersedia di alam, serta
mengolahnya sangatlah mudah.
Karena
untuk membentuk pola/bakalan dasar cukup dengan memadukan antara sisa batang
tua dengan akar kemudian ditempelkan daun bonsai plastic atau hasil olahan
kelopak buah kelapa. Adapun gambar bonsainya seperti di bawah ini.
|
|
Gb1. Bakalan Bonsai dari
Sisa-sia kayu Tua
|
Gb2. Bakalan Bonsai dari
Sisa-sia kayu Tua yang sudah dikasi daun
|
B. Prosedur
Karya Inovasi
Adapun sintak konsep
kedis curik dari bagian-bagian tumbuhan tua dibagi menjadi tujuh fase, yaitu kreativitas, media
estetika, cerdas, unggul, kreatif, inovatif, dan unik.
Keterangan lebih rinci dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Sintak konsep kedis curik
Fase- fase
|
Kegiatan Tutor
|
Kegiatan Warga
Belajar
|
|
Fase 1
Kreativitas
|
Memberikan model/contoh deskripsi kepada warga belajar. Model yang
diberikan bisa dalam bentuk video, audio, ataupun bisa langsung dilakukan
oleh tutor.
|
Berkreativitas,
menciptakan bentuk bakalan dan jenis bonsai sesuai dengan ide yang dimiliki.
Entah bonsai tegak, bengkok, tumbuh ke atas, ke bawah atau ke samping.
|
|
Fase 2
Media
Estetika
|
Bersama
dengan warga belajar mengkonsepkan bentuk-bentu apa saja
yang akan dibuat, lekukan-lekukan batang bonsai dan teknik menempelkan daun
pada bakalan bonsai yang sudah dibuat, sehingga memiliki nilai-nilai
keindahan yang relatif tinggi.
|
Bersama
tutor mengkonsepkan bentuk-bentu apa saja
yang akan dibuat, lekukan-lekukan batang bonsai dan teknik menempelkan daun
pada bakalan bonsai yang sudah dibuat, sehingga memiliki nilai-nilai
keindahan yang relatif tinggi.
|
|
Fase 3
cerdas
|
Melatih
peserta didik untuk mengasah
kecerdasannya agar mudah memahami dan mengerti cara mengembangkan ide dan
kreativitas yang dimiliki WB.
|
Mengembangkan
ide-idenya menjadi bentuk, wujud yang diharapkan yakni dalam hal ini tiruan
tanaman bonsai.
|
|
Fase 4
Unggul
|
Memberikan kesempatan peserta didik untuk menghasilkan produk yang lebih istimewa
dari pada produk yang lainnya.
Adapun langkah-langkah penerapan kedis curik, yaitu.
|
Mendapat kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang sudah
didapatkan
|
|
1
|
Menjelaskan cara membuat
tiruan tanaman bonsai
|
Mendengarkan penjelasan tutor.
|
|
2
|
Membagi warga belajar menjadi berpasang-pasangan berdasarkan hitungan 1-4.
|
Menghitung
1-4. Yang kena hitungan 1 beranggotakan semua yang kena absen 1, kelompok 2
beranggotakan semua yang kena absen 2, dan seterusnya
|
|
3
|
Memberikan potongan-potongan kayu dan
model daun yang akan dipakai.
|
Menerima
potongan kayu, dan daun untuk dirangkai menjadi tiruan bonsai.
|
|
4
|
Meminta warga belajar melakukan praktek membuat tiruan bonsai dari bahan yang sudah ada.
|
Melakukan praktek
membuat tiruan bonsai dari bahan yang sudah ada, dimana WB diberikan
kebebasan untuk berkreasi sehingga karya yang dihasilkan bervariasi.
|
|
5
|
Memberikan reward
bagi kelompok yang sudah selesai mengerjakan tiruan bonsai
|
Menerima
reward dari tutor karena sudah mengerjakan tugas yang diberikan
|
|
6
|
Evaluasi/umpan balik
|
Mendengarkan evaluasi.
|
|
Fase 5
Kreatif
|
Tutor
mengajak WB untuk mejelaskan hasil kerjanya
|
WB
menjelaskan ide-ide kreatif yang sudah berhasil diwujudkan menjadi tiruan
bonsai
|
|
Fase 6
Inovatif
|
Tutor
bertanya kepada WB dari mana mendapatkan ide-ide cemerlang sehingga bisa
mewujudkannya menjadi produk yang bernilai jual
|
WB
menjawab pertanyaan Tutor
|
|
Fase 7
Unik
|
Tutor
mengajarkan cara memasarkan Produk tiruan bonsai lewat media online dan face to face. Produk yang unik
biasanya dicari dan digemari.
|
WB
menyimak dan mengikuti arahan Tutor
|
Alur
Pengerjaan Keterampilan Fungsional “Kedis Curik dari Bahan-bahan Tumbuhan Tua
menjadi Tiruan Bonsai.
Gb.3. Tutor Mengadakan Sosialisasi Kepada Warga
Belajar Paket A terkait Keterampilan Fungsional yang akan dikerjakan
|
1
|
Gb. 4. Tutor memperkenalkan alat dan bahan yang
akan digunakan untuk mengembangkan konsep kedis curik dari sisa-sisa
tumbuhan tua menjadi tiruan bonsai yang bernilai ekonomis
|
2
|
Gb.5. Sisa-sisa kayu tua, dan kelopak daun yang
sudah dibuat dari kelopak buah kelapa tua yang siap diolah
|
3
|
Gb.6. Bakalan yang sudah di dalam pot, tinggal menempelkan
daun/bungan yang diinginkan
|
4
|
Gb.7. Tiruan
Bonsai yang sudah jadi dan siap di jual berdasarkan
Konsep Kedis
Curik
|
5
|
Sebelum menerapkan konsep pembelajaran kedis curik dari
bagian-bagian tumbuhan Tua, ada beberapa hal yang perlu
disiapkan, diantaranya :
1. Skenario
pembelajaran/ RPP
2. Sisa-sisa kayu yang sudah tua dan beruas-ruas, sisa-sia akar
bambu, sisa akar tanaman jambu, sisa akar tanaman kopi, dan sisa tanaman jamal
serta kelopak buah kelapa siap olah.
|
|
|
3. Menyiapkan
lembar observasi kerja
Dalam karya nyata ini ada dua lembar observasi yang digunakan.
Pada lembar observasi pertemuan pertama, menggunakan lembar observasi kerja
yang mengandung empat karakter yang menjadi forkus observasi, yaitu karakter
jujur, mandiri, kerja keras, dan bertanggung jawab. Pada pertemuan kedua, konsep
belajar kedis curik menilai empat karakter juga yang menjadi fokus tutor,
diantaranya kreatif, rasa ingin tahu, serta menghargai usaha.
Table 2. Kisi-kisi Lembar observasi karakter pertemuan pertama
NO
|
Nama Warga Belajar
|
Hari Pertama
|
|||||||||||||||
Jujur
|
Mandiri
|
Kerja
keras
|
kreatif
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
NO
|
Nama Warga Belajar
|
Hari Kedua
|
|||||||||||||||
Tanggung
jawab
|
Rasa
ingin tahu
|
Peduli
lingkungan
|
Menghargai prestasi
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
1= Tidak Setuju 3 = setuju
2 = kurang setuju 4
= sangat setuju
4. Menyiapkan lembar rubrik kemampuan berbicara
Ada tujuh aspek ketarampilan dalam konsep kedis curik yang diperhatikan, yaitu kreativitas, estetika, cerdas, unggul,
kreatif, inovatif, dan unik.
Tabel 3. Kisi-kisi lembar observasi
aspek keterampilan WB Paket A
No
|
Nama Warga belajar
|
Aspek Keterampilan
|
Total
|
|||||||||||||||
kreativitas
|
Estetika
|
cerdas
|
unggul
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
…
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No
|
Nama Warga belajar
|
Aspek Keterampilan
|
Total
|
|||||||||||
kreatif
|
inovatif
|
unik
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
…
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Menyiapkan permainan berhitung 1-4, untuk menentukan kelompok.
C. Hasil Karya
Inovasi
Penerapan konsep belajar kedis curik dari bagian-bagian tumbuhan
tua dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, pada pelajaran keterampilan
fungsional. Hasil karya inovasi ini ada dua, yaitu dalam hal perkembangan
karakter dan bernilai jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
1. Perkembangan Karakter
Kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua sangat tepat digunakan
untuk mengembangkan karakter warga belajar karena secara tidak sadar warga
belajar dilatih untuk jujur, mandiri, kerja keras, kreatif, tanggung jawab,
rasa ingin tahu, peduli lingkungan dan menghargai prestasi.
Hasil lembar observasi karakter dianalisis dan dikategorikan sebagai
berikut.
0,81 – 1,00 = sangat berkembang
0,51 – 0,80 = berkembang
0,00 – 0,50 = Belum berkembang
Hasil analisis lembar observasi karakter pada pertemuan
pertama dan kedua dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil
Observasi Karakter
No
|
Karakter yang berkembang
|
Persentase (%)
|
|
Rata-rata
|
Kategori
|
||
Pertemuan
ke-1
|
|||
1
|
Jujur
|
0,72
|
Berkembang
|
2
|
Mandiri
|
0,50
|
Belum Berkembang
|
3
|
Kerja keras
|
0,71
|
Berkembang
|
4
|
Kreatif
|
0,74
|
Berkembang
|
Pertemuan
ke-2
|
|||
5
|
Tanggung jawab
|
0,58
|
Berkembang
|
6
|
Rasa ingin tahu
|
0,53
|
Berkembang
|
7
|
Peduli lingkungan
|
0,72
|
Berkembang
|
8
|
Menghargai prestasi
|
0,74
|
Berkembang
|
Berdasarkan hasil analisis lembar
observasi karakter, dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama penerapan konsep belajar kedis curik dari sisa-sisa
tumbuhan tua, ada satu karakter yang menjadi fokus belum berkembang. Karakter yang berkembang pada warga belajar
Paket A PKBM
Amertha Yulia Ganesha setelah penerapan kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua yaitu jujur, kerja keras, dan kreatif.
a. Jujur
Sebelum
penerapan konsep kedis curik dari
sisa-sisa tumbuhan tua,
banyak Warga belajar yang menyuruh temannya mengerjakan, saat mendapat keterampilan
fungsional menjahit ketika
diberikan tugas membuat pola jahitan. Mereka tidak begitu menyukai materi keterampilan fungsional dengan materi
menjahit. Menurut WB, tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya,
serta tidak ada yang bertanya kepada tutor. Hal
tersebut menunjukkan sikap tidak jujur. Namun setelah penerapan konsep belajar kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua berupa
tiruan bonsai, warga belajar
tidak memiliki kesempatan untuk
menyuruh temannya yang lainnya membuatkan. Karena yang dikerjakan mudah
dilakukan serta dapat memacu wb berpikir kreatif karena diberikan kesempatan
untuk berkreasi sebebas-bebasnya. Hal tersebut memicu mereka untuk jujur mengutarakan ketika mereka belum
paham.
b. Mandiri
Karakter
ini belum berkembang. Meskipun ada tiga warga belajar yang sudah menunjukkan
kemandirian dalam mengerjakan tugas, namun rata-rata pada aspek ini belum
memenuhi kriteria.
c. Kerja keras
Karakter
yang berkembang sangat maksimal yaitu kerja
keras. Penerapan kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua dapat memicu warga belajar untuk senantiasa bekerja keras dalam mengolah sisa-sisa tumbuhan yang ada menjadi
produk yang indah dan bernilai jual.
d. kreatif
Karakter kreatif
berkembang pesat dengan penerapan kedis
curik dari sisa-sisa tumbuhan tua.
Pada pertemuan kedua penerapan konsep kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan
tua, semua karakter yang menjadi fokus juga berkembang. Karakter yang berkembang pada warga belajar
Paket A PKBM
Amertha Yulia Ganesha setelah penerapan konsep Kedis Curik dari sisa-sisa tumbuhan
tua yaitu tanggung
jawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan dan menghargai prestasi.
a. Tanggung jawab
Sebelum
penerapan strategi kedis curik dari
sisa-sisa tumbuhan tua, rasa tanggung jawab wb dalam mengerjakan tugas masih sangat
rendah. Kebanyakan masih mengandalkan bantuan teman. Namun ketika penerapan konsep
kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua, warga belajar harus bertanggung
jawab, karena proses pengerjaan tiruan bonsai relatif mudah. Bakalan bonsai
yang diolah adalah sisa-sisa batang yang memang sudah berbentuk bahkan ada yang
menggunakan bakalan bonsai yang memang sudah jadi namun sudah mati.
b. Rasa Ingin Tahu
Karakter
Rasa Ingin Tahu juga berkembang, meskipun tidak maksimal.
Namun, warga belajar sudah menunjukkan kesungguhannya dalam mencari tahu bentuk-bentuk bonsai yang bisa diciptakan.
c. Peduli Lingkungan
Karakter
Peduli Lingkungan juga berkembang. Warga belajar tidak merusak lingkungan dalam membuat tiruan bonsai.
Karena hanya memanfaatkan sisa-sisa tumbuhan tua yang selama ini kurang
mendapatkan perhatian. Yang semula digunakan sebagai bahan kayu bakar, kini
dapat diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis dan memiliki nilai estetika
yang tinggi.
d. Menghargai Prestasi
Karakter ini
terlihat ketika memberikan tepuk tangan sebagai tanda penghargaan atas
keberhasilan temannya membuat
bentuk bonsai yang indah.
Demikianlah beberapa karakter yang
dapat berkembang dengan penerapan konsep kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan tua menjadi tiruan bonsai. Secara singkat karakter yang berkembang dapat dilihat pada
diagram berikut ini.
Grafik 1. Karakter yang Berkembang dengan Penerapan konsep kedis curik dari sisa-sisa tumbuhan
yang sudah tua.
2.
Kemampuan memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari
Kedis curik (kreativitas membuat media estetik, cerdas, unggul,
kreatif, inisiatif dan unik) dari bagian-bagian tumbuhan tua berupa tiruan
bonsai ternyata selain dapat mengasah karakter warga belajar juga dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari WB. Hal ini, disebabkan
oleh tingginya antusias masyarakat maupun lembaga organisasi kemasyarakatan
untuk membeli produk ini digunakan sebagai sekadar hiasan rumah atau kantor.
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan rubrik tingkat kepuasaan
masyarakat terkait produk WB paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha, didapatkan
hasil sebagai berikut.
Tabel 5. Tabel tingkat kepuasaan masyarakat
No
|
Nama Masyarakat
|
Penilaian Masy.
|
Tingkat Kepuasaan
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
Puas
|
Tidak Puas
|
||
1
|
I Wayan
Sukadana (KSU Sri Sedana Mandiri)
|
|
|
|
*
|
V
|
-
|
2
|
Ni Kadek Kariasih (Anggota KSU)
|
|
|
|
*
|
V
|
-
|
3
|
I Wayan
Budiarta (Anggota KSU)
|
|
|
*
|
|
V
|
-
|
4
|
I Ketut
Suparjana, S.Pd.M.Pd (Kepala SMPN 2 Rendang)
|
|
|
*
|
|
V
|
-
|
5
|
I Ketut Sengker, S.Pd.M.Pd (Pengawas Bimbel 3 G Educare)
|
|
|
*
|
|
V
|
-
|
6
|
Ni Komang Sudiarmini, S.Pd (Owner Salon dan UD. Am Amlapura
|
|
|
|
*
|
V
|
-
|
7
|
Drs. I Made Subawa (Kabid KPO Disdikpora Kab. Karangasem)
|
|
|
*
|
|
V
|
-
|
8
|
Drs. I Wayan Sueca (Kasi PNF dan PAUD) Disdikpora Kab. Karangasem
|
|
|
|
*
|
V
|
-
|
9
|
Drs. I Wayan Oka (SKB Amlapura)
|
|
|
|
*
|
V
|
-
|
10
|
I Nengah Ardana Yasa, S.Kes (Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Karangasem)
|
|
|
*
|
|
V
|
-
|
11
|
I Wayan Widia, S.Pd.SD (Kepala SDN 3 Pempatan)
|
|
|
*
|
|
V
|
-
|
12
|
I Wayan Wiily arta (Toko Asesoris Menanga)
|
|
|
|
*
|
V
|
-
|
13
|
I Wayan Sudiarta (Pemilik Toko Asesoris mesari Amlapura)
|
|
|
|
*
|
V
|
-
|
…
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 5
menunjukkan bahwa kepuasaan
masyarakat terkait tiruan bonsai buatan WB Paket A PKBM Amertha Yulia Ganesha
sangatlah tinggi berada pada rentang skor 3-4. Terlihat pada lembar kuisioner yang
diberikan kepada masyarakat yang sudah membeli produk WB. Bahkan ada 2 (dua)
toko Asesoris besar di Kabupaten Karangasem yang sudah MOU dengan PKBM Amertha
Yulia Ganesha, terkait Pemasaran Produk Bonsai Karya Warga Belajar Paket A PKBM
Amertha Yulia Ganesha, sehingga setiap hari Warga belajar bisa membuat produk.
Tidak hanya itu, pengelola bersama Tutor juga genjar memromosikan Produk Bonsai
tersebut melalui Media social dan face to
face. Bahkan tanggal 5 maret 2017 kemarin serangkaian HUT Lustrum I PKBM
Amertha Yulia Ganesha, Ketua PKBM Amertha Yulia Ganesha bersama staff merancang
kegiatan lomba merangkai bunga bonsai berbahan sisa-sisa Tumbuhan se-Kabupaten
Karangasem yang dirangkaikan dengan kegiatan lomba yang lainnya. Tidak hanya
itu, Warga Belajar bersama Ketua PKBM Amertha Yulia Ganesha juga diberikan
Reward/Penghargaan oleh Bupati Karangasem, Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan
dan Olahraga Kabupaten Karangasem, Tokoh Masyarakat bahkan Media Lokal sebagai
penggagas Pendidikan Non Formal yang menghasilkan Produk berdaya saing Tinggi,
dari Potensi Lokal yang ada.
Gambar
9. Edisi Menerima Penghargaan dari Bupati Karangasem
|
D.
Dampak Inovasi yang sudah dirasakan
Dampak yang sangat dirasakan setelah penerapan konsep kedis curik
(kreativitas membuat media estetik, cerdas, unggul, kreatif, inovatif, dan
unik) dari bagian-bagian tumbuhan tua warga belajar Paket A PKBM Amertha Yulia
Ganesha adalah:
1. Mengembangan Karakter
Hal ini terlihat dari hasil lembar observasi karakter.
Dari delapan karakter yang menjadi fokus dalam proses pembelajaran, tujuh
karakter terlihat berkembang, dengan rata-rata yang bervariasi. Rata-rata
karakter Jujur 0,72, kerja keras 0,71, kreatif 0,74,
tanggung jawab 0,58, Rasa ingin tahu 0,53, Peduli Lingkungan 0,72, dan
menghargai prestasi 0,74.
2. Meningkatkan penghasilan warga belajar
Penerapan
konsep belajar kedis curik dari bagian-bagian tumbuhan yang sudah tua, ternyata
tidak hanya mampu meningkatkan karakter warga belajar kesetaraan paket A PKBM
Amertha Yulia Ganesha. Namun juga mampu menghasilkan uang yang sekiranya bisa
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini terlihat dari
banyaknya orderan yang masuk, serta ada 2 (dua) toko asesoris besar di daerah
karangasem yang sudah mou dengan PKBM Amertha Yulia Ganesha dalam segi
Pemasaran Produk.
3. Bagi Masyarakat Sekitar
Masyarakat sekitar juga secara tidak langsung dapat menikmati kebermanfaatan
dari kegiatan Paket A, PKBM Amertha Yulia Ganesha. Mengingat kabupaten
Karangasem sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.
Mengakibatkan masyarakat di Karangasem secara turun temurun sudah menanam
beraneka pohon, yang diguanakan sebagai pakan ternak atau mereka panen buahnya,
seperti: tanaman jambu biji, kopi, dan lain sebagainya. Sehingga stok usia kayu
yang sudah berumur tua sangatlah banyak. Sebelum berkembang kegiatan ini,
masyarakat sekitar hanya memanfaatkan sisa-sisa kayu atau akar yang sudah tua
hanya sebagai kayu bakar. Namun sekarang PKBM Amertha Yulia Ganesha siap
membeli Kayu-kayu Tua tersebut dengan Kisaran Harga Rp. 50.000-300.000/batang,
bergantung jenis lekukan kayunya. Masyarakat sekitarpun bisa menikmati hasil
dari kegiatan ini.
4. Menjadi inspirasi bagi tutor lain
Tutor lain dan rekan pengajar terinspirasi
untuk menggunakan konsep kedis curik
ketika mengajar di sekolah formal atau non formal lainnya.
E. Keunggulan
dan Kelemahan Inovasi
Adapun keunggulan dan kelemahan dari konsep kedis curik dari
bagian-bagian tumbuhan yang sudah tua menjadi tiruan bonsai dapat dilihat
sebagai berikut.
1. Keunggulan
Keunggulan
penerapan konsep kedis curik, adalah:
a.
Dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, sekaligus
menantang, karena warga
belajar sambil bermain, sehingga mereka tidak jenuh.
b.
Dapat
mengembangkan karakter jujur, mandiri,
kerja keras, kreatif, tanggung jawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan,
menghargai prestasi.
c.
Dapat
melatih rasa percaya diri warga belajar.
d.
Dapat
membantu warga belajar dalam hal mendapatkan penghasilan tambahan terkait
pemanfaatan sisa-sisa tumbuhan tua, menjadi keterampilan fungsional yang
bernilai jual tinggi.
e.
Efisien
dalam hal pembiayaan. Karena
bahan yang digunakan tersedia di alam. Hanya memerlukan kreativitas dan ide
kreatif agar produk yang dihasilkan bernilai jual dan indah.
2. Kelemahan
Disamping banyaknya keunggulan yang dimiliki, ada juga
kelemahan penerapan konsep kedis curik. Adapun kelemahannya adalah terletak pada teknik penempelan daun bonsai yang digunakan. Kadangkala
ada juga WB yang tidak tahu daun yang tepat ditempel serta tempat untuk
meletakkan daunnya, sehingga bonsai yang dihasilkan terkesan kurang indah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Konsep kedis curik dapat mengembangan karakter warga belajar Paket
A PKBM Amertha Yulia Ganesha.
2. Konsep kedis curik dari bagian-bagian tumbuhan tua menjadi tiruan
bonsai juga dapat menambah penghasilan warga belajar paket A PKBM Amertha Yulia
Ganesha, karena bisa dijual dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang
lainnya.
B.
Saran
1. Kepada
Tutor secara umum
Konsep kedis curik ini bisa digunakan sebagai ice
breaker atau sebagai kegiatan pemanasan dikala warga belajar mengalami
kebosanan dalam belajar terutama belajar
keterampilan fungsional. Permainan ini
bisa mengembalikan semangat/konsentrasi warga belajar untuk belajar,
karena WB diberikan kebebasan untuk berkarya dan berkreativitas.
2.
Kepada Guru seni Budaya
dan keterampilan di sekolah Formal
Konsep
kedis curik bisa digunakan untuk mengajar
di mata pelajaran seni budaya (sbk) untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyeluruh .
Selain itu, untuk guru, instruktur, maupun tutor konsep
kedis curik sangat disarankan digunakan
untuk mengajar agar tercipta proses pembelajaran yang menyeluruh dan
menyenangkan serta membuat peserta didik/warga
belajar berpenghasilan.
Komentar
Posting Komentar