GOLDEN AGE "MASA EMAS ANAK" Oleh: I Wayan Mertayasa, S.Pd., M.Pd Praktisi PAUD dan PNF PKBM Amertha Yulia Ganesha, HP 081 238 134 236
GOLDEN AGE "MASA EMAS ANAK"
Oleh: I Wayan Mertayasa, S.Pd., M.Pd
Praktisi PAUD dan PNF
PKBM Amertha Yulia Ganesha,
Pengelola TBM Ganeswara HP 081 238 134 236
Pengelola TBM Ganeswara HP 081 238 134 236
Jika ditanya kapan waktu yang tepat untuk
menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah
pada saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah
fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.
Pada saat usia antara 0-6 tahun, otak
berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak
menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan
buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun
spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut
masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (Golden Age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama
Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama
kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi
tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat
tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orangtua
hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan
karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan
kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang.
Kita sebagai orangtua kadang tidak sadar,
sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya dengan
memukul dan memberikan tekanan yang pada akhirnya menjadikan anak
bersikap negatif, rendah diri, minder, penakut, dan tidak berani
mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan
dibawanya sampai ia dewasa.
Ketika dewasa karakter semacam itu akan
menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya.
Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder
atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau
mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif
maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan.
Anda setuju bukan?
Banyak yang mengatakan keberhasilan kita
ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka
semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut,
maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Tunggu dulu!
Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan
tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak
mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan
juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya.
Mengapa demikian? Karena sebenarnya
kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun
kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangung
hubungan emosional kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual
kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tahukah anda bahwa kecakapan membangun
hubungan dengan tiga pilar (Diri Sendiri, Sosial, Tuhan) tersebut
merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya
beritahukan pada anda bahwa karakter tersebut tidak sepenuhnya bawaan
sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk.
Benarkah? Saya katakan benar! Pada saat
anak berusia dini-lah karakter-karakter itu terbentuk. Seperti yang kita
bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik,
mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah,
karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari
perilaku kita sebagai orangtua dan dari lingkungan sekitarnya.
Pada usia ini perkembangan mental
berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat
sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihat,
dirasakan, dan didengarkan dari lingkungannya. Oleh karena itu,
lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.
Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?
Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (Triangle Relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (Intrapersonal), dengan lingkungan (Sosial), dan hubungan dengan Tuhan YME (Spiritual).
Setiap hasil hubungan tersebut akan
memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan
keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan
menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan
berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan
memperlakukan dunianya dengan positif.
Untuk itu, tumbuhkan pemahaman positif pada
diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan
kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri,
membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu
untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara
langsung atau secara halus, dan seterusnya.
Biasakan anak bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap
lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata
pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul
dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan
sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya.
Dan yang tidak bisa diabaikan adalah
membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan
spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan
ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial. Nah, sekarang
kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia
dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas
itu sebaik-baiknya.
Komentar
Posting Komentar