PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA PAUD AMERTHA YULIA GANESHA
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA PAUD
PAUD AMERTHA YULIA GANESHA
OLEH : I WAYAN MERTAYASA, S.Pd
(Pengelola PAUD Amertha Yulia Ganesha)
BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan kemampuan berbahasa adalah peserta didik mampu
mendengarkan, berkomunikasih secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan
mengenal simbol-simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan
menulis.
Adapun beberapa teori yang dapat
dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran bahasa anak usia dini adalah:
1. Teori Behavioris.
2. Teori Nativist.
3. Teori Constructive.
Karakteristik perkembangan bahasa di
AUD, antara lain:
1. Dapat
berbicara dengan menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari 4-5 kata.
2. Mampu
melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar.
3. Senang
mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah
dipahami.
4. Menyebut
nama, jenis kelamin, dan umurnya,
5. Mengerti
bentuk pertanyaan dengan menggunakan apa, mengapa, dan bagaimana.
6. Dapat
mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata apa, mengapa,dan siapa.
7. Dapat
menggunakan kata depan seperti: di mana, di luar, di atas, di bawah dan di
samping.
8. Dapat
mengulang lagu anak-anak dan menyanyikan lagu sederhana.
9. Dapat menjawab telepon
dan menyampaikan pesan sederhana.
10.Dapat berperan serta
dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi
untuk selalu ingin belajar.
Periode linguistik terbagi dalam tiga
fase besar yaitu:
1. Fase
satu kata atau Holofrase.
2. Fase
lebih dari satu kata.
3. Fase
diferensiasi.
Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara
pada anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :
1. Tahap
eksternal.
Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara
eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan
pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
2. Tahap
egosentris.
Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan
jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
3. Tahap
Internal.
Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah
memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :
a. Kognisi
(Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi
cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan
sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa
seseorang.
b. Pola
Komunikasi Dalam Keluarga.
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya
banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
c. Jumlah
Anak Atau Jumlah Keluarga.
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota
keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang
bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada
anggota lain selain keluarga inti.
d. Posisi Urutan Kelahiran.
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah
akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan
anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya
memiliki arah komunikasi ke atas saja.
e. Kedwibahasaan(Pemakaian dua bahasa)
j. Anak
yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau
lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya
menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara
bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar
rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.
Menyimak, adalah kegiatan mendengarkan
secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan
serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Fungsi menyimak
adalah menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua,
menunjang keterampilan berbicara, menulis, membaca, memperlancar komunikasi
lisan, dan menambah informasi atau pengetahuan.
Jenis – jenis menyimak yaitu menyimak
informatif, menyimak kritis dan menyimak apresiatif. Menyimak informatif adalah
menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikasi dan mengingat
fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-hubungan. Sementara menyimak kritis yaitu
lebih dan sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide dan
hubungan-hubungan. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan untuk menganalisis apa
yang didengar dan membuat sebuah keterangan tentang hal yang didengar serta
membuat generalisasi berdasarkan apa yang didengar. Kemudian, menyimak
apresiatif adalah kemampuan untuk menikmati dan merasakan apa yang didengar.
Penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan yang disimaknya. Secara
imajinatif, penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, dan melakukan
karakter dan perilaku cerita yang dilisankan.
Adapun strategi menyimak yang sesuai di
PAUD, adalah : Simak – ulang ucap, Simak – Kerjakan, Simak – Terka, menjawab
pertanyaan, parafrase, merangkum, bisik berantai.
Berbicara merupakan suatu alat untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran ide
maupun perasaan kepada orang lain secara lisan. Agar memiliki keterampilan
berbicara, seorang anak harus menguasai aturan-aturan bahasa yang ada yaitu
aturan fonologi, morfologi, semantik, sintaksis dan pragmatik. Terdapat tiga
tahap dalam perkembangan bicara anak yaitu tahap eksternal yang terjadi ketika
anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri
anak, tahap kedua adalah egosentris dimana anak berbicara sesuai dengan jalan
pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan, dan
tahap ketiga adalah tahap berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan
pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan.
Adapun jenis kegiatan berbicara yang
dapat dikembangkan di PAUD, yaitu bercerita, bercakap-cakap dan bermain peran.
Sementara metode yang dapat digunakan untuk mengajarkan berbicara pada anak
batita yaitu : Motherese, Recasting, Echoing, Expcinding, serta Labeling.
Membaca
merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca
termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi,
kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup
beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya
dengan bunyi, makna serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
Agar pembelajaran membaca
tercapai secara efektif, maka pendidik harus memperhatikan kemampuan-kemampuan
kesiapan membaca pada anak yang terdiri dari: 1) Kemampuan membedakan
auditorial, 2) Kemampuan diskriminasi visual, 3) Kemampuan (membuat) hubungan
suara-symbol, 4) Kemampuan bahasa lisan, dan 5) Membangun sebuah latar belakang
pengalaman.
Hal lain yang harus
diperhatikan adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca
pada anak yaitu: motivasi, lingkungan keluarga, serta factor bahan bacaan.
Adapun metode pengembangan membaca yang dapat dilakukan untuk anak usia dini
yaitu menggunakan pendekatan pengalaman berbahasa, fonik, serta lihat dan
katakana.
Adapun tahapan-tahapan perkembangan
membaca adalah tahap fantasi (magical
stage), tahap pembentukan konsep diri (self
concept stage), tahap membaca gambar (bridging
reading stage), tahap pengenalan bacaan
(take-off reader stage), tahap membaca lancer (independent reader stage).
Menulis adalah kegiatan
komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Menulis
memiliki batasan sebagai berikut: (1) Membuat huruf, angka dan lainnya dengan
pena, kapur dan sebagainya, (2) Mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang,
membuat surat ,dan
lainnya dengan tulisan. Tahapan menulis pada anak dimulai dengan menggambar,
kemudian menulis cakar ayam,barulah membuat bentuk-bentuk huruf.
Permainan
yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak terdiri dari:
a) Permainan pilih satu benda.
b) Permainan menebak suara binatang.
c) Permainan moving family.
d) Permainan memancing kata.
e) Permainan menyeberang sungai.
f) Permainan
cerita yang diperagakan.
g) Permainan menulis dengan badan.
Tahap
pertama dalam tahap mendengarkan adalah menyadari banyak mungkin bunyj yang
berlainan. Beberapa contoh kegiatan permainan mendengarkan pada anak usia dini:
a) Ada
berapa bunyi?
b) Apa yang sedang saya lakukan sekarang ini?
c) Apa yang menimbulkan suara itu?
d) Bunyi kertas.
e) Bunyi benda jatuh.
f) Bunyi yang direkam dengan tape recorder.
g) Permainan yang dibisikkan.
Permainan
bahasa untuk melatih kemampuan membaca banyak ragamnya, diantaranya adalah: 1)
Memasangkan suatu kata dengan suatu gambar, 2) Memasangkan suatu kata tertulis
dengan kata yang diucapkan, 3) Memasangkan suatu kata tertulis dengan suatu
kata tertulis, 4) Memasangkan suatu huruf awal dan suatu gambar, 5) Memasangkan
bentuk-bentuk huruf dengan bunyi huruf. Berikut adalah contoh permainan bahasa
untuk mengembangkan kemampuan membaca: a) Permainan kata. b) Membuat barisan.
c) Kartu kata.
Berikut
adalah contoh kegiatan permainan menulis adalah a) Pola. b) Menghubungkan
titik-titik huruf. c) Permainan baki garam atau pasir. d) Menghubungkan huruf
pertama.
Yang dimaksud
dengan metode bercerita adalah cara mengajar dalam bentuk
menuturkan/menyampaikan cerita atau memberikan penerangan secara lisan.
Tujuan dari metode
bercerita adalah :
a.
Melatih daya tangkap dan daya konsentrai anak didik
b.
Melatih daya pikir dan fantasi anak
c.
Megembangkan kemampuan berbahasa dan menambah
pembendaharaan kata kepada anak didik.
d.
Menciptakan suasana senang di kelas
Kebaikan
dan kelebihan dari metode bercerita adalah:
a. Dapat membangkitkan
minat anak
b. Menumbuhkan sikap
perilaku yang positif pada anak
c. Menanamkan nilai-nilai
moral
d. Menumbuhkan imajinasi
anak
e. Melatih pendengaran anak
f. Mengenadalikan emosi
g. Memperkaya kosa kata
h. Mengembangkan daya pikir
i. Menumbuhkan rasa cinta
tanah air
Metode bercerita
juga mempunyai kelemahan, antara lain:
1.
Dapat membuat anak pasif
2.
Apabila alat peraga tidak menarik anak kurang aktif
3.
Anak belum tahu dapat mengulang cerita kembali
4.
Waktu cerita berlangsung anak yang mengemukakan pendapatnya
sehingga dapat mengganggu jalannya cerita.
Pengembangan
kemampuan berbahasa dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode dan
teknik, antara lain: (1) bercerita dengan alat peraga langsung; (2) bercerita
dengan boneka tangan; (3) bercerita dengan papan flannel; (4) mengurutkan dan
menceritakan gambar seri; (5) dramatisasi/bermain peran; (6) bercerita dengan
kartu gambar; (7) bermain tebak cerita; (8) bercerita dengan wayang (9) mengenal
simbol-simbol huruf; (10) membuat coretan yang bermakna; (11) meniru huruf;
(12) menulis nama sendiri; (13) membaca nama.
BAB II
TEORI
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
2.1
Kompetensi
Tujuan Pembelajaran
Buku
ajar pencapaian perkembangan bahasa AUD ini ditujukan untuk pendidik PAUD agar
dapat :
1. Menjelaskan
pengertian kemampuan berbahasa anak usia dini.
2. Menjelaskan
tentang teori-teori kemampuan berbahasa anak usia dini.
3. Menjelaskan karakteristik pembelajaran kemampuan berbahasa di AUD.
4. Menjelaskan tentang perkembangan berbicara pada periode
linguistik.
5. Memahami tahap perkembangan bicara pada anak
usia dini.
6. Memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa AUD.
B.
Implementasi Perkembangan Bahasa Untuk
Anak Usia Dini
Pemberlakuan kurikulum 2004 TK yang berbasis
kompetensi berimplikasi pada perlunya pengembangan pembelajaran. Guru taman
kanak-kanak, sebelum melaksanakan kegiatan pambelajaran, perlu mempersiapkan
diri. Salah satu bentuk persiapan adalah menyusun bentuk kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik perkembangan fisik dan psikologis anak
TK,keadaan lingkungan sekitar dan ketersediaan sarana prasarana pendidikan.
Dari bentuk
kegiatan pembelajaran yang perlu disusun oleh guru, diantaranya adalah bentuk
kegiatan pembelajaran berbahasa. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari
bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk
meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Pengembangan
kemampuan berbahasa adalah peserta didik mampu mendengarkan, berkomunikasih
secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbol-simbol yang
melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.
Dalam
berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui
berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social
skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan
sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa
seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat
mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat
menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin
dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan, tidak
mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan
seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan
anak yang cerdas.
Bahasa dapat
dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan merupakan
sistem komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan
komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada
kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga
bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia
belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat
memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang
pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan
di tingkat yang lebih tinggi.
Implementasi
pengembangan bahasa pada anak tidak terlepas dari berbagai teori yang
dikemukakan para ahli. Berbagai pendapat tersebut tentu saja tidak semuanya
sama, namun perlu dipelajari agar pendidik dapat memahami apa saja yang
mendasari dalam penerapan pengembangan bahasa pada anak usia dini. Pemahaman
akan berbagai teori dalam pengembangan bahasa dapat mempengaruhi dalam
menerapkan metoda yang tepat bagi implementasi terhadap pengembangan bahasa
anak itu sendiri,sehingga diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan
pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak.
Adapun beberapa
teori yang dapat dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran bahasa
adalah:
1) Teori behaviorist oleh Skinner,
mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh
lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi
dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus yang menimbulkan respon.
Perubahan lingkungan pembelajaran dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan
perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif jika diperkuat cenderung untuk diulangi lagi
karena pemberian penguatan secara berkala dan disesuaikan dengan kemampuan anak
akan efektif untuk membentuk perilaku anak. Latihan yang diberikan kepada anak
harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respon) yang dikenalkan anak
melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit
contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak akan memberikan respon pada setiap
pembelajaran dan dapat segera memberikan balikan. Di sini Pendidik perlu
memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau
hadiah.
2) Teori Nativist oleh Chomsky,
mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Pada saat
seorang anak lahir, dia telah memiliki seperangkat kemampuan berbahasa yang
disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’. Meskipun
pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan,
anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia
dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal ini
karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language
Acquisition Devise/LAD). Teori ini berpengaruh pada pembelajaran bahasa
dimana anak perlu mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar
bahasa dengan cepat sebelum usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua (second
language). Lebih dari usia 10 tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari
bahasa.
3) Teori Constructive oleh
Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa
dibentuk dari interaksi dengan orang lain sehingga pengetahuan, nilai dan sikap
anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada
usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan
kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan
dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan sementara anak melakukan
kegiatan perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua
usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak
bercakap-cakap akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih
tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh
karena itu pendidik perlu menggunakan metode yang interaktif, menantang anak
untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.
Permainan
yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara
lain alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster,
mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset,
membaca cerita (story reading/story telling) ataupun mendongeng. Semua
aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan
sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri
dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.
Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangatlah
penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat
meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain.
Kegiatan
nyata yang diperkuat dengan komonikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa
anak, lebih dari pada itu anak harus ditempatkan diposisi yang terutama,
sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan
potensinya.
Anak
belajar bahasa perlu menggunakan strategi misalnya, dengan bermain yang
bertujuan mengembangkan bahasa anak dan menggunakan media-media yang beragam
yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman bermakna
dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dimana pembelajaran yang menyenangkan
akan menjadi bagian dalam hidup anak.
Semua
aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan
sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat mengembangkan sendiri dengan cara
menerapkannya pada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.
Bahasa
yang pertama kali dikenal dan diperoleh anak-anak dalam kehidupannya adalah
bahasa Ibu (Mother language) atau
sering disebut dengan bahasa pertama (First
language) Bahasa inilah yang mula-mula dkenal oleh anak kecil dan
dipergunakan dalam kehidupannya
sehari-hari sebagai bahasa
komunikasi pada saat ini, maka telah
mempunyai kemampuan bawaan memperoleh
pengetahuan tentang bahasa yang dipelajari melalui pembentukan hipotesis karena adanya struktur
internal pada mental mereka.
Perkembangan
bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang ucapannya. Panjang ucapan
anak kecil merupakan indikator atau petunjuk perkembangan bahasa yang lebih
baik dari pada urutan usianya.
Pada
hakekatnya, proses pemerolehan bahasa itu pada setiap anak sama, yaitu
melalui pembentukan dan pengujian
hipotesis tentang kaidah bahasa. Pembentukan kaidah itu dimungkinkan oleh adanya
kemampuan bawaan atau struktur bawaan yang secara mental dimiliki oleh setiap
anak. Inilah yang disebut dengan alat
pemerolehan bahasa. Dengan ini setiap anak dapat memperoleh bahasa apa
saja serta ditentukan oleh factor lain yang turut mempengaruhinya. Pada kebahasaan yang harus diproses lebih
lanjut oleh anak merupakan hal yang penting.
Anak
usia dini biasanya mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan
yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara,
antara lain dengan bertanya, melakukan dialok dan bernyanyi. Sejak anak berusia
dua tahun anak memiliki minat yang kuat untuk menyebut berbagai nama benda.
Minat tersebut akan terus berlangsung dan meningkat yang sekaligus akan
menambah perbendaharaan kata yang telah dimiliki. Hal-hal di sekitar anak akan
mempunyai arti apabila anak mengenal nama diri; pengalaman-pengalaman dan
situasi yang dihadapi anak akan mempunyai arti pula apabila anak mampu
menggunakan kata-kata untuk menjelaskannya. Dengan menggunakan kata-kata untuk
menyebut benda-benda untuk menjelaskan peristiwa, akan membantu anak untuk
membentuk gagasan yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Melalui bahasa
pendengar atau penerima berita akan mampu memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim
berita. Anak-anak dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lain, misalnya
bermain peran, isyarat yang ekspesif, dan melalui bentuk seni (misalnya menggambar).
Ungkapan tersebut merupakan petunjuk bagaimana anak memandang dunia dalam
kaitan dirinya kepada orang lain.
Pengembangan bahasa di TK diarahkan agar peserta
didik mampu menggunakan dan mengekspresikan pemikiran dengan menggunakan kata-kata.
Dengan kata lain, pengembangan bahasa lebih diarahkan agar peserta didik dapat
melakukan berbagai hal :
1. Mengolah kata
dengan komprehensif.
2. Mengekpresikan
kata-kata tersebut dalam bahasa tubuh (ucapan dan perbuatan) yang dapat
dipahami oleh orang lain.
3. Mengerti setiap
kata, mengartikan dan menyampaikan secara utuh kepada orang lain.
4. Berargumentasi,
meyakinkan orang melalui kata-katanya sendiri.
Berdasarkan dimensi perkembangan bahasa, anak usia
4-5 tahun memilikim karakteristik perkembangan, antara lain sebagai berikut :
a. Dapat berbicara
dengan menggunakan kalimat sederhana yang terdiri 4-5 kata
b. Mampu
melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar.
c. Senang
mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah
dipahami.
d. Menyebutkan nama,
jenis kelamin, dan umur.
e. Mengerti bentuk
pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan bagaimana.
f. Dapat mengajukan
pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan mengapa.
g. Dapat menggunakan
kata depan seperti di dalam, di luar, di atas, di bawah, dan di samping.
i. Dapat mengulang lagu
anak-anak dan menyanyikan lagu sederhana.
j. Dapat menjawab
telepon dan menyampaikan pesan sederhana.
k. Dapat berperan
serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi untuk selalu ingin belajar.
Permainan yang bertujuan mengembangkan bahasa anak
dan menggunakan media-media yang beragam yang mendukung pembelajaran bahasa.
Anak akan mendapatkan pengalaman bermakna yang meningkatkan kemampuan berbahasa
dimana pembelajaran yang menyenangkan akan menjadi bagian dalam hidup anak.
Semua aktifitas yang dapat merangsang kemampuan anak
dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat
mengembangkan sendiri dengan cara menerapkannya pada anak sesuai dengan kondisi
dan lingkungannya.
Sementara anak tumbuh dan berkembang, produk bahasa
mereka meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Mempelajari
perkembangan bahasa biasanya ditujukan pada rangkaian dan percepatan
perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa sejak usia
bayi dan dalam kehidupan selanjutnya.
Dalam membicarakan perkembangan bahasa terdapat 3
butir yang perlu dibicarakan, yaitu :
1. Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan
berbicara. Bahasa biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan
bersifat semantik, sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam
bentuk kata-kata. Walaupun bahasa dan kemampuan berbicara sangat dekat
hubungannya, keduanya berbeda.
2. Terdapat dua
daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat pengertian/reseptif (understanding)
dan pernyataan/ ekspresif (producing). Bahasa pengertian (misalnya
mendengarkan dan membaca) menunjukkan kemampuan anak untuk memahami dan berlaku
terhadap komunikasi yang ditujukan kepada anak tersebut. Bahasa ekspresif
(bicara dan tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada
orang lain.
3. Komunikasi diri
atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan berbicara dengan dirinya
sendiri apabila berkhayal, pada saat merencanakan menyelesaikan masalah, dan
menyerasikan gerakan mereka.
Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan
ekspresi suara saja lalu berekspresi dengan berkomunikasi, dan dari hanya
berkomunikasi dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan
kemauannya, berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas.
Lerner,1982, (dalam Mutiah Diana, 2010); menyatakan
bahwa dasar utama perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi
yang kaya. Pengalaman-pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor-faktor
bahasa antara lain :
a. Mendengarkan
b. Berbicara
c. Membaca
d. Menulis
Mendengarkan dan membaca termasuk keterampilan
berbahasa secara reseptif (menerima); sedangkan berbicara dan menulis merupakan
keterampilan yang ekspresif. Di samping itu juga, bahwa perkembangan masing-masing
faktor secara bertahap dan pentingnya memantau persepsi ; ingatan, penglihatan,
dan pendengaran anak agar dapat mendeteksi kelemahan-kelemahan anak secara
dini.
Proses anak memahami, menghubungkan dan mengutarakan
pengetahuannya dalam bentuk bahasa yang ekspresif, semuanya akan menentukan
perkembangan bahasanya. Dengan kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan
mendengarkan secara bervariasi, anak akan memiliki keterampilan dan berbicara
secara santun saat mendengarkan atau berbicara dengan orang lain. Apabila orang
dewasa memusatkan perhatiannya pada kegiatan mendengarkan dan berbicara, maka
anak diharapkan terampil mengemukakan pendapatnya secara mandiri tanpa takut
sehingga dapat meningkatkan motivasi, minat, dan percaya diri, serta membantu
perkembangan kepribadiannya.
Membaca merupakan kecakapan fundamental yang penting
yang akan selalu dipelajari. Membaca berarti kesuksesan baik di sekolah, di
tempat kerja, dan di mana pun. Anak yang tidak bisa membaca sampai usia 8 atau
9 tahun, maka dia tidak bisa menjadi seorang pembaca yang baik. Akan muncul
rasa frustrasi di sekolah, sehingga mereka tidak mampu memahami dan
mengekspresikan dirinya secara wajar.
Membaca menurut Montessori bukanlah suatu proses
belajar yang begitu rumit untuk diajarkan. Usia yang paling ideal untuk
mengajarkan membaca adalah pada usia 4-5 tahun s.d. 6 tahun. Saat membaca akan
terkait dengan masalah panca indra. Untuk menjadi pembaca yang baik anak harus
belajar membedakan suara huruf yang berbeda-beda dan mencocokkan suara - suara
itu dengan tulisannya. Pada dasarnya, membaca adalah penerjemahan simbol -
simbol dan suara-suara ke dalam makna. Semakin sering anda memperkenalkan anak
pada kata - kata tertulis, semakin senang anak dalam mempelajarinya.
Membaca seharusnya menjadi proses yang mudah dan
alami. Pengulangan (repetisi) adalah kata kuncinya, bersikaplah cermat dan
jangan tergesa - gesa dalam mengajar anak membaca. Berilah anak buku - buku
yang mudah sehingga dia tidak akan gampang putus asa, karena dengan merasa
berhasil, maka minatnya akan terus-menerus bertambah. Selalulah mempertahankan
pendekatan positif, dan nikmatilah bersama antusiasme membaca anak atas
kegairahan dunia baru yang membentang untuk dijelajahi. Mintalah anak membaca
keras - keras untuk mempraktikkan ekspresi dan intonasi yang baik. Begitu anak
sudah mulai bisa membaca, sering kali dia akan memilih buku - buku yang menurut
anda terlalu sulit baginya. Jangan patahkan semangatnya, karena dengan cara
seperti inilah anak akan belajar. Jika dia menemukan kata - kata asing yang
belum dimengerti, dia akan segera mereka - reka artinya dengan melihat konteks
di mana kata - kata itu digunakan. Sekitar usia tujuh tahun, ajarilah anak
bagaimana cara menggunakan kamus untuk mencari kata-kata, arti dan
pembentukannya. Banyak anak akan meluangkan waktunya berjam-jam terkesima oleh
bacaan kamus.
Membaca dan menulis saling berjalinan satu sama
lain, biasanya menulis mendahului aktivitas membaca aktual. Adalah penulisan
spontan dan anak-anak usia empat tahun di Casa Dei Bambini yang pertama-tama menarik perhatian Dr.
Montessori (dalam Mutiah Dian) dan karyanya: “Ledakan ke dalam tulisan” inilah
yang dianggap suatu fenomena waktu itu, ketika kebanyakan anak kurang terbiasa
dengan abjad sampai usia 7 atau 8 tahun. Tentu saja, ini tidak terjadi begitu
saja.
Apabila anak sudah terampil menyebutkan huruf
dengan tidak salah, maka anak sudah bisa diajak menulis dan menggambar secara
bersama. Untuk itu siapkan kertas dan pensil (berwarna) untuk menulis, meskipun
dimulai dari coretan-coretan kecil anak yang tidak teratur, anak tinggal
menebalkan garis-garis putus tersebut.
Kemampuan membaca ditentukan oleh perkembangan
bahasa sedangkan kemampuan menulis ditentukan oleh perkembangan motoriknya.
Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan
berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan
berbahasa yang baik umumnya memiliki kemampuan dalam mengungkapkan pemikiran,
perasaan, serta tindakan interaktif dengan lingkungannya.
Kemampuan berbahasa tidak selalu ditunjukkan oleh
kemampuan membaca saja, tetapi juga kemampuan lain seperti penguasaan kosa
kata, pemahaman, dan kemampuan berkomunikasi.
Perkembangan kemampuan berbahasa anak usia 4 - 6
tahun ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut :
1. Mampu menggunakan
kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2. Memiliki berbagai
perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya, dan kata
sambung.
3. Menunjukkan
pengertian, dan pemahaman tentang sesuatu.
4. Mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
5. Mampu membaca dan
mengungkapkan sesuatu melalui gambar.
Perkembangan potensi tersebut muncul ditandai oleh
berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang
sesuatu hal, berbicara sendiri dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti
boneka, mobil mainan, dan sebagainya, mencoret-coret buku atau dinding dan
menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda
munculnya berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi
potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan mulai berfungsi
dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak anak. Para
ahli saraf meyakini bahwa jika gejala-gejala munculnya potensi tidak diberikan
rangsangan untuk berkembang ke arah yang positif, maka potensi - potensi tadi
akan kembali menjadi potensi tersembunyi dan lambat laun akan berkurang hingga
sel saraf menjadi mati.
C. Tujuan
Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-kanak
Masa perkembangan bicara dan
bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada masa usia dini, tepatnya
pada tiga tahun dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia
berkembang dalam proses mencapai kematangan (Siti Aisyah et el, 2007: 6). Masa
usia dini merupakan masa keemasan (golden age) di sepanjang rentang usia
perkembangan manusia. Montessori (Sujiono, 2009: 54) menyatakan bahwa masa
tersebut merupakan periode sensitif (sensitive
period), di mana anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari
lingkungannya.
Berdasarkan fakta sebagaimana
dikemukakan oleh para ahli di atas maka harus ada lingkungan yang kondusif,
yang mengupayakan pengembangan berbahasa anak, termasuk anak usia pra sekolah
secara intensif.
Pengembangan kemampuan berbahasa
anak (Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2007: 3) dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut.
1.
Agar
anak dapat mengolah kata secara komprehensif.
2.
Agar
anak dapat mengekspresikan kata-kata dalam bahasa tubuh yang dapat dipahami
oleh orang lain.
3. Agar
anak mengerti setiap kata yang didengar dan diucapkan, mengartikan dan menyampaikan secara utuh
kepada orang lain.
4. Agar
anak dapat berargumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata yang
diucapkannya.
D. TAHAP PERKEMBANGAN BERBICARA ANAK USIA DINI
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar,
yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai
periode linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata-kata yang pertama,
yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.
Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar yaitu:
1. Fase satu kata
atau holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk
menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau
temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat
berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama
sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan
oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan,
sambil mcngamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada
umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah
beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase
lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar
18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri
dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan
predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang
tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh
empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak
lagi egosentris, dari dan untuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi
dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan
anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya
sendiri yang sederhana.
3. Fase
diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung
antara usia dua setengah sampai lima
tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat.
Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan
tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya,
terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu
mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu
mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih
lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab,
memerintah, memberitahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu
pembicaraan “gaya ”
dewasa.
Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap
perkembangan bicara pada anak yang berhubungan erat dengan perkembangan
berpikir anak yaitu :
1. Tahap
eksternal.
Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara
eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan
pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
2. Tahap
egosentris.
Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan
jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
3. Tahap
Internal.
Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah
memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya.
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang
paling efektif. Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan
mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut
kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun
anak kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti maksudnya. Hal ini yang
mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara
merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bcntuk
komunikasi yang lain yang dipakai anak sebelum pandai berbicara. Oleh karena
bagi anak bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga birfungsi untuk
mencapai tujuannya, misalnya :
1) Sebagai pemuas
kebutuhan dan keinginan. Dengan berbicara anak mudah untuk mcnjelaskan
kebutuhan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan,
gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara dapat
mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orang tua atau lingkungannya
tidak mengerti apa saja yang dimaksudkan oleh anak.
2) Sebagai alat
untuk menarik perhatian orang lain. Pada umumnya setiap anak merasa senang
menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak
berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya mudah diperoleh melalui
berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua misalnya apabila anak
dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara juga
untuk menyatakan berbagai ide, sekalipun sering kali tidak masuk akal-bagi
orang tua, dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat
mendominasi situasi sehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dengan
teman bicaranya.
3) Sebagai alat
untuk membina hubungan sosial. Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain
merupakan syarat penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di
lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak-anak Iebih mudah diterima
oleh kelompok sebayanya dan dapat memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapat
peran sebagai pemimpin dari suatu kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang
kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4) Sebagai alat
untuk mengevaluasi diri sendiri. Dari pernyataan orang lain anak dapat
mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang
telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan
menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri melalui orang
lain.
5) Untuk dapat mempengaruhi
pikiran dan perasaan orang lain. Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau
mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat
menyebabkan anak tidak populer atau tidak disenangi lingkungannya. Sebaliknya
bagi anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan merupakan modal
utama bagi anak agar diterima dan mendapat simpati dari lingkungannya.
6) Untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kemampuan berbicara dengan baik dan
penuh rasa percaya diri anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebaya
yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun. Kemampuan dan
keterampilan berbicara dengan baik juga merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi
pemimpin di lingkungan karena teman sebayanya menaruh kepercayaan dan simpatik
kepadanya.
E.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN BAHASA
Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk
memperoleh ketrampilan bahasa yang baik Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi
oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial ekonomi,
jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :
a. Kognisi
(Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu
akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan
dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
pikiran dengan bahasa seseorang.
b. Pola
Komunikasi Dalam Keluarga.
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya
banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
c. Jumlah
Anak Atau Jumlah Keluarga.
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota
keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang
bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada
anggota lain selain keluarga inti.
d. Posisi
Urutan Kelahiran.
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya
di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini
disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu
hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
e. Kedwibahasaan(Pemakaian
dua bahasa)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat
perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena
anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah
dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia .
Faktor-faktor yang mempengaruhi anak berbicara Awal
masa kanak-kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol, karena sering kali anak
dapat berbicara dengan mudah tidak terputus-putus bicaranya. Adapun
faktor-faktor yang terpenting didalam anak banyak bicara yaitu :
1. Inteligensi.
Yaitu semakin cerdas (pintar) anak, semakin cepat
anak menguasai keterampilan berbicara.
2. Jenis disiplin.
Yaitu anak-anak yang cenderung dibesarkan dengan
cara disiplin lebih banyak bicaranya ketimbang pada suatu kekerasan.
3. Posisi urutan.
Yaitu anak sulung cenderung/didorong ortu untuk
banyak berbicara daripada adiknya.
4. Besarnya
keluarga
5. Status
sosial ekonomi
6. Status
ras
7. Berbahasa
dua
8. Penggolongan
peran seks
Potensi Anak Berbicara Didukung oleh
Beberapa Hal :
1) Kematangan alat
berbicara. Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat
berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan
Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru
dapat berfungsi dengan baik setelah sempi’rpa dan dapat membentuk atau memproduksi
suatu kata dengan baik sebagai permulaan berbicara.
2) Kesiapan
berbicara. Kesiapan mental anak sangat berganrung pada pertumbuhan dan
kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimnlai sejak anak berusia antara
12-18 bulan, yang discbut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat
inilah anak betul-betul sudah siap untuk belajar. bicara yang sesungguhriya.
Apabila tidak ada gangguan anak akan segera dapat berbicara sekalipun belum
jelas maksudnya.
3) Adanya model yang
baik untuk dicontoh oleh anak. Anak dapat membutuhkan suatu model tertentu
-agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata
lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model tersebut dapat
diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau saudara, dari radio yang
sering didengarkan atau dari TV, atau actor film yang bicaranya jelas dan
berarti. Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak pernah memperoleh model
scbagaimana disebutkan diatas. Dengan scndirinya potcnsi anak tidak dapat
berkembang sebagaimana mestinya.
4) Kesempatan
berlatih. Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan
timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya
oleh orang tua atau lingkungannya: Pada gilirannya anak kurang memperoleh
moUvasi untuk belajar berbicara yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.
5) Motivasi untuk
belajar dan berlalih. Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara
sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan
potensi anak. Orang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk
berbicara jangan terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan.
6) Bimbingan. Bimbingan
bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu
hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara
dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik
atau mcmbetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan.
Bimbingan tersebut sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan
konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan
orang lain.
Langkah-langkah untuk membantu
perkembangan bahasa anak :
1. Membaca. Kegiatan
ini adalah kegiatan yang paling penting yang dapat dilakukan bersama anak
setiap hari. Ketika orang tua membaca, tunjuklah gambar yang ada di buku dan
sebutkan nama dari gambar tersebut keras-keras. Mintalah anak untuk menunjuk
gambar yang sama dengan yang ada sebutkan tadi. Buatlah kegiatan membaca
menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak dan lakukanlah setiap hari.
2. Berbicaralah mengenai
kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan dengan menggunakan bahasa
yang sederhana.
3. Perkenalkan
kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama tanaman, nama
hewan ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
4. Cobalah untuk
tidak menyelesaikan kalimat anak. Berikan kesempatan baginya untuk menemukan
sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
5. Berbicaralah pada
anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau mendengarkan
mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.
Keterlambatan dan bahaya (gangguan) di dalam
perkembangan bicara pada anak.
Apabila tingkat perkembangan bicara berada dibawah
tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang umumnya sama yang dapat
diketahui dari ketepatan penggunaan di dalam kosa kata (bahasa) anak tersebut
pada saat bersama teman sebayanya bercakap-cakap/berbicara menggunakan
kata-kata terus dianggap muda diajak bermain dengan kata-kata. Keterlambatan
berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak
pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak
masuk sekolah. Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak umumnya adalah
rendahnya tingkat kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara
sama baiknya seperti teman-teman sebayanya, yang kecerdasannya normal atau
tinggi kurang motivasi karena anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi
secara memadai dengan bentuk prabicara dorongan orang tua/orang dewasa,
terbatasnya kesempatan praktek berbicara karena ketatnya batasan tentang
seberapa banyak mereka diperbolehkan berbicara dirumah.
Salah satu penyebab tidak diragukan lagi paling umum
dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara,
bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan
(stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan
didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.
Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab
serius keterlambatan berbicara anak terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua
tidak hanya berbicara kepada anak mereka tetapi juga menggunakan kosa kata yang
lebih luas dan bervariasi, adapun kemampuan anak didalam berbicara yang
berkembang sangat pesat dan cepat yaitu contohnya : anak-anak dari golongan
yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka (anak)
belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik. Sangat kurang
kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada anak. Sedangkan anak yang
berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang tuanya tidak mampu
memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka
tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak didik
tersebut.
Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada
anak yaitu :
1. Kelemahan
didalam berbicara (berbahasa) kosa kata
2. Lamban
mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara.
3. Sering
kali berbicara yang tidak teratur
4. Tidak konsentrasi
didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.
Kesalahan yang umum didalam pengucapan/bahasa
(berbicara) pada anak yaitu :
1. Menghilangkan
satu suku kata/lebih biasanya terletak ditengah-tengah kata contohnya :
“buttfly” padahal “butterfly”.
2. Mengganti
huruf/suku kata seperti “tolly” padahal “Dolly”, “handakerchief” padahal
“handkerchief”.
3. Menghilangkan
huruf mati yang sulit untuk diucapkan oleh anak contohnya : z,w,s,d, dan g.
4. Huruf-huruf hidup
khususnya O yang paling sulit dikatakan anak (diucapkan)
5. Singkatan gabungan
huruf mati yang sulit diucapkan oleh anak contohnya : “st, sk, dr, fl, str”.
Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang
sangat sulit dan rumit. Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh
anak, antara lain :
1) Anak cengeng. Anak
yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada
fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut dapat berupa
kurangnya energi sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak
fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul adalah perasaan ditolak atau tidak
dicintai oleh orang tuanya, atau anggota keluarga lain. Sedangkan reaksi sosial
terhadap tangisan anak biasanya bernada negatif. Oleh karena itu pcranan orang
tua sangat penting untuk menanggulangi hal tersebut, salah satu cara untuk
mengajarkan komunikasi yang efektif bagi anak.
2) Anak sulit
memahami isi pembicaraan orang lain. Sering kali anak tidak dapat memahami isi
pembicaraan orang tua atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabknn kurangnya
perbendaharaan kata pada anak. Di samping itu juga dikarenakan orang tua sering
kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh
anak. Bagi keluarga yang menggunakan dua bahasa (bilingual) anak akan lebih
banyak mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau
saudaranya yang tinggal dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu berusaha
mencari penyebab kesulitan anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat
memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah
mengintepretasikan suatu pembicaraan.
F. RANGKUMAN
Pengembangan
kemampuan berbahasa adalah peserta didik mampu mendengarkan, berkomunikasih
secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbol-simbol yang
melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.
Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan rujukan dalam
implementasi pembelajaran bahasa anak usia dini adalah:
4. Teori Behavioris.
5. Teori Nativist.
6. Teori Constructive.
Karakteristik perkembangan bahasa di
AUD, antara lain:
1. Dapat berbicara
dengan menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari 4-5 kata.
2. Mampu
melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar.
3. Senang
mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah
dipahami.
4. Menyebut nama,
jenis kelamin, dan umurnya,
5. Mengerti bentuk
pertanyaan dengan menggunakan apa, mengapa, dan bagaimana.
6. Dapat mengajukan
pertanyaan dengan menggunakan kata apa, mengapa,dan siapa.
7. Dapat menggunakan
kata depan seperti: di mana, di luar, di atas, di bawah dan di samping.
8. Dapat mengulang
lagu anak-anak dan menyanyikan lagu sederhana.
9. Dapat menjawab
telepon dan menyampaikan pesan sederhana.
10. Dapat berperan
serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi untuk
selalu ingin belajar.
Periode linguistik terbagi dalam tiga
fase besar yaitu:
1. Fase
satu kata atau Holofrase.
2. Fase
lebih dari satu kata.
3. Fase
diferensiasi.
Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap
perkembangan bicara pada anak yang berhubungan erat dengan perkembangan
berpikir anak yaitu :
1. Tahap
eksternal.
Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal
dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan pengarahan,
informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
2. Tahap egosentris.
Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan
jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
3. Tahap Internal.
Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah
memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :
a. Kognisi
(Proses Memperoleh Pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan
mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan
pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran
dengan bahasa seseorang.
b. Pola
Komunikasi Dalam Keluarga.
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak
arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
c. Jumlah Anak Atau
Jumlah Keluarga.
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota
keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang
bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada
anggota lain selain keluarga inti.
d. Posisi Urutan
Kelahiran.
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di
tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini
disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu
hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
e. Kedwibahasaan(Pemakaian
dua bahasa)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan
bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya
ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa
menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan
bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia .
Latihan
Bacalah
materi buku ajar diatas, dan kemudian jawablah soal-soal latihan berikut untuk
mengetahui apakah materi ini telah dipahami.
1.
Jelaskan pengertian perkembangan berbahasa
anak usia dini?
2.
Sebutkan dan jelaskan teori-teori
perkembangan bahasa anak usia dini?
3.
Jelaskan karakteristik perkembangan bahasa
anak usia dini?
4.
Sebutkan fase-fase perkembangan berbahasa
anak usia dini dalam periode linguistik?
5.
Sebutkan tahap-tahap perkembangan berbicara
anak usia dini?
6.
Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa anak usia dini?
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
Pendidikan Nasional, 2007, pedoman
Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di TK,Jakarta
Kemendiknas
Dirjen Pendas dan TK, 2010, Kumpulan
Pedoman Pembelajaran,Jakarta
Mutiah
Diana, 2010, Psikologi Bermain Anak Usia
Dini, Kencana Prenada Media Group, Jakarta ,
Indonesia
Patmonodewo
Soemiarti, 2003, Pendidikan Anak
Prasekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta ,
Indonesia
Program
Studi Pendidikan Anak Usia Dini, 2011,Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini,Jakarta
Whandi,
2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini.
Giel.
2010. Makalah Perkembangan Bahasa Anak. http://edichugiel.blogspot.com/2010/01/makalah-perkembangan-bahasa-anak.html
BAB II
PERKEMBANGAN MENYIMAK
A.
TUJUAN
Buku
ajar pencapaian perkembangan bahasa AUD ini ditujukan untuk pendidik PAUD agar
dapat :
a. Menjelaskan
pengertian menyimak
b. Menjelaskan
fungsi menyimak dan tujuan menyimak
c. Menjelaskan
jenis menyimak
d. Menjelaskan
strategi mengembangkan kemampuan menyimak di PAUD
e. Menjelaskan
pengertian berbicara
f. Menjelaskan
tipe perkembangan berbicara anak
g. Menjelaskan
tujuan berbicara
h. Menjelaskan
metode mengajarkan Berbicara pada Anak
B. PENGERTIAN
MENYIMAK
Menyimak merupakan kemampuan
berbahasa lisan yang bersifat reseptif. Kegiatannya berupa ? memahami bahasa
lisan. Menurut Anderson (1972 : 69), menyimak bermakna mendengarkan dengan
penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Pendapat ini di pertegas oleh
Tarigan (1990 : 25) bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran.
Sejalan dengan itu Akhadiah (1995) juga mengemukakan bahwa menyimak adalah
suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya. Dengan demikian, menyimak berarti suatu kegiatan
menangkap bunyi-bunyi bahasa dengan menggunakan indera pendengaran dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi dan bertujuan untuk
memahami maknanya.
Menyimak sering disamakan
dengan mendengarkan sehingga pada beberapa hal keduanya dapat digunakan secara
bergantian. Namun menyimak tidak sekedar mendengarkan tetapi lebih dari itu,
yaitu berlanjut dengan kegiatan berpikir atau menangkap makna dari apa yang
didengar.
Mendengar bersifat represif
pasif dan terjadi secara alamiah karena seseorang memiliki indra pendengaran.
Jadi, mendengar terjadi tanpa sengaja dan tanpa tujuan, serta yang didengar
bisa bunyi apa saja. Bunyi yang didengar tidak hanya bunyi bahasa, tapi bisa
bunyi bom, bunyi ombak, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan mendengarkan
dilakukan dengan sengaja, penuh kesadaran dan bertujuan. Mendengar meliputi
cara penerimaan suara, sedangkan mendengarkan merupakan penerjemahan
suara-suara yang masuk telinga. Jadi, mendengarkan adalah proses yang aktif
secara sadar dan disengaja termasuk menghubungkan arti dengan suara yang
didengar, serta betul-betul memahami makna yang didengarkan. sedangkan kegiatan
menyimak sudah ada faktor kesengajaan, perhatian, dan usaha pemahaman akan
sesuatu yang disimak.
Kegiatan menyimak dapat
dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sumbernya, sedangkan mendengar
dan mendengarkan bisa bunyi apa saja. Jadi, menyimak memiliki kandungan makna
yang lebih spesifik bila dibandingkan dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, dalam penggunaannya istilah
mendengarkan dan menyimak sering digunakan secara bergantian atau disamakan
artinya. Dalam modul ini pun istilah mendengarkan dan menyimak digunakan secara
bergantian.
Jadi, berdasarkan
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan
mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi
atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan.
C. FUNGSI MENYIMAK
Secara umum dalam kehidupan
sehari-hari, kegiatan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang paling
banyak dilakukan diantara tiga keterampilan berbahasa lainnya. Hampir setiap
saat manusia melakukan kegiatan menyimak. Kegiatan menyimak tersebut dilakukan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung, seperti melalui media
elektronik. Sejalan dengan itu Bromley (dalam Dhieni dkk, 2) menyatakan bahwa
anak dan orang dewasa sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mendengar.
Kemampuan mendengarkan sangat penting tidak hanya untuk belajar di dalam kelas
tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Adapun fungsi atau peranan menyimak bagi
anak, adalah sebagai : (1) dasar belajar bahasa, (2) penunjang keterampilan
berbicara, membaca dan menulis, (3) penunjang komunikasi lisan, dan (4)
penambah informasi atau pengetahuan (Sabarti 1992 : 149). Sedangkan menurut
Hunt dalam Tarigan (1986 : 55) fungsi menyimak adalah : (1) memperoleh
informasi, (2) membuat hubungan antar pribadi lebih efektif, (3) agar dapat
memberikan respon yang positif, serta (4) mengumpulkan data agar dapat membuat
keputusan yang masuk akal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
keterampilan menyimak dapat berfungsi untuk :
1. Menjadi
dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua.
2. Menunjang
keterampilan berbahasa lainnya, seperti berbicara, menulis, dan membaca.
3. Memperlancar
komunikasi lisan.
4. Menambah
informasi atau pengetahuan.
D. TUJUAN MENYIMAK
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan tujuan menyimak bagi anak adalah :
1. Untuk
belajar
Bagi anak PAUD tujuan
mereka menyimak pada umumnya adalah untuk belajar. Misalnya belajar untuk
membedakan bunyi-bunyi yang diperdengarkan guru, mendengarkan cerita, ataupun
untuk permainan bahasa.
2. Untuk
apresiasi
Artinya, menyimak
bertujuan untuk dapat memahami, menghayati nilai bahan yang di simak. Bahan yang
disimak dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya sastra, seperti cerita
dongeng atau puisi.
3. Untuk
menghibur diri dengan menyimak anak merasa senang dan gembira, misalnya menyimak lelucon/pelawak.
4. Untuk
memecahkan masalah yang dihadapi
Bahasa memiliki kemungkinan untuk dapat menimbulkan
masalah, tetapi bahasa juga dapat berguna untuk memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi. Dengan bahasa, seorang anak akan memahami masalah apa yang
sedang dihadapi temannya dan dengan bahasa pula anak tersebut akan mencoba
untuk membantu mencarikan solusinya.
E. JENIS-JENIS MENYIMAK YANG DIKEMBANGKAN DI
PAUD
Jenis-jenis menyimak yang dapat dikembangkan untuk
anak usia dini, menurut Bromley (1992) adalah sebagai berikut :
1. Menyimak
informatif : menyimak atau mendengarkan informasi yaitu menyimak untuk
mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-hubungan.
Beberapa kegiatan yang dapat direncanakan atau ditugaskan kepada anak untuk
mengembangkan kemampuan menyimak informatif, adalah : Menyuruh anak menutup
mata lalu menundukkan kepalanya di atas meja, kemudian suruh mereka membedakan
bunyi (mendorong buku, membuka pintu, mendorong kursi) lalu tanyakan kepada
mereka untuk menebak suara apa yang muncul.
● Mengajarkan
kepada anak-anak bagaimana menerima pesan telepon secara singkat.
● Mengajak
anak-anak berjalan-jalan
● Membacakan
paragraf pendek tentang ilmu pengetahuan atau ilmu sosial. Kemudian ajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa, dan kapan. Jawabannya harus
berupa pilihan atau penjelasan.
● Membaca
sajak atau cerita. Kadang hilangkan sebuah kata atau kalimat pada akhir cerita,
kemudian anak disuruh melengkapi kata atau kalimat yang hilang tersebut.
● Ajak anak
untuk menggambarkan dalam pikirannya tentang apa yang mereka dengar dan cerita.
Kemudian suruh anak melengkapi atau mengisi kata atau kalimat yang hilang
tersebut.
● Ajak anak
untuk menggambarkan dalam pikirannya tentang apa yang mereka dengar dari cerita
yang telah dibacakan guru. Kemudian diskusikan tentang bagaimana anak-anak
dapat menyusun apa yang telah ada dalam pikirannya (gambaran visualnya).
2. Menyimak kritis :
Mendengarkan kritis lebih dari sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta,
ide, dan hubungan-hubungan, namun membutuhkan kemampuan untuk menganalisis apa
yang didengar dan membuat sebuah keterangan tentang hal tersebut dan membuat
generalisasi berdasarkan apa yang didengar. Beberapa kegiatan yang dapat
mengembangkan kemampuan menyimak kritis pada anak adalah sebagai berikut.
● Membacakan
cerita pendek lalu ajak anak untuk mengungkapkan ide utama dari cerita yang
mereka dengar. Untuk membantu anak usia Taman Kanak-Kanak mengungkapkan ide
cerita bisa dipandu dengan pertanyaan dari guru.
● Membacakan
teka-teki dan menyuruh anak menebak berbagai jawaban. Mengajak anak-anak
membuat teka-teki sendiri lalu membacakan pada teman-temannya.
● Mengajak
anak menonton cerita pada televisi atau VCD, lalu mintalah kesan anak tentang
cerita tersebut. Atau ajukan pertanyaan yang dapat mengembangkan kemampuan
berfikir kritis anak. Misalnya pertanyaan : “kamu senang tidak dengan cerita
tadi?”. Siapa tokoh dalam cerita tersebut ? bagaimana sifat-sifat tokohnya?
Tokoh mana yang kamu sukai? Mengapa?” Dan seterusnya.
3. Menyimak
apresiatif : Menyimak apresiatif adalah kemampuan untuk menikmati dan merasakan
apa yang didengar. Penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan yang
disimaknya. Secara imajinatif, penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan,
dan melakukan karakter dari perilaku cerita yang dilisankan.
Adapun beberapa kegiatan yang dapat diberikan untuk
meningkatkan kemampuan menyimak apresiatif pada anak adalah sebagai berikut :
● Membacakan
koleksi cerita, seperti cerita binatang atau cerita lain sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan anak. Bicarakan tentang perasaan, suasana hati, atau
gambaran yang muncul dalam cerita.
● Glazer (1990)
puisi yang diberi ilustrasi yang cantik akan berdampak dua kali lipat pada
pembacanya dibandingkan dengan kualitas puisi yang lebih artistik namun tanpa
ilustrasi.
● Membacakan bacaan
yang berkualitas pada anak, menggiring perhatian mereka pada penggunaan
onomatope (kata-kata yang suaranya seperti artinya).
● Membacakan semua
jenis puisi pada anak dan membantu mereka merespon isi puisi dengan visualisasi
dan perasaan. Gunakan kepekaan penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan
perabaan. Dorong anak untuk bergabung dan membacakannya sehingga mereka
merasakan perasaan puisi tersebut dan pengucapannya sendiri.
● Berbagi buku
puisi bergambar atau buku bergambar. Mengundang seorang pencerita untuk
bercerita di kelas.
F. STRATEGI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENYIMAK DI
PAUD
Secara lebih
khusus metode-metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
menyimak pada anak Taman Kanak-Kanak adalah sebagai berikut :
1. Simak
– Ulang Ucap
Metode simak ulang biasanya digunakan dalam
memperkenalkan bunyi-bunyi tertentu seperti bunyi kendaraan, suara binatang,
bunyi pintu ditutup atau juga bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau huruf biasanya
diperkenalkan pada saat pertama anak belajar membaca atau mengenal bunyi-bunyi
huruf.
2. Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Anak
mereaksi atas perintah guru. Reaksi anak dalam bentuk perbuatan, misalnya untuk
mencapai hasil belajar, anak mampu melaksanakan 2 – 3 perintah secara
berurutan.
3. Simak – Terka
Guru menyiapkan benda-benda yang tidak diketahui
atau tidak diperlihatkan kepada anak. Lalu menyebutkan ciri-iri benda tersebut
dan anak ditugaskan untuk menerka benda yang diminta.
4. Menjawab
Pertanyaan
Guru menyiapkan bahan yang akan disimak berupa
cerita. Sangat diharapkan tingkat kesukaran cerita segi isi maupun bahasanya
disesuaikan dengan kemampuan anak. Kemudian guru menyampaikan bahan tersebut
secara lisan, misal dengan menceritakan atau dengan membacakannya. Selanjutnya
guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan cerita tersebut. Hal ini
bertujuan untuk membantu anak memahami isi cerita. Bentuk pertanyaan atau
bahasa yang digunakan dalam pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan anak.
5. Parafrase
Guru mempersiapkan sebuah puisi yang cocok untuk
anak. Guru membacakan puisi tersebut. Anak menyimak dan kemudian ditugaskan
menceritakan kembali isi puisi tersebut dengan kata-kata sendiri.
6. Merangkum
Guru menyiapkan bahan untuk disimak berupa cerita
yang tidak terlalu panjang. Isi dan bahasanya juga disesuaikan dengan kemampuan
anak. Setelah guru menceritakan, anak ditugaskan untuk menceritakan isi cerita
tersebut dengan kalimat sendiri. Bagi anak TK, jika anak kesulitan dalam
menemukan isi cerita bisa dibantu guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
7. Bisik
Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang anak.
Pesan yang dibisikkan bisa berupa tiga kata berurutan sesuai tema tertentu.
Lalu anak yang pertama membisikkan pesan atau kata-kata tersebut pada anak
kedua. Anak kedua membisikkan pada anak ketiga dan begitu seterusnya. Anak
terakhir menyebutkanisi pesan itu dengan suara keras di depan kelas.
Untuk menentukan metode mana yang akan digunakan
terlebih dahulu guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu tujuan yang akan
dicapai, situasi dan kondisi kelas, kemampuan anak, penguasaan atau pengetahuan
guru tentang metode tersebut, dan lain- lain.
PERKEMBANGAN
BERBICARA PADA ANAK
A. Pengertian Berbicara
Pada anak usia dini (4-6 tahun), kemampuan berbahasa
yang paling umum dan efektif, dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini
selaras dengan karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia tersebut.
Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik,
melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan
dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami;
menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya; menggunakan kata sambut seperti : dan,
karena, tetapi, menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa
mengapa kapan, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik,
menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan
sederhana.
Berbicara merupakan suatu alat untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran ide
maupun perasaan kepada orang lain secara lisan (Cox, 1999). Berbicara bukanlah
sekedar pengucapan kata atau membunyikan, tetapi merupakan suatu alat untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide,
maupun perasaan. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
berkembang dan dipengaruhi oleh keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak
adalah kegiatan komunikasi dua arah atau tatap muka yang dilakukan secara langsung.
a. Aturan dalam
berbahasa terkait dengan perkembangan berbicara
Perkembangan fonologi berkenaan dengan
adanya pertumbuhan dan sistem bunyi dalam bahasa. Bagian terkecil dari sistem
bunyi tersebut dikenal dengan istilah fonem, yang dihasilkan sejak bayi lahir
hingga usia satu tahun. Fonem vokal diekspresikan lebih dahulu oleh anak usia
4-6 bulan dari pada fonem konsonan. Fonem seperti m dan a dikombinasikan oleh
anak sehingga menjadi ma-ma-ma.
Perkembangan morfologi berkenaan
dengan pertumbuhan. dan produksi arti bahasa. Bagian terkecil dari arti bahasa
tersebut dikenal dengan istilah morfem. Sebagai contoh anak yang masih kecil
mengucapkan “mam” yang dapat berarti “saya ingin main bola”.
Sintaksis berkenaan dengan aturan
bahasa yang meliput keteraturan dan fungsi kata. Perkembangan sintaksis
merupakan produksi kata-kata yang bermakna dan sesuai dengan aturan yang
menghasilkan pemikiran dan kalimat yang utuh. Anak bereksperimen dengan
sintaksis sejak 6 tahun pertama perkembangannya. Pada dua tahun pertama, anak
tidak melibatkan kata sandang, kata sifat, maupun kata keterangan dalam
mengkomunikasikan maksud maupun perasaannya.
Dengan bertambahnya usia anak dan seiring
dengan perkembangannya dalam berbahasa, anak mulai melibatkan komponen fonologi
maupun morfologi lebih banyak dalam mengucapkan kalimat tiga atau empat kata.
Selanjutnya, ketika anak mulai menggunakan kalimat yang lebih panjang, anak
juga menggunakan intonasi dalam menanyakan suatu informasi, dengan memberikan
penekanan pada kalimatnya, seperti: “Ayam makan?”, “kakak sekolah? Dan
sebagainya. Kemampuan anak terus berkembang ditandai dengan mulai tampaknya
penggunaan kata tanya seperti “siapa”, “apa”, “mengapa”, “kemana” dan
“bagaimana” hingga anak menguasai banyak hal tentang struktur sintaksis yang
Iebih kompleks pada usia menjelang 6 tahun.
Semantik
berkaitan dengan kemampuan anak membedakan berbagai arti kata. Perkembangan
semantik terjadi dengan kecepatan yang lebih lambat dan sama dibandingkan
perkembangan anak dalam memahami fonologi, morfologi, maupun sintaksis.
Perkembangan semantik bermula saat anak berusia 9-12 bulan, yaitu ketika anak
menggunakan kata benda, kata kerja, dan seiring dengan perkembangannya anak
menggunakan kata sifat maupun kata keterangan. Jenis kata yang sifatnya lebih
abstrak seperti kata depan dari kata penghubung muncul kemudian. Menurut Harris
& Sipay (dalam Bromley, 1992), menjelang usia 5-6 tahun, anak dapat
memahami sekitar 8000 kata, dan dalam satu tahun berikutnya kemampuan anak
dapat mencapai 9000 kata.
Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa
dalam mengekspresikan minat dan maksud seseorang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Sejak anak masih berusia dini, dimana ia menggunakan hanya satu
kata, anak sudah melibatkan komponen pragmatik agar keinginannya tercapai.
Seseorang dapat dikatakan memiliki kompetensi berkomunikasi ketika Ãa telah
memahami penggunaan bahasa tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam
hal ini, anak membutuhkan bimbingan dan orang dewasa untuk membimbingnya
menggunakan kalimat yang tepat dalam menyampaikan maksud pada situasi tertentu.
B. Tahap Perkembangan Bicara
Vygotsky (1986) menjelaskan tiga tahap perkembangan
bicara anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu tahap
eksternal, egosentris, dan internal. Tahap pertama yaitu tahap eksternal
terjadi ketika anak berbicar secara eksternal dimana sumber berpikir berasal
dari luar diri anak. Sumber berpikir ini sebagian besar berasal dari orang
dewasa yang memberikan pengarahan, informasi, dan melakukan tanya jawab dengan
anak. Sebagai contoh orang dewasa bertanya: “Kamu sedang apa?” Anak menjawab :
“sedang makan”. Orang dewasa tersebut lalu meneruskan pertanyaannya : “Mana
sendoknya?”, dan seterusnya.
Tahap kedua adalah egosentris dimana anak berbicara
sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi
persyaratan. Sebagai contoh : “ini nasi, ini piring, inii sendok.”
Tahap ketiga adalah tahap berbicara sesuai dengan
jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan.
Sebagai contoh ketika anak akan menggambar sebuah biskuit, anak menggunakan
pemikirannya sendiri : “Apa yang akan saya gambar? Saya ingin menggambar
biskuit coklat.”
Perkembangan bicara anak bertujuan untuk
menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi-bunyi verbal
merupakan hal pokok untuk menghasilkan bicara. Kemampuan berbicara anak akan
berkembang melalui pengucapan suku kata yang berbeda-beda yang diucapkan secara
jelas. Lebih jauh lagi kemampuan berbicara akan meningkat ketika anak dapat
mengartikan kata-kata baru, menggabungkan kata-kata baru dan memberikan
pernyataan dan pertanyaan.
C. Tipe Perkembangan Berbicara Anak
Secara umum ada dua tipe perkembangan
berbicara anak, yaitu:
1. Egosentric
Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada
dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat
berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
2. Socialized
Speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun
lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial
anak.
D. Tujuan Berbicara
Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan,
melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan seseorang, Hurlock mengemukakan
dua kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak, apakah anak
berbicara secara benar atau hanya sekedar “membeo”
adalah : (1) Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu
menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya, (2) Anak mampu melafalkan
kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah, dan (3) Anak memahami
kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga.
Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan
bantuan dari orang dewasa melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan
menemukan pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya serta mengembangkan
bahasanya. Anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian),
stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar kemampuannya
dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal.
Anak yang memiliki hambatan bahasa juga dapat
distimulasi untuk memahami bahasa yang sederhana. Dalam hal ini pendidik perlu
lebih menekankan penggunaan penguat dibandingkan pengoreksian terhadap
kata-kata yang mereka ucapkan. Pendidik juga perlu memahami adanya anak yang
menggunakan dua macam bahasa. Dalam mempelajari bahasa kedua, kemungkinan anak
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam beradaptasi balk untuk bahasa anak itu
sendiri maupun untuk bahasa teman-temannya yang berada dalam kelas yang sama. Ada bebgerapa cara orang
dewasa mengajarkan bahasa pada batita sebagai berikut :
1. Motherese yaitu
berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas dan
menggunakan kalimat yang sederhana.
2. Recasting yaitu
pengucapan makna suatu kalimat yang sama atau mirip dengan menggunakan cara
yang berbeda misalnya dengan mengubahnya menjadi pertanyaan.
3. Echoing adalah
mengulangi apa yang dikatakan anak, khususnya ungkapan anak yang belum
sempurna.
4. Expanding ialah
menyatakan ulang apa yang dikatakan anak dalam bahasa yang baik ditinjau dan
segi linguistik.
5. Labeling
adalah mengidentifikasikan nama-nama benda.
Rangkuman
Menyimak, adalah kegiatan mendengarkan
secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan
serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Fungsi menyimak
adalah menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua,
menunjang keterampilan berbicara, menulis, membaca, memperlancar komunikasi
lisan, dan menambah informasi atau pengetahuan.
Jenis – jenis menyimak yaitu menyimak
informatif, menyimak kritis dan menyimak apresiatif. Menyimak informatif adalah
menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikasi dan mengingat
fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-hubungan. Sementara menyimak kritis yaitu
lebih dan sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide dan
hubungan-hubungan. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan untuk menganalisis apa
yang didengar dan membuat sebuah keterangan tentang hal yang didengar serta
membuat generalisasi berdasarkan apa yang didengar. Kemudian, menyimak
apresiatif adalah kemampuan untuk menikmati dan merasakan apa yang didengar.
Penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan yang disimaknya. Secara
imajinatif, penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, dan melakukan
karakter dan perilaku cerita yang dilisankan.
Adapun strategi menyimak yang sesuai di
PAUD, adalah : Simak – ulang ucap, Simak – Kerjakan, Simak – Terka, menjawab
pertanyaan, parafrase, merangkum, bisik berantai.
Berbicara merupakan suatu alat untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran ide
maupun perasaan kepada orang lain secara lisan. Agar memiliki keterampilan
berbicara, seorang anak harus menguasai aturan-aturan bahasa yang ada yaitu
aturan fonologi, morfologi, semantik, sintaksis dan pragmatik. Terdapat tiga
tahap dalam perkembangan bicara anak yaitu tahap eksternal yang terjadi ketika
anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri
anak, tahap kedua adalah egosentris dimana anak berbicara sesuai dengan jalan
pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan, dan
tahap ketiga adalah tahap berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan
pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan.
Adapun jenis kegiatan berbicara yang
dapat dikembangkan di PAUD, yaitu bercerita, bercakap-cakap dan bermain peran.
Sementara metode yang dapat digunakan untuk mengajarkan berbicara pada anak
batita yaitu : Motherese, Recasting, Echoing, Expcinding, serta Labeling.
Latihan
Untuk
memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, silahkan Anda mengerjakan
latihan berikut ini !
1. Jelaskan perbedaan mendengar, mendengarkan
dan menyimak
2. Jelaskan fungsi kemampuan menyimak !
3. Bagaimana cara mengembangkan kemampuan menyimak pada anak usia
dini ?
4. Apa yang dimaksud dengan berbicara?
5. Jelaskan tahapan perkembangan berbicara dan jelaskan tipe-tipe
perkembangan bicara anak ?
6. Agar dapat berbahasa dan berbicara yang baik maka terdapat
aturan-aturan yang harus dipahami. Jelaskan aturan-aturan bahasa tersebut!
7. Jelaskan kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan berbicara anak usia TK!
8. Jelaskan metode apa saja yang dapat digunakan untuk mengajarkan
berbicara pada anak usia dini!
DAFTAR
PUSTAKA
Bromley, K.D. 1992. Language Arts :
Exploring Connections II. Boston
: Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005. Metode
Pengembangan Bahasa. Jakarta
: Universitas Terbuka.
Dworetzky, Johan. P.
1990. Introduction to Child Development. St. Paul : West Publishing Company.
Haryadi &
Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia . Jakarta : Depdikbud
Tarigan, H.G. 1986. Prinsip
-prinsip Dasar Sastra. Bandung
: Angkasa.
Vygotsky, L. 1986. Thought and Language.
Massachussetts : The MIT Pres.
BAB III
PERKEMBANGAN
MEMBACA DAN MENULIS
PADA
ANAK USIA DINI
A. TUJUAN.
a. Menjelaskan pengertian membaca.
b. Menjelaskan kemampuan kesiapan membaca.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pada anak.
d. Menjelaskan manfaat membaca.
e. Metode pengembangan membaca untuk anak usia dini.
f. Menjelaskan
pengertian menulis.
g. Menjelaskan tahapan-tahapan menulis pada anak.
B. PENGERTIAN MEMBACA
Membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang
bersifat reseptif.Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan
melibatkan berbagai keterampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan suatu
kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti
mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta
menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan (a)
pengenalan huruf atau aksara, (b) bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf,
(c) makna atau maksud dan (d) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan
konteks wacana.
C. MANFAAT MEMBACA BAGI ANAK
Adapun manfaat membaca bagi anak adalah :
a. Menumbuhkan rasa senang membaca dan akan meningkatkan pengalaman.
b. Meningkatkan
kemampuan berbahasa, misalnya meningkatkan penguasaan kosa kata, penguasaan
struktur kalimat, dan melafalkan bunyi.
c. Memberikan
wawasan yang lebih luas dalam segala hal dan membuat belajar lebih muda.
d. Memberikan
beragam perspektif pada anak.
e. Membaca cerita
dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang, mengembangkan emosi
dan social anak.
f. Anak-anak yang
gemar membaca diharapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan
kesempatan.
g. Anak-anak yang
gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka.
D. TANDA-TANDA
KESIAPAN MEMBACA
Kesiapan anak untuk mengikuti
kegiatan membaca atau belajar membaca dapat diketahui dari tanda-tanda kesiapan
yang ditunjukkan oleh anak. Dhieni, dkk (2009:17) mengklasifikasikan
tanda-tanda kesiapan itu antara lain :
1.
Apakah anak-anak sudah dapat memahami
bahasa lisan.
Kemampuan ini dapat diamati pada
waktu bercakap-cakap dengan anak, atau apabila disuruh untuk melakukan sesuatu,
atau diberi pertanyaan tentang sesuatu. Pemahaman yang dimaksud adalah
pemahaman dasar, yaitu kalimat-kalimat sederhana dalam konteks komunikasi, dan
sesuai dengan perkembangan bahasa anak.
2.
Apakah anak-anak sudah dapat
mengajarkan kata-kata dengan jelas ?
Hal ini pun dapat
dilakukan ketika bercakap-cakap dengan anak, atau ketika anak mengatakan atau
menanyakan sesuatu. Dapat juga dengan menanyakan nama beberapa objek.
3.
Apakah anak-anak sudah mengingat kata ?
Kegiatan ini dapat pula diketahui
dengan menanyakan pada anak tentang objek-objek tertentu sambil menunjuk objek
aslinya. Dan mengulang pertanyaan yang sama keesokan harinya. Jika anak
menjawab dengan benar, maka anak tersebut dapat mengingat dengan baik.
4.
Apakah anak-anak sudah mampu
mengujarkan bunyi?
Kemampuan ini dapat dikatakan sudah
tercakup dalam pertanyaan-pertanyaan di atas. Namun, baik juga diperhatikan
secara khusus. Hal ini bisa dilakukan dengan meminta anak untuk menirukan bunyi
huruf-huruf yang diujarkan oleh guru.
5.
Apakah anak sudah menunjukkan minat
membaca?
Hal ini dapat diketahui dari
kegiatan anak memegang buku,membuka-buka buku bacaan lain dan meniru-niru
membaca, serta mencoret-coret kertas. Ini berkaitan erat dengan usaha-usaha
yang telah dibicarakan terdahulu.
6.
Apakah anak sudah dapat membedakan
suara (bunyi) dengan objek secara baik ?
Kemampuan
yang dimaksud adalah kemampuan pendengaran dan penglihatan. Perilaku ini dapat
dilihat dari perilaku anak menanggapi kata-kata suruhan yang berbeda-beda,
membedakan berbagaisuara dan bunyi di sekitarnya. Sedang kemampuan membedakan
objek-objek dapat diuji melalui berbagai alat permainannya. Dalam kemampuan
membedakan hurufhueuf dapat diuji dengan menunjukkan dua huruf yang berbeda dan
menanyakan persamaan atau perbedaan huruf itu. Selain kemampuan di atas,
kemampuan yang dimaksud juga termasuk kemampuan membedakan arah gerakan, misalnya
tangan bergerak dari kiri ke kenan, atau dari atas ke bawah.
E.
KEMAMPUAN-KEMAMPUAN KESIAPAN MEMBACA
Sebelum mengajarkan membaca
pada anak, dasar-dasar kemampuan membaca perlu dikuasai oleh anak terlebih
dahulu. Kemampuan kesiapan tersebut adalah :
1. Kemampuan membedakan auditorial
Anak-anak harus belajar untuk memahami
suara-suara umum dilingkungan mereka dan membedakan di antara suara-suara
tersebut. Anak harus memahami konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi,
rangkaian,tekanan, tempo, pengulangan dan kontras (suara) untuk membedakan
suara-suara huruf dalam alphabet, terutama suara-suara yang dihasilkan oleh
konsonan awal dalam kata (misalya anak harus mampu membedakan suara huruf d dari
suara t, suara m dari suara).
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru
diantaranya adalah:
a. Mintalah anak untuk memberi nama sesuatu
yang dimulai dengan suara yang sama
dengan namanya.
b. Ucapkan
sekumpulan kata dan mintalah anak untuk member tahu guru kata mana dalam daftar
yang dimulai dengan suara yang berbeda dengan yang lain.
c. Tugaskan
anak untuk memberi nama setiap benda yang ada dikelas yang dimulai dengan huruf
tertentu.
d. Tugaskan
anak untuk mulai dengan kata-kata seperti lari, melompat terbang.
2. Kemampuan diskriminasi visual
Anak-anak
harus belajar untuk memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-gambar
pada foto, lukisan, dan pantonim. Mereka harus mampu membedakan kiri dan kanan,
warna, bentuk maupun atas dan bawah, dan mengikuti gerakan dari kiri ke kanan
maupun dari atas ke bawah. Akhirnya, mereka harus mampu untuk memahami dan
menamai huruf besar dan huruf kecil.
Untuk
mewujudkan hal ini bisa melalui kegiatan-kegiatan berikut:
a. Susunlah untuk menyelesaikan berbagai macam
puzzle.
b. Buatlah
anak menulis berbagai tulisan nama dan kata yang telah dipelajari.
c. Buatlah anak menyalin bentuk-bentuk geometri
seperti lingkaran, segi tiga, segi empat dan bujur sangkar.
3. Kemampuan
membuat hubungan suara-simbol.
Anak
harus mampu mengkaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan
dengan nama yang mereka representasikan. Ia harus tahu bahwa d disebut de dan
menetapkan suara pada awal kata ‘daging’.
4. Kemampuan bahasa lisan.
Anak-anak harus belajar mendengarkan,
mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail dan memahami ide-ide utama.
Mereka harus menggunakan dan memperluas kosa kata bahasa lisan mereka untuk
menjelaskan ide-ide, untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa, untuk
mengekspresikan perasaan mereka sendiri untuk orang imajinasi mereka.
Anak
hendaknya menjadi senang berbagai pengalaman dengan bahasa dan gembira dalam
menggunakan kata-kata baru.
1. Membangun sebuah latar
belakang pengalaman.
Hal ini bisa dilakukan misalnya melalui
bermacam-macam kegiatan, misalnya:
a. Bercerita tentang pengalaman ketika berlibur
ke rumah nenek, hal ini dapat menimbulkan minat membaca anak.
b. Membuat
pusat perhatian di kelas.
c. Mengajak anak menonton film dan mendengarkan
cerita untuk membangun latar belakang pengalaman mereka.
2. Intresprestasi gambar.
3. Progresi dari
kiri ke kanan.
4. Kemampuan
merangkai, missal: suruhlah anak menyusun gambar seri dengan benar.
5. Penggunaan bahasa
mulut, misalnya: menjawb berbagai macam pertanyaan, percakapan, bermain drama
dan bermain peran.
6. Pengenalan
melihat kata, misalnya: anjurkan tiap anak untuk memperhatikan bentuk yang unik
atau karakter khusus tiap melihat kata.
7. Lateralisasi
belajar untuk membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri serta antara kaki
kiri dan kaki kanan.
8. Koordinasi gerak : kegiatan yang dimasukkan dalam program
pendidikan kognitif akan membantu meningkatkan koordinasi gerak anak.
F. FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA ANAK
Kemampuan
membaca ini merupakan kegiatan yang kompleks, artinya banyak faktor yang
mempengaruhinya. Tampubolon (Dhieni, 2009:19) membagi faktor itu
menjadi dua, yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah faktor
yang berkembang baik secara biologis, maupun psikologis, dan linguistik yang
timbul dari diri anak. Sedang, faktor eksogen adalah faktor lingkungan. Kedua
faktor ini saling terkait dan mempengaruhi secara bersamaan. Dhieni (2009 : 19)
menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, antara lain :
1.
Motivasi
Motivasi merupakan
pendorong anak untuk semangat membaca. Motivasi merupakan sebuah ketertarikan
untuk membaca. Hal ini penting karena adanya motivasi akan menghasilkan anak
yang memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Motivasi sendiri terbagi
menjasdi dua berdasarkan sumbernya. Yang pertama adalah motivasi intrinsik,
yaitu faktor yang bersumber pada diri pembaca itu sendiri. Yang kedua adalah
faktor ekstrinsik, yang bersumbernya terletak di luar pembaca itu.
Cara agar anak termotivasi dan
tertarik adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang berkualitas tinggi yang
memiliki hubungan dengan kehidupan mereka. Selain itu, dapat juga dengan
memberi penjelasan kepada anak tentang pengetahuan yang sudah mereka ketahui
atau yang belum diketahui, sehingga anak mudah menghubungkan dengan informasi
baru. Dalam hal ini, guru sebagai katalisator motivasi dan ketertarikan serta
model bagi anak.
2. Lingkungan keluarga
Seperti yang telah
diketahui bahwa anak sangat membutuhkan keteladanan dalam membaca. Keteladanan
itu harus sesering mungkin ditunjukkan kepada anak oleh orang tua. Seperti
diketahui bahwa anak-anak memiliki potensi untuk meniru secara naluriah.
Menurut Leichter (Dhieni, 2009:20) perkembangan kemampuan membaca dan menulis
dipengarahui oleh keluarga dalam hal:
a. Interaksi
interpersonal. Interaksi ini terdiri atas pengalaman-pengalaman baca tulis
bersama orang tua, saudara, dan anggota keluarga lain di rumah.
b. Lingkungan fisik. Lingkungan fisik mencakup bahan-bahan bacaan di
rumah.
c. Suasana yan penuh perasaan
(emosional) dan memberikan dorongan (motivasional) yang cukup anta individu di
rumah, terutama yang tercermin dalam sikap membaca.
3.
Bahan bacaan
Minat baca serta kemampuan membaca
seseorang dipengaruhi oleh bahan bacaan. Bahan bacaan yang terlalu sulit bagi
seseorang akan mematikan selera untuk membaca. Sehubungan dengan bahan bacaan
ini perlu diperhatikan yaitu topik atau isi bacaan dan keterbacaan bahan. Anak
harus dikenalkan dengan berbagai macam topik bacaan atu isi bacaan, sehingga
dapat menambah wawasan anak namun topik yang di[ih harus menarik bagi anak baik
secara segi isi maupun dari segi penyajiannya. Faktor keterbacaan merupakan
faktor yang sangat penting dalam pemilihan bahan bacaan. Keterbacaan maupu
kesulitan bacaan itu berbeda dengan tingkatan-tingkatan kemampuan anak.
G. STRATEGI DAN
METODE PENGEMBANGAN MEMBACA ANAK USIA DINI
Pendidikan anak usia dini
merupakan sebagai tempat bermain, bersosialisasi dan juga sebagai wahana untuk
mengembangkan berbagai kemampuan prokolastik yang lebih subtansial. Untuk itu,
strategi yang digunakan harus menyediakan dengan tepat sesuai dengan minat yang
dibutuhkan anak, juga melibatkan anak dalam situasi yang berbeda dan kelompok
kecil, kelompok besar atau secara individual.
Strategi yang dapat digunakan dalam
mengembangkan kemampuan membaca anak usia dini adalah dengan pendekatan
pengalaman berbahasa. Pendekatan ini diberikan dengan menerapkan konsep DAP (Developmentally
Aproppriate Practice) (Dhieni, 2009:22). Pendekatan ini dilakukan melalui
bermain dengan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk mengembangkan
kemampuan membaca serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberi
berbagai pengalaman bagi anak. Selain itu, perlu juga memperhatikan motivasi
dan minat anak, sehingga kedua faktor itu mampu memberikan pengaruh yang besar
dalam pengembangan kemampuan membaca. Strategi ini dilaksanakan dengan
memberikan beragam aktivitas yang memperhatikan perkembangan kemampuaan membaca
yang dimiliki anak.
Menciptakan suasana bermain pada
anak-anak dapat pula dilakukan dengan menggunakan media atau alat permainan,
baik media gambar atau yang lain. Pendekatan ini dapat pula dilakukan dengan
menggunakan media bermain, seperti kartu, gambar, puzzle, flashcard, dan
lain sebagainya. Selain itu ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam
pengembangan membaca anak. Metode pengembangan membaca untuk anak usia dini
diantaranya (Ceria, 2009) :
1.
Pendekatan pengalaman bahasa
Dalam pendekatan ini
guru menggunakan kata-kata anak sendiri untuk membantunya belajar membaca.
kata-kata itu dapat berupa penjelasan suatu gambar atau suatu cerita pendek
yang dimasukkan ke dalam suatu buku.
Mula-mula anak itu mengatakan kepada
guru apa yang harus ditulis. Setelah beberapa waktu anak-anak dapat menyalin
tulisan guru dan akhirnya dapat menulis kata-kata mereka sendiri. Banyak guru
menggunakan metode ini sebagai suatu pendekatan pertama untuk membaca. Membaca
kata-kata mereka sendiri membantu anak-anak memahami bahwa kata yang tertulis
adalah untuk komunikasi makna. Jadi, kekuatan dari pendekatan pengalaman bahasa
yang utama adalah dapat membuat anak menggunakan pengalaman mereka sendiri
sebagai bahan utama pelajaran membaca. Keunggulan lain dalam pendekatan ini
anak menggunakan pola bahasa mereka sendiri, mereka dapat membaca lebih efektif
dari pada membaca pola bahasa yang ada dalam buku.
2.
Fonik
Metode ini mengandalkan
pada pelajaran alfabet yang diberikan terlebih dahulu kepada anak-anak,
mempelajari nama-nama huruf dan bunyinya. Setelah mempelajari bunyi huruf
mereka mulai merangkum beberapa huruf tertentu untuk membentuk kata-kata. Contoh
: b-a-k r-a-k
p-a-k t-a- k
Untuk memberikan latihan membaca
kepada anak-anak dalam keterampilan ini, buku-buku cerita haruslah dipilih
secara terencana, sehingga semua kata bersifat regular, dapat dibunyikan. Luar
biasa sukarnya untuk menulis buku dengan kata-kata yang secara fonik bersifat
reguler, yang menarik untuk dibaca anak-anak.
Mempelajari bunyi yang terpencil
sangat abstrak bagi anak kecil. Ini tidak berarti apa-apa biasanya mereka
menganggapnya sebagai membosankan. Mereka juga harus benar-benar memusatkan
pikiran akan pembunyian kata-kata sehingga mereka tidak mampu mengucapkan kata
dengan benar tanpa mempunyai gambaran akan artinya. Anak-anak yang diajar dengan
metode ini akan belajar dan mengucapkan kata-kata tak bermakna dengan sangat
benar, sedangkan jika kata-kata itu dalam kalimat mereka segera tahu bahwa
kata-kata itu tidak berarti.
Karena alasan-alasan inilah metode
fonik biasanya tidak diajarkan sampai anak-anak dapat memahami dengan baik
dasar-dasar membaca. Tetapi anak-anak yang besar yang merasakan kesukaran
membaca, sering merasa pendekatan fonik ini baik bagi mereka.
Tidak ada bukti pasti bahwa salah
satu metode itu lebih unggul daripada yang lain. Kebanyakan guru cenderung
menggabung sejumlah metode yang berlainan. Anak-anak yang berlainan memperoleh
manfaat dari metode yang berlainan pada tahap yang berlainan.
3.
Lihat dan Katakan
Dalam metode ini
anak-anak belajar mengenali kata-kata atau kalimat-kalimat keseluruhan, bukanya
bunyi-bunyi individu. Mereka memandangi kata-kata, mereka mendengar kata itu
diucapkan dan kemudian mereka mengulangi ucpan itu.
Dua puluh tahun yang lalu orang
lazim menggunakan kartu dengan dilihatkan sekilas dalam mengajar dengan metode
ini. Kartu-kartu itu dipegang untuk dikenali anak-anak, tapi karena tidak ada
petunjuk untuk membantu mereka, si anak menebak-nebak.Sekarang umumnya diakui
bahwa lebih baik menunjukkan seluruh kalimat lebih dahulu, dan lebih baik diiringi
gambar, kemudian seperangkat kartu kata-kata yang sepadan ditaruh di bawah
kalimat, dan akhirnya hanya kartu-kartu itu untuk membuat sebuah kalimat.
Dengan cara lain anak-anak dapat memperoleh makna dari dalam kata-kata tercetak
dari tahap paling awal belajar membaca.
4.
Metode pendukung konteks
Bila anak-anak sedang
belajar membaca, sangatlah penting bahwa mereka menggunakan buku yang
benar-benar menarik bagi mereka. Meskipun demikian mereka tidak dapat menangani
terlalu banyak kata baru, dan sukarlah untuk menulis cerita yang menarik dengan
kata-kata yang terbatas banyaknya. Untuk mengatasi masalah ini diterbitkan
beberapa buku yang memberikan dua versi dari suatu cerita. Bersi panjang
seringkali dicantumkan pada satu halaman dan pada halaman sebelahnya ada versi
yang lebih pendek.
Kadang-kadang versi panjang ditaruh
pada bagian bawah halaman dan versi pendek dalam gelembung-gelembung bicara.
Anak itu mendengar versi panjang sebelum membaca sendiri versi pendeknya.
Perbendaharaan kata-kata yang lebih terbatas dari versi pendek dihidupkan
karena anak itu dapat mengaitkan dengan apa yang telah ia dengar. Ini merupakan
cara yang relatif baru dalam mengajar membaca dini. Cara ini memang membantu
untuk membuat kata yang tercetak lebih menarik dan bermakna bagi seorang anak.
H. TAHAPAN
PERKEMBANGAN MEMBACA AUD
Membaca merupakan kegiatan yang melibatkan unsur
auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan). Kemampuan membaca dimulai ketika
anak senang mengeksplorasi buku dengan cara memegang atau membolak-balik buku.
Secara
khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa
tahap, antara lain:
1. Tahap
Fantasi (Magical stage)
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan
buku, dia berpikir bahwa buku itu penting, membolak-balik buku dan
kadang-kadang anak selalu membawa buku kesukaannya.
Pada
tahap pertama ini, orang tua atau guru harus menunjukkan model atau contoh
tentang perlunya membaca, membacakan dan menceritakan isi buku pada anak,
membicarakan isi buku pada anak.
2. Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self concept stage)
Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan
mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi
makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa
buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada
tahap kedua ini, orang tua atau guru harus memberikan rangsangan dengan
membacakan sesuatu pada anak. Orang tua atau guru hendaknya memberikan akses
pada buku-buku yang diketahui anak-anak, melibatkan anak membacakan berbagai
buku.
3. Tahap
Membaca Gambar (Bridging reading stage)
Pada tahap ini, anak menjadi sadar pada
cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat
menggunakan kata-kata yang mempunyai makna dengan dirinya, dapat mengulang
kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu
yang dikenalnya serta sudah mengenal abjad.
Pada
tahap ketiga ini, orang tua atau guru membacakan buku cerita yang menarik minat
anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu atau puisi dan memberikan kesempatan
menulis sesering mungkin.
4. Tahap
Mengenal Bacaan (Take-off reader stage)
Anak mulai menggunakan tiga system isyarat (graphoponic, semantic, dan syntactic) secara bersama-sama. Anak
tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha
mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti judul
buku, papan iklan, atau tulisan dibaju.
Pada
tahap keempat ini,orang tua atau guru masih tetap membacakan sesuatu untuk
anak-anak sehingga mendorong anak untuk membaca sesuatu pada berbagai sitiasi.
Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.
5. Tahap
Membaca Lancar (Take-off reader stage)
Pada tahap ini, anak dapat membaca berbagai
jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda,
pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan
bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak
semakin mudah dibaca.
Pada
tahap kelima ini, orang tua dan guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku
pada anak-anak. Tindakan ini akan mendorongagar dapat memperbaiki bacaannya.
Mampu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta membelajarkan cerita yang
berstruktur.
Untuk
memberikan rangsangan posisif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan
anak diatas, maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan
penting.Lingkungan sekitar termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru,
seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain sederhana yang memberikan
arah dan bimbingan agar berbagai potensiyang tampak akan tumbuh berkembang
secara optimal.
Perkembangan
kemampuan membaca biasanya juga beriringan dengan kemampuan menulis yang banyak
terkait dengan perkembangan motorik anak.
I. Pengertian Menulis
Menulis adalah suatu media untuk berkomunikasi,
dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaan melalui untaian
kata-kata yang bermakna.Sementara itu menurut Poerwodarminto (1982), menulis memiliki
batasan sebagai berikut: (1) Membuat huruf, angka dan lainnya dengan pena,
kapur dan sebagainya. (2) Mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti
mengarang, membuat surat
dan lainnya dengan tulisan.
Dengan demikian menulis
bukanlah sekedar membuat huruf-huruf ataupua angka pada selembar kertas dengan
menggunakan berbagai alternative media,melainkan merupakan upanya untuk
mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ada pada diri individu. Melalui
menulis seseorang dapat mengungkapkan perasaannya kepada orang lain.
1. Tahapan
Kemampuan Menulis Pada Anak
Menurut
Brewer, ada 4 tahapan dalam kemampuan menulis, antara lain :
a. Scribble
Stage, yaitu tahap mencoret atau membuat goresan. Pada tahap
ini anak akan membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulis. Pada tahap ini
anak akan mulai belajar tentang bahasa tulis dan cara mengerjakan tulisan
tersebut.
b. Liniear Repetitive Stage, yaitu tahap pengulangan
linear. Pada tahap ini anak menelusuri bentuk tulisan yang horizontal.
c. Random
Letter Stage, yaitu tahap menulis random. Pada tahap ini anak belajar
tentang berbagai bentuk yang merupakan suatu tulisan dan mengulang berbagai
kata ataupun kalimat.
d. Letter Name Writing Of Phonetic Writing. Yaitu
tahap menulis nama. Pada tahap ini anak mulai menyusun dan menghubungkan antara
tulisan dan bunyinya. Anak mulai menulis nama dan bunyi secara bersamaan.
Morrow
(1993) membagi kemampuan menulis anak menjadi 6 tahapan, antara lain:
1. Writing
via Drawing, yaitu menulis dengan cara menggambar.
2. Writing via Scribbing, yaitu menulis dengan cara
menggores. Anak seringkali mencoret dari arah kiri ke kanan seakan mencontoh
tulisan orang dewasa.
3. Writing via Making Letter-Like Forms, yaitu
menulis dengan cara membuat bentuk seperti huruf. Anak tidak hanya membuat
goresan, tetapi sudah melibatkan unsure kreasi.
4. Writing via Reproducing Well-Learned Unit or
Letter Stings, yaitu menulis dengan cara menghasilkan huruf-huruf. Anak
menulis huruf-huruf dengan mencontoh, misalnya mencoba menulis namanya.
5. Writing via Invented Spelling, yaitu
menulis dengan mencoba mengeja satu persatu. Dalam tahap ini anak mencoba
mengeja dengan cara coba-coba.
6. Writing via Conventional Spelling, yaitu
menulis dengan cara mengeja langsung. Dalam tahap ini anak lebih dapat mengeja
secara benar baik dari segi susunan maupun ejaan.
Feldman
(1991) memberikan batasan tentang tahapan kemampuan menulis pada anak, antara
lain:
1. Scrible
on the Page, yaitu membuat goresan pada kertas. Dalam tahap ini anak
membuat gambar ataupun huruf-huruf yang terpisah.
2. Copy Word, yaitu mencontoh huruf. Anak mulai
tertarik mencontoh huruf seperti dalam kata ibu, ayah, adik dan sebagainya.
3. Invented Spelling, yaitu belajar
mengeja. Dalam tahap ini anak mulai menemukan cara mengeja dan menuliskan huruf
sesuai dengan bunyinya.
Tahapan
kemampuan menulis diatas merupakan kemampuan menulis anak yang berawal dari
tahapan yang sederhana sampai tahapan yang lebih tinggi. Kemampuan menulis anak
ditandai dengan adanya ketertarikan anak pada kegiatan menulis yang bermula dari
coretan, mencoba menulis huruf, menulis namanya sendiri, dan meniru menulis
kata.
RANGKUMAN
Membaca merupakan
keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk
kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi, kegiatan
membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa
kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi,
makna serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
Agar pembelajaran membaca
tercapai secara efektif, maka pendidik harus memperhatikan kemampuan-kemampuan
kesiapan membaca pada anak yang terdiri dari: 1) Kemampuan membedakan
auditorial, 2) Kemampuan diskriminasi visual, 3) Kemampuan (membuat) hubungan
suara-symbol, 4) Kemampuan bahasa lisan, dan 5) Membangun sebuah latar belakang
pengalaman.
Hal lain yang harus
diperhatikan adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca
pada anak yaitu: motivasi, lingkungan keluarga, serta factor bahan bacaan.
Adapun metode pengembangan membaca yang dapat dilakukan untuk anak usia dini
yaitu menggunakan pendekatan pengalaman berbahasa, fonik, serta lihat dan
katakana.
Adapun tahapan-tahapan
perkembangan membaca adalah tahap fantasi (magical
stage), tahap pembentukan konsep diri (self
concept stage), tahap membaca gambar (bridging
reading stage), tahap pengenalan bacaan
(take-off reader stage), tahap membaca lancer (independent reader stage).
Menulis adalah kegiatan
komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Menulis
memiliki batasan sebagai berikut: (1) Membuat huruf, angka dan lainnya dengan
pena, kapur dan sebagainya, (2) Mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti
mengarang, membuat surat ,dan
lainnya dengan tulisan. Tahapan menulis pada anak dimulai dengan menggambar,
kemudian menulis cakar ayam,barulah membuat bentuk-bentuk huruf.
LATIHAN
Untuk
memperdalam pemahaman materi diatas silakan kerjakan materi berikut:
1. Jelaskan pengertian membaca bagi anak usia
dini ?
2. Mengapa kemampuan membaca penting dimiliki
oleh anak ?
3. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi membaca pada anak usia
dini ?
5. Jelaskan kemampuan kesiapan apa saja yang harus diperhatikan
pendidik dalam upaya meningkatkan
kemampuan membaca anak usia dini ?
5. Sebutkan tahapan-tahapan perkembangan membaca untuk anak usia
dini ?
6. Uraikan
tahapan kemampuan menulis menurut pandangan beberapa ahli yang anda ketahui?
7. Bagaimana hubungan keterampilan menulis dengan keterampilan
membaca pada anak usia dini?
DAFTAR PUSTAKA
Bowler, P. & Linke, P. 1996. Your Child from One to Ten II. Victoria : Impac Printing
Pty Ltd.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts:Exploring Connections ll. Boston :
Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Ellis, Arthur, dkk. 1989.Elementary Language Arts. New
Jersey : Prentice Hall
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia . Jakarta : Depdikbud.
Poerwordaminto, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka.
Suparno, Muhamad Yusuf. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas
Terbuka.
BAB IV
PERMAINAN
BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI
A. Tujuan
Buku
ajar ini bertujuan agar anak usia dini mampu menyusun permainan yang dapat
memicu perkembangan bahasa.
B. Bermain Sebagai Pemicu Perkembangan Bahasa
Anak AUD
Dari
berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, diperoleh temuan bahwa
bermain dan permainan mempunyai manfaatyang besar bagi perkembangan anak.
Kegiatan bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna bagi anak.
Khusus untuk pengembangan kemampuan bahasa, permainan memiliki manfaat yang
baik bagi anak usia dini.
C. Pengembangan
Bahasa Anak Melalui Permainan
Pengembangan
kemampuan dasar anak, termasuk berbahasa,
dapat dilakukan dengan strategi bermain. Ada beberapa jenis permainan
yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara
lain alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster,
mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset,
membaca cerita (story reading/story telling) ataupun mendongeng. Semua
aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan
sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri
dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa
anak sebagaimana dideskripsikan oleh Eli Tohonan Tua Pane (2009) adalah sebagai
berikut.
a. Permainan ”Pilih Satu Benda”, dilakukan dengan
membagi kelas dalam beberapa kelompok.Tiap kelompok mendapatkan 10
macam benda. Anak kemudian diminta untuk memilih 5 dari 10 benda tersebut.
Anak bisa memikirkan mana benda-benda yang lebih penting. Setelah beberapa
saat, anak diminta untuk memilih 3 dari 5 benda tadi, akhirnya diminta memilih
1 benda saja. Kemudian setiap kelompok diminta berbicara untuk memberikan
alasan mengapa mereka memilih benda tersebut. Tujuan permainan tersebut
adalah melatih keterampilan berbicara anak.
b. Permainan “Menebak Suara Binatang”,
dilakukan dengan memberikan tulisan/gambar kepada setiap anak dan
tidak boleh dibuka sebelum diperintahkan oleh guru. Kemudian setiap anak
harus bersuara seperti binatang yang ada di dalam kertas yang diperolehnya
(anak tidak boleh berbicara, hanya bersuara saja) dan mencari pasangan suara
yang sama. ”Siapa yang tidak mendapatkan pasangan ? Tebak nama binatang itu
!”. Tujuannya adalah membaca kata sederhana tentang nama binatang dan
mengenali bunyi.
c. Permainan Moving family, dilakukan dengan
memposisikan anak-anak duduk dalam sebuah lingkaran lalu memberikan mereka
potongan kertas bertuliskan ayah, ibu, kakak, adik. Kemudian
pendidik menyebutkan tulisan itu, misalnya ”ayah”, maka anak yang membawa
tulisan ayah dapat berdiri. Ketika pendidik mengucapkan ”ibu”, maka anak yang
membawa tulisan ibu berdiri, dan ketika pendidik menyebutkan ”keluarga”, maka
semua anak baik yang memegang tulisan ”ayah”, ”ibu”, ”anak” berdiri berdekatan.
Tujuan permainan ini adalah mengenalkan tulisan untuk dibaca, mendengarkan
bunyi.
d. Permainan
”Memancing Kata”: Anak memancing kartu kata. Kata yang didapat anak kemudian dituliskan dalam
secarik kertas. Tujuan agar mengenalkan anak pada huruf-huruf,
melatih anak untuk menulis kata.
e. Permainan
”Menyeberang Sungai”: Dua anak diminta memegang ujung-ujung tali, kemudian
menggerak-gerakkan tali itu di lantai. Sementara itu anak-anak lain
bertanya,”Buaya, buaya, bolehkah aku menyeberang sungaimu ? Anak yang memegang
tali bisa menjawab dengan mengajukan syarat tertentu bagi anak yang ingin
menyeberang. Misalnya,” Ya boleh, jika kamu mengenakan kaos berwarna putih”.
Maka anak yang berkaos putih dapat segera melompati tali yang digoyang-goyang.
Demikian berulang-ulang dengan persyaratan yang diajukan oleh pemegang tali
berbeda-beda.Tujuannya: mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
f. Permainan ”Cerita Yang Diperagakan”: Pendidik dan
anak menyusun suatu kesepakatan, bahwa pendidik akan membacakan cerita,
dan jika menyebutkan kata-kata tertentu, maka anak telah sepakat untuk
membentuk gerakannya.
g. Permainan ”Menulis
Dengan Badan”: Anak diminta membayangkan bahwa tubuhnya sebagai pensil,
sehingga anak dapat menulis huruf menggunakan badannya. Anak bergerak sesuai
bentuk huruf. Anak yang lain diminta menebak. Kegiatan ini dapat dikembangkan
dengan kata dalam beberapa huruf, misalnya : madu, dsb. Tujuan :melatih
menulis dan membaca huruf.
Contoh
aktivitas permainan di atas dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak,
pendidik perlu menyesuaikan kegiatan dengan perkembangan kemampuan anak dan
dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.
D.
Permainan Bahasa untuk Melatih
Kemampuan Mendengarkan.
Tahap pertama dalam belajar mendengarkan adalah
menyadari sebanyak mungkin bunyi yang berlainan. Hanya dengan mengacu
keberbagai macam bunyi-bunyi dan membicarakannya, akan sangat menolong dan
mengenalkan kepada anak-anak mengenai kata-kata yang dengan kata itu bunyi itu
diberikan.
Berikut
adalah contoh-contoh kegiatan permainan mendengarkan untuk melatih kemampuan
menyimak atau mendengar pada anak.
1) Ada
berapa bunyi?
Ajaklah
anak-anak untuk menutup matanya, tidak bergerak-gerak dan tanpa suara.
Kemudian periksa berapa banyak suara
atau bunyi yang dapat mereka dengar dari lingkungan sekitarnya.
2) Apa
yang sedang saya lakukan sekarang ini?
Satu
anak menutup matanya dan harus menebak apa yang sedang dilakukan oleh anak lain
yang sedang membuka pintu, membuka buku,
mengaduk teh dan kegiatan lainnya yang menimbulkan suara.
3) Apa
yang menimbulkan suara itu?
Pilihlah
tiga atau empat benda yang menghasilkan suara yang berlainan. Dengarkan
suara-suara itu. Tutup mata anak, sementara guru memindahkan salah satu benda
tersebut. Kemudian anak menyebutkan benda apa yang dipindah tadi.
4) Bunyi
kertas.
Anak-anak
diajak mendengarkan bersama bunyi yang berlainan, yang dihasilkan dari kertas
yang dirobek, diremas atau dilambai-lambaikan. Anak harus menutup mata dan
tebak apa yang dilakukan guru dengan kertas tersebut.
5) Bunyi
benda jatuh.
Pilihlah
tiga benda yang berlainan seperti uang logam, paku, sendok dan sebatang pensil.
Anak harus menutup matanya dan menebak benda apakah itu.
6) Bunyi
yang direkam dengan tape recorder.
Guru
dapat melukis gambar untuk menyajikan bunyi-bunyian itu pada lembar-lembar
kartu. Jika anak mendengar suara-suara dari rekaman maka anak harus membalikkan
kartu yang sama dengan suara itu.
7) Perintah
yang dibisikkan.
Anak mendapatkan perintah melalui bisikkan yang
dilakukan guru atau temannya. Mulailah dengan satu perintah misalnya “duduklah dikursi merah” kemudian
tambahkan satu perintah lagi “ambilkan pensil di meja” dan begitulah seterusnya
dengan perintah-perintah yang lain.
E.
Permainan Bahasa Untuk Melatih
Kemampuan Berbicara
Dibawah
ini akan diuraikan beberapa gagasan untuk mendorong anak agar mampu
mengungkapkan diri dengan kata-kata melalui permainan berbicara. Berikut ini
adalah contoh kegiatan permainan berbicara.
1) Kotak Raba
Letakkan
objek-objek peralatan sekolah atau rumah tangga dalam satu boks yang telah
dilubangi sampingnya. Kemudian anak memasukkan kedua tangannya ke dalam kotak
dan mencoba menguraikan apa yang dirabanya sebelum menebak benda apa itu. Versi
lain dimainkan dengan tiga orang. Satu orang meletakkan objek ke dalam kotak,
yang kedua merabanya dan mencoba menguraikannya, yang ketiga menebak benda apa
itu.
2) Pemberian gambar
Secara
bergiliran anak mengatakan sesuatu mengenai suatu gambar dalam sebuah buku atau
majalah, dengan mula-mula mengulangi semua pernyataan yang telah dilakukan
sebelumnya. Permainan ini baik untuk daya ingat dan mengembangkan daya
pengamatan maupun bahasa. Guru dapat menyesuaikan dalam banyak cara misalnya: “
Pada pulau ajaibku aku akan mempunyai…”
3) Mencari hubungan
Permainan
sederhana ini meminta anak untuk memberikan hubungan antara dua objek nyata
sekitar rumah, sekolah, kebun atau lukisan gambar sederhana pada
potongan-potongan kartu kecil. Biarkan
juga anak-anak mengumpulkan pasangan-pasangan objek mereka sendiri dan
menjelaskan mengapa mereka mengumpulkannya.
4) Permainan fantasi
a. Bermain
boneka.
b. Permainan
berdandan.
c. Permainan
kotak karton.
d. Kotak
karton dengan berbagai bentuk dan ukuran dapat menciptakan aneka ragam situasi
bermain. Kotak-kotak besar dapat dijadikan rumah, gua atau ruang kecil. Kotak
ukuran sedang menjadi kendaraan, meja, bangku, loket dan kotak kecil bisa
dijadikan garasi, rumah pertanian dan rumah-rumah miniatur.
F.
Permainan Bahasa untuk Melatih Kemampuan
Membaca
Permainan bahasa untuk melatih kemampuan membaca
banyak ragamnya, diantaranya adalah: 1) Memasangkan suatu kata dengan suatu
gambar, 2) Memasangkan suatu kata tertulis dengan kata yang diucapkan, 3)
Memasangkan suatu kata tertulis dengan suatu kata tertulis, 4) Memasangkan
suatu huruf awal dan suatu gambar, 5) Memasangkan bentuk-bentuk huruf dengan
bunyi huruf.
Berikut
adalah contoh permainan bahasa untuk mengembangkan kemampuan membaca:
1) Permainan Kata.
a. Bahan-bahan :
Beberapa kertas dan
kartu, seperti kertas pelapis, dan kertas dinding (belakangnya), bungkus sereal
dan lainnya, gunting, perekat, mistar, pena berwarna, gambar besar untuk
digunting (catalog mainan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga sumber yang
ideal)
b. Butir-butir yang harus diingat.
● Bila membuat permainan pilihlah kata-kata
yang sudah perna dilihat oleh anak.
Hal ini merupakan bagian dari menambah perbendaharaan kata.
● Jika permainan itu dibuat dengan teliti
mungkin akan lebih menarik bagi anak didik.
● Sesuaikan setiap permainan ini dengan tema
yang terutama akan menarik minat anak didik.
● Anda juga dapat menyesuaikan setiap permainan
untuk membuatnya lebih mudah atau lebih sukar, atau kurang kompetitif menurut
kemampuan dan temperamen anak. Permainan itu dapat diikuti oleh sedikit atau
lebih banyak anak.
2) Membuat barisan
a) Pembuatan :
● Gunting suatu karton tebal berbentuk bujur
sangkar 240 mm
● Gambar garis bujur sangkar itu terbagi
menjadi Sembilan bujur sangkar.
● Gunting Sembilan kartu agar cocok dengan
kotak-kotak pada karton itu.
● Tempelkan gambar pada satu sisi dari tiap
kartu, dan pada sisi lain, kata pasangannya dan gambar suatu lingkaran sebesar
sebuah keping.
● Cari sepuluh keping, lima
dengan suatu warna, dan lima
lain dengan warna lain.
b) Cara bermain.
● Tumpuklah kartu-kartu, kata menghadap ke atas
tebarkan kartu dengan sisi kata menghadap ke atas.
● Dua pemain bergiliran mengambil sebuah kartu
dan membaca kata pada kartu itu, kemudian melihat sebaliknya untuk mengecek apakah
mereka membaca kata itu dengan benar, ia letakkan kartu itu pada papan karton
tebal dan meletakkan sebuah keeping di atasnya.
● Tiap permainan menggunakan keping dengan
warna yang berlainan dan sasaran permainan adalah membuat suatu baris tiga
keping dengan warna yang sama, sepanjang garis-garis “bujur dan silang”.
● Jika tidak berhasil, kocok
kartu-kartu dan mulai lagi.
3) Kartu kata
Permainan
ini menggunakan potongan-potongan kartu, yang biasanya berukuran sebesar kartu
pos. Tiap kartu ditulisi dengan suatu kata. Kartu-kartu ini digunakan untuk
membantu anak-anak belajar mengenali kata-kata dan sangat sederhana membuatnya.
Paling baik jika guru memulai dengan nama-nama anak dan kemudian berpindah ke
nama-nama orang lain dan benda-benda yang dikenal anak dengan baik. Tunjukkan
kartu tersebut satu demi satu, dengan menunggu sampai ia tahu tiap kata sebelum
beralih ke kartu berikutnya.
G. Permainan
Bahasa untuk Melatih Kemampuan Menulis
Keterampilan tangan yang
diperlukan untuk menulis kata-kata berkembang dengan lebih perlahan
dibandingkan keterampilan membacanya. Pensil harus dipegang lembut antara ibu
jari dan telunjuk serta jari tengah sekitar 3 cm dari ujung. Anak yang kidal
harus memegang lebih jauh dari ujung sehingga apa yang ditulis dapat terlihat.
Kertasnya harus lebih ke kiri dari tubuhnya dan sejajar dengan pinggir meja
atau sedikit miring ke kanan.
Berikut
adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kemampuan
menulis, yaitu:
1) Pola
Pembentukan
huruf didasarkan pada pola berulang tertentu. Menyalin pola membantu anak
meningkatkan kendali tangan dan menyiapkan cara menulis.
2) Menghubungkan titik-titik huruf
Cara
ini berguna karena membantu mencetakkan pada pikiran seorang anak tentang
perasaan menulis huruf-huruf.
3) Permainan baki garam atau pasir
Anak-anak
menyukai menulis dengan jari-jari mereka dan mempunyai kendali yang lebih
banyak dari pada penggunaan pensil dan pena. Menulis huruf-huruf dengan cat
jari.
4) Menghubungkan huruf pertama
Mengisikan sebuah huruf untuk
melengkapi sebuah kata merupakan langkah pertama yang berguna dalam menuliskan
seluruh kata.
RANGKUMAN
Permainan
yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak terdiri dari:
a) Permainan pilih satu benda.
b) Permainan menebak suara binatang.
c) Permainan moving family.
d) Permainan memancing kata.
e) Permainan menyeberang sungai.
f) Permainan
cerita yang diperagakan.
g) Permainan menulis dengan badan.
Tahap
pertama dalam tahap mendengarkan adalah menyadari banyak mungkin bunyj yang
berlainan. Beberapa contoh kegiatan permainan mendengarkan pada anak usia dini:
a) Ada
berapa bunyi?
b) Apa yang sedang saya lakukan sekarang ini?
c) Apa yang menimbulkan suara itu?
d) Bunyi kertas.
e) Bunyi benda jatuh.
f) Bunyi yang direkam dengan tape recorder.
g) Permainan yang dibisikkan.
Permainan
bahasa untuk melatih kemampuan membaca banyak ragamnya, diantaranya adalah: 1)
Memasangkan suatu kata dengan suatu gambar, 2) Memasangkan suatu kata tertulis
dengan kata yang diucapkan, 3) Memasangkan suatu kata tertulis dengan suatu
kata tertulis, 4) Memasangkan suatu huruf awal dan suatu gambar, 5) Memasangkan
bentuk-bentuk huruf dengan bunyi huruf. Berikut adalah contoh permainan bahasa
untuk mengembangkan kemampuan membaca: a) Permainan kata. b) Membuat barisan.
c) Kartu kata.
Berikut
adalah contoh kegiatan permainan menulis adalah a) Pola. b) Menghubungkan
titik-titik huruf. c) Permainan baki garam atau pasir. d) Menghubungkan huruf
pertama.
LATIHAN
Untuk
memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, silahkan Anda mengerjakan
latihan berikut ini !
1. Sebutkan permainan apa saja yang dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa anak?
2. Apa yang dimaksud dengan kemampuan
“mendengarkan”? Berikan contoh kegiatan permainan mendengarkan di TK?
3. Apa yang dimaksud dengan kemampuan
“berbicara”? Berikan contoh kegiatan permainan berbicara di TK?
4. Apa yang dimaksud dengan kemampuan
“membaca”? Berikan contoh kegiatan permainan membaca di TK?
5. Apa yang dimaksud dengan kemampuan
“menulis”? Berikan contoh kegiatan permainan menulis di TK?
DAFTAR
PUSTAKA
Biggs,J & Telfer, R.
1981. The Process of Learning. Sydney : Prentice-Hall.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts: Exploring Connection. Boston : Allyn and bacon.
Dhieni, Nurdiana,dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa.Jakarta:
Unifersitas Terbuka.
Ellis, Arthur dkk. 1989. Elementary Language Arrts. New Jersey : Prentice
Hall.
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Berbahasa Indonesia . Jakarta : Depdikbud.
Miller, M.S. 1981. Bringing Learning Home. New York : Happer &
Row Publisher.
Pane,
Eli Tohonan Tua. (2009) “Implementasi
Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini.”
Tersedia pada: http://www..bpplsp-reg-1.go.id/buletin/.
Diakses pada tanggal 5 Juni 2011.
BAB V
METODE
PENGEMBANGAN BAHASA
MELALUI
KEGIATAN BERCERITA
A. TUJUAN
Buku ajar pencapaian perkembangan bahasa AUD ini
ditujukan untuk pendidik PAUD agar dapat
a. Menjelaskan
pengertian metode bercerita.
b. Menjelaskan
tujuan metode bercerita.
c. Menjelaskan
kebaikan metode bercerita.
d. Menjelaskan
kelemahan metode bercerita.
e. Mampu
menyebutkan berbagai macam metode dan teknik dalam mengembangkan kemampuan berbahasa.
B.
PENGERTIAN METODE BERCERITA
Secara
etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti ”yang
dilalui” dan hodos yang berarti ”jalan”, yakni jalan yang harus dilalui. Jadi
secara harfiah metode adalah cara yang tepat untuk melakukan
sesuatu.(Poerwakatja, 1982: 56). Sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan
method yang mengandung makna metode dalam bahasa Indonesia.(Wojowasito, 1980:113).
Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan tharīqah yang berarti jalan atau
cara.(Louwis, t.t.: 465). Demikian pula menurut Yunus, tharīqah adalah
perjalanan hidup, hal, mazhab dan metode.(Munawwir, 1997: 849).
Secara terminologi, para
ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, di antaranya pengertian
yang dikemukakan (Surakhmad 1998: 96), bahwa metode adalah cara yang di dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Metode pembelajaran
adalah sebuah konsep cara yang digunakan oleh guru untuk mengelola pembelajaran
agar materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik terhadap anak didik sesuai dengan tujuan yang dinginkan. Teknik
pembelajaran adalah aplikasi atau penerapan dari sebuah metode.
Metode dan teknik
pembelajaran sangat berkaitan erat karena sebuah metode pembelajaran tidak akan
berhasil tanpa menggunakan teknik.
Yang dimaksud dengan
metode bercerita adalah cara mengajar dalam bentuk menuturkan/menyampaikan
cerita atau memberikan penerangan secara lisan.
C. Tujuan
Tujuan dari metode
bercerita adalah :
a. Melatih
daya tangkap dan daya konsentrai anak didik
b. Melatih daya pikir dan fantasi anak
c. Megembangkan kemampuan
berbahasa dan menambah pembendaharaan kata kepada anak didik.
d. Menciptakan suasana
senang di kelas
D. Kebaikan
Metode Bercerita
Kebaikan
dan kelebihan dari metode bercerita adalah:
a. Dapat
membangkitkan minat anak
b. Menumbuhkan sikap perilaku yang positif pada
anak
c. Menanamkan nilai-nilai
moral
d. Menumbuhkan imajinasi
anak
e. Melatih pendengaran anak
f. Mengenadalikan emosi
g. Memperkaya kosa kata
h. Mengembangkan daya pikir
i. Menumbuhkan rasa cinta
tanah air
E. Kelemahan
Metode Bercerita
Metode bercerita
juga mempunyai kelemahan, antara lain:
1. Dapat
membuat anak pasif
2. Apabila alat peraga tidak menarik anak kurang
aktif
3. Anak
belum tahu dapat mengulang cerita kembali
4. Waktu cerita berlangsung anak yang mengemukakan pendapatnya sehingga
dapat mengganggu jalannya cerita.
Pembelajaran dengan
menggunakan metode berceritaakan menghasilkan mutu yang baik apabila cara
menguasai teknik-teknik bercerita. Berikut beberapa teknik dalam bercerita.
F. Teknik
Bercerita Tanpa Alat Peraga
Langkah-langkah
pelaksanaan
a. Guru
mengatur organisasi kelas (Posisi tempat duduk anak)
b. Guru merangsang anak agar mau mendengarkan
dan memperhatikan isi cerita
c. Guru mulai bercerita,
(cerita sederhana) dengan terlebih dahulu menyebutkan judul certa
d. Setelah selesai
bercerita, guru memberikan tugas pada anak-anak, untuk menceritakan kembali isi
cerita tersebut secara bergantian
e. Guru memberikan pujian
pada anak yang sudah bisa dan memberikan motovasi kepada anak yang belum bisa.
Pengembangan
kemampuan berbahasa dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode dan
teknik, antara lain: (1) bercerita dengan alat peraga langsung; (2) bercerita
dengan boneka tangan; (3) bercerita dengan papan flannel; (4) mengurutkan dan
menceritakan gambar seri; (5) dramatisasi/bermain peran; (6) bercerita dengan
kartu gambar; (7) bermain tebak cerita; (8) bercerita dengan wayang (9)
mengenal simbol-simbol huruf; (10) membuat coretan yang bermakna; (11) meniru
huruf; (12) menulis nama sendiri; (13) membaca nama sendiri.
G. BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA LANGSUNG
1. Tingkat pencampaian perkembangan
a. Memahami cerita yang dibacakan.
b. Mengenal pembendaharaan kata mengenai kata sifat nakal, pelit, baik
hati, berani, baik, jelek, dan sebagainya.
c. Menceritakan kembali
cerita/dongeng yang perna didengar.
d. Mengenal
suara-suara hewan/benda yang ada disekitarnya.
2.
Indikator
Mendengarkan
dan menceritakan kembali cerita secara urut.
3.
Metode
Bercerita dan pemberian tugas.
4.
Tujuan Pembelajaran
a. Dapat
melatih kemampuan mendengar dan berbicara.
b. Dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Dapat
menceritakan gambar.
d. Dapat
menambah kosa kata anak.
e.
Dapat memahami kata dan kalimat
sederhana.
5.
Judul Cerita : Kelinci Hitam dan Anak Tikus
6.
Alat Peraga : Buku
cerita kelinci hitam dan anak tikus
Naskah cerita
Kelinci
Hitam dan Anak Tikus
Kelinci hitam ingin ke rumah kiki seekor anak ayam. Si
hitam minta izin pada induknya. Boleh kamu main, tapi jangan nakal dan
hati-hati dijalan, kata induk kelinci. Si hitam senang sekali, ia berjalan
sambil bernyanyi-nyanyi.
Di jalan si hitam bertemu kiki.Kiki saya mau ke rumahmu
kata hitam. Ayo kiki juga mau pulang. Kiki dan hitam jalan bersama-sama mereka
senang sekali.
Tiba-tiba hitam dan kiki mendengar suara cit, cit, cit ….
Kiki dan hitam mencari suara itu. Hitam dan kiki melihat tikus kecil terjepit
batu. Oh, ternyata si kuskus kata kiki. Kuskus kesakitan minta tolong.
Kiki ayo kita tolong, kata hitam. Hitam dan kiki
mendorong batu itu sedikit demi sedikit sampai batu itu dapat digeser.
Kuskus tidak dapat berjalan karena kakinya luka. Kemudian
kiki mengambil daun besar. Si hitam menarik kuskus ke atas daun. Kiki ayo kita
tarik, kata hitam. Hitam dan kiki mengantar kuskus pulang ke rumahnya.
Kuskus kena apa kamu, tanya induk tikus. Kuskus terjepit,
batu kata kiki. Hitam dan kiki yang menolong aku tadi, kata kuskus. Terimah
kasih kiki, terima kasih hitam, kata induk tikus.
Kemudian hitam dan kiki pulang. Hitam tidak jadi ke rumah
kiki. Hitam dan kiki pulang kerumah masing-masing. Sampai dirumah hitam cerita
pada induknya. Induknya bangga, hitam dapat berbuat baik.
7.
Langkah-Langkah Kegiatan
a. Anak-anak
dan guru mencari tempat yang nyaman di luar kelas, bisa juga disesuaikan dengan kondisi lingkungan
masing-masing untuk kegiatan bercerita.
b. Guru
menunjukkan alat peraga berupa buku cerita yang besar dan menarik anak.
c. Guru
memberikan kesempatan pada anak untuk menyebutkan judul cerita.
d. Guru mulai bercerita dengan intonasi suara yang
berbeda sehingga tercipta suasana cerita yang menyenangkan.
e. Tanya
jawab tentang cerita yang sudah diceritakan oleh gurudengan menggunakan pola
kata tanya apa, mengapa, kapan, siapa, di mana dan bagai mana. Agar anak berani
mengungkapkan imajinasinya.
f. Anak
menceritakan kembali cerita yang sudah didengar sesuai dengan imajinasinya.
H. BERCERITA
DENGAN BONEKA TANGAN
1.
Tingkat Pencampaian Perkembangan
a. Memahami cerita yang
dibacakan.
b. Menceritakan kembali
cerita/dongeng yang perna didengar
c. Mengenal perbedaan kata
mengenai kata sifat baik hati, sayang,sedih, senang, lesu dan murung.
d. Mengenal suara hewan/benda
yang ada disekitarnya.
e. Menjawab pertanyaan
sederhana.
f. Mengenal symbol-simbol benda
yang ada disekitar anak.
g. Mengutarakan pendapat kepada
orang lain.
h. Menyebutkan kata-kata yang
didengar.
2. Indikator
Mendengarkan
cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana.
3. Metode
Bercerita, bercakap-cakap dan
pemberian tugas.
4. Tujuan Pembelajaran
a.
Dapat mengembangkan imajinasi anak.
b.
Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa.
c.
Dapat menceritakan kembali cerita dari
guru dengan kalimat sederhana.
d.
Dapat menambah kosa kata anak.
e. Dapat
melatih pendengaran dan daya ingat anak.
5. Alat
Peraga: Boneka tangan yang disesuai dengan naska cerita.
6. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Guru
menyebutkan judul cerita.
b. Guru
memperkenalkan/memainkan boneka tangan secara bergantian, dengan intonasi suara
sesuai perannya.
c. Tanya
jawab tentang cerita yang sudah digeritakan oleh guru dengan menggunakan pola
kata Tanya apa, mengapa, kapan, siapa, di mana dan bagai mana.
d. Anak
menyebutkan kata-kata yang dikenal.
e. Anak
menceritakan kembali cerita yang sudah disimak sesuai dengan imajinasinya.
f. Anak
menyimpulkan isi cerita sesuai dengan bahasanya sendiri.
I. BERCERITA
DENGAN PAPAN FLANEL
1. Tingkat
Pencapaian Perkembangan
a. Memahami
cerita yang dibacakan.
b. Mengenal pembendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dan
sebagainya)
b. Menceritakan
kembali cerita/dongeng yang perna didengar.
c. Mengenal
suara hewan/benda yang ada disekitarnya.
d. Mengulang
kalimat sederhana.
e. Mengenal
simbol-simbol gambar dan benda yang ada disekitarnya.
f. Dapat
menceritakan gambar.
2. Indikator
Menjawab pertanyaan tentang keterangan atau
informasi secara sederhana.
3. Metode
Bercerita, pemberian tugas
dan Tanya jawab.
4. Tujuan
Pembelajaran
a. Dapat melatih kemampuan berbahasa
b. Dapat menambah kosa kata anak
c. Dapat mengembangkan imajinasi anak.
d. Dapat melatih kosentrasi pendengaran.
5.
Alat Peraga
a. Papan flannel.
b. Potongan
gambar lepas terbuat dari karton yang diberi perekat sesuai tokoh dan gambar
yang mendukung cerita, yang terdiri
c. dari
5-8 gambar.
6. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Guru
menunjukkan alat peraga yang telah disiapkan dan anak menyebutkan nama tokoh
yang ada dalam isi cerita.
b. Guru
menyebutkan judul cerita.
c. Sambil
bercerita, guru meletakkan potongan-potongan gambar pada papan flannel yang
sesuai dengan adegan yang diceritakan.
d. Selesai
bercerita guru menempelkan potongan gambar seluruh toko cerita.
e. Anak
menceritakan kembali cerita yang telah didengar sesuai angkan
f. Tanya
jawab tentang cerita yang sudah diceritakan oleh guru dengan menggunakan kata tanya apa, mengapa,
kapan di mana, siapa dan bagai mana.
J. MENGURUTKAN DAN MENCERITAKAN GAMBAR SERI
1. Tingkat Pencapaian Perkembangan
a. Bercerita tentang gambar yang disediakan
b. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri
sederhana.
c. Menceritakan kembali cerita yang telah
didengar.
d. Mengenal suara hewan/ benda yang ada
disekitarnya.
2.
Indikator
Mengurutkan dan
menceritakan isi gambar seri sederhana (3-4 gambar).
3.
Metode
Demonstrasi, pemberian tugas dan
bercerita.
4.
Tujuan Pembelajaran
a. Dapat
mengembangkan kemampuan berbicara.
b. Dapat
mengurutkan gambar seri.
c. Dapat
menceritakan gambar
d. Dapat
memperkaya kosa kata anak.
5.
Alat Peraga
3-4 gambar seri ukuran 10 cm x 15 cm
6. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Guru
memperhatikan gambar seri dan menjelaskan judulnya.
b. Tanya
jawab tentang gambar seri dan menjelaskan tentang cara bermain gambar seri
c. Anak
mengurutkan dan menceritakan empat gambar seri tersebut secara bergantian.
d. Guru
mengamati dan memberikan pujian kepada anak yang sudah mampu dan memberikan motivasi
pada anak yang belum mampu.
K.
BERCERITA DENGAN KARTU GAMBAR
1. Tingkat Pencampaian Perkembangan
a. Mengerti beberapa perintah secara bersamaan.
b. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur
lengkap.
c. Menyebutkan posisi atau keterangan tempat.
d. Bercerita tentang gambar yang disediakan.
2. Indikator
Mendengarkan cerita
dan menceritakan kembali cerita secara sederhana.
3. Metode
Bercerita,
Tanya jawab dan pemberian tugas.
4. Tujuan Pembelajaran
a. Dapat menambah kosa kata anak.
b. Dapat melatih kemampuan berbicara anak.
c. Dapat mengembangkan imajinasi anak.
d. Dapat menyebutkan posisi atau keterangan
tempat.
5. Alat Peraga
Empat
atau lima set
kartu gambar dengan judul cerita yang berbeda.
6. Langkah-Langkah
Kegiatan
a. Guru memperlihatkan dan tanya jawab tentang
kartu gambar.
b. Anak memilih kartu gambar yang diminati.
c. Anak member judul cerita.
d. Anak bercerita tentang kartu gambar secara
bergantian.
e. Anak dan guru menarik kesimpulan dari cerita
tersebut.
L.
DRAMATISASI
1. Tingkat
Pencapaian Perkembangan
a. Memahami aturan
dalam suatu permainan.
b. Menceritakan
kembali cerita yang pernah didengar.
c. Mengenal
perbedaan kata sifat baik hati, sayang, sedih, senang.
d. Berkomunikasih
secara lisan.
e. Mengenal
simbol-simbol gambar dan benda yang ada disekitar anak.
2. Indikator
Menceritakan pengalaman atau kejadian
secara sederhana dengan urut.
3. Metode
Demonstrasi dan
pemberian tugas.
4. Tujuan
Pembelajaran
a. Dapat berkomunikasih dengan bahasa yang
sederhana.
b. Dapat
mengembangkan kosa kata anak.
c. Dapat mengembangkan imajinasi anak.
d. Dapat berbicara lancar secara lisan dengan
lafal yang benar.
5. Alat
Peraga
Buku cerita.
Pakaian dan alat yang
diperlukan sesuai dengan peran.
6. Langkah-Langkah
Kegiatan
a. Guru
mempersiapkan alat peraga yang diperlukan.
b. Guru
menjelaskan cerita yang akan didramatisasikan (cerita yang sudah dikenal anak.
c. Anak
memilih peran sesuai dengan minatnya.
d. Anak
melaksanakan dramatisasi sesuai perannya.
e. Guru
membagikan pakaian/alat yang sesuai dengan peran yang akan dimainkan.
f. Anak
bermain drama sesuai cerita yang pernah didengar sesuai bahasa anak.
g. Guru
memberikan penghargaan kepada anak, berupa pujian atau pemberian tanda bintang.
M.
BERCERITA DENGAN GAMBAR
1. Tingkat
Pencapaian Perkembangan
a. Mengulang
kalimat sederhana.
b. Menjawab
pertanyaan sederhana.
c. Mengungkapkan
perasaan dengan kata sifat (baik, buruk, senang, nakal pelit,berani)
d. Mengungkapkan
pendapat kepada orang lain.
e. Menceritakan
kembali cerita yang pernah didengar.
f. Menyebutkan
kata-kata yang dikenal.
2. Indikator
Bercerita
tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri.
3. Metode
Bercerita dan
pemberian tugas.
3. Tujuan
Pembelajaran
a. Dapat
melatih daya ingat anak.
b. Dapat
menambah kosa kata anak.
c. Dapat
melatih kemampuan berbicara anak.
d. Dapat
mengembangkan imajinasi anak.
4. Alat Peraga
Buku cerita bergambar.
5. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Guru
memperlihatkan gambar pada sampul sambil memperlihatkan judul cerita.
2. Guru
membacakan cerita, setiap halaman dengan intonasi suara, irama yang menarik dan
ucapan yang jelas.
3. Setelah
membacakan cerita, guru memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan
kembali isi cerita secara bergantian.
4. Bagi
anak yang sudah mampu diberi pujian dan bagi anak yang belum mampu diberi
motivasi atau dorongan.
N. BERCERITA DENGAN WAYANG
1. Tingkat
Pencapaian Perkembangan
a. Menyebutkan kata-kata yang dikenal.
b. Mengungkapkan pendapat kepada orang lain.
c. Menceritakan
kembali cerita yang perna didengar.
d. Mengenal suara
hewan atau benda yang ada disekitar.
2. Indikator
Mendengarkan
cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana.
3. Metode
Bercerita,
pemberian tugas dan tanya jawab.
4. `Tujuan Pembelajaran
a. Dapat
melatih kemampuan berbicara anak.
b. Dapat
menambah kosa kata anak.
c. Dapat
mengembangkan imajinasi anak.
d. Dapat
melatih kemampuan berbahasa.
5. Alat
Peraga
Wayang
dari kardus atau boneka.
6. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Guru
memperkenalkan tokoh wayang yang akan dimainkan.
b. Guru
menjelaskan cara-cara bermain wayang.
c. Anak
bermain wayang dengan bahasa yang sesuai dengan
kemampuan anak.
d. Memberikan
pujian bagi anak yang mampu dan member motivasi pada anak yang belum mampu.
O.
PERMAINAN TEBAK CERITA
1. Tingkat
Pencapaian Perkembangan
a. Menyimak
perkataan orang lain.
b. Memahami
cerita yang dibacakan.
c. Menjawab
pertanyaan sederhana.
d. Mengutarakan
pendapat kepada orang lain.
e. Dapat
menceritakan gambar.
2. Indikator
Menunjukkan
dan menyebutkan gerakan-gerakan, misalnya duduk, jongkok, berlari, melompat, menangis,
tertawa, senang, sedih, dan lain-lain.
3. Metode
Demonstrasi dan
Tanya jawab.
4. Tujuan Pembelajaran
a. Mengembangkan
visual anak.
b. Menambah
kosa kata anak.
c. Melatih
kebersamaan menyampaikan pendapat.
d. Menggembirakan
anak.
e. Dapat
membedakan gerakan.
5. Alat Peraga
a.
Gambar atau benda tiruan model
bermacam-macam binatang.
b.
Pertanyaan berbentuk cerita “Binatang
berkaki empat” seperti:
· Aku
adalah seekor binatang. Badanku besar, hidungku panjang, makananku daun-daunan, siapakah aku?
· Aku
adalah seekor binatang. Telingahku panjang, kalau berjalan melompat-lompat,
makananku wortel, siapakah aku?
6. Langkah-langkah
Kegiatan
a. Guru
menyebutkan ciri-ciri binatang yang akan ditebak anak.
b. Anak
menebak nama binatang tersebut.
c. Guru
bercerita dengan menggunakan intonasi yang menarik dan bervariasi.
d. Setelah
ditebak oleh anak, guru memperlihatkan gambar binatang atau tiruan.
RANGKUMAN
Yang dimaksud dengan
metode bercerita adalah cara mengajar dalam bentuk menuturkan/menyampaikan
cerita atau memberikan penerangan secara lisan.
Tujuan dari metode
bercerita adalah :
e.
Melatih daya tangkap dan daya konsentrai anak didik
f.
Melatih daya pikir dan fantasi anak
g.
Megembangkan kemampuan berbahasa dan menambah
pembendaharaan
kata kepada anak didik.
h.
Menciptakan suasana senang di kelas
Kebaikan dan kelebihan dari metode
bercerita adalah:
j. Dapat membangkitkan
minat anak
k. Menumbuhkan sikap
perilaku yang positif pada anak
l. Menanamkan nilai-nilai
moral
m. Menumbuhkan imajinasi
anak
n. Melatih pendengaran anak
o. Mengenadalikan emosi
p. Memperkaya kosa kata
q. Mengembangkan daya pikir
r. Menumbuhkan rasa cinta
tanah air
Metode bercerita juga
mempunyai kelemahan, antara lain:
5.
Dapat membuat anak pasif
6.
Apabila alat peraga tidak menarik anak kurang aktif
7.
Anak belum tahu dapat mengulang cerita kembali
8.
Waktu cerita berlangsung anak yang mengemukakan pendapatnya
sehingga dapat mengganggu jalannya cerita.
Pengembangan kemampuan berbahasa dapat
dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik, antara lain: (1)
bercerita dengan alat peraga langsung; (2) bercerita dengan boneka tangan; (3)
bercerita dengan papan flannel; (4) mengurutkan dan menceritakan gambar seri;
(5) dramatisasi/bermain peran; (6) bercerita dengan kartu gambar; (7) bermain
tebak cerita; (8) bercerita dengan wayang (9) mengenal simbol-simbol huruf;
(10) membuat coretan yang bermakna; (11) meniru huruf; (12) menulis nama
sendiri; (13) membaca nama.
LATIHAN
Untuk memperdalam
pemahaman anda mengenai materi di atas, silahkan Anda mengerjakan latihan
berikut ini !
1.
Jelaskan pengertian metode bercerita untuk
anak usia dini?
2.
Sebutkan dan jelaskan tentang tujuan metode
bercerita?
3.
Sebutkan kebaikan dalam metode bercerita?
4.
Sebutkan kelemahan dalam metode bercerita?
5.
Jelaskan metode dan teknik apa saja yang
digunakan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa?
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia, 2005
Kemendiknas
Dirjen Pendas dan TK, 2010, Kumpulan
Pedoman Pembelajaran,Jakarta
Biggs,J & Telfer, R.
1981. The Process of Learning. Sydney : Prentice-Hall.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts:Exploring Connections ll. Boston :
Allyn and Bacon.
Bowler, P. & Linke, P. 1996. Your Child from One to Ten II. Victoria : Impac Printing
Pty Ltd.
Departemen
Pendidikan Nasional, 2007, pedoman
Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di TK,Jakarta.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Giel.
2010. Makalah Perkembangan Bahasa Anak.
http://edichugiel.blogspot.com/2010/01/makalah-perkembangan-bahasa-anak.html
Haryadi &
Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia . Jakarta : Depdikbud
Kemendiknas
Dirjen Pendas dan TK, 2010, Kumpulan
Pedoman Pembelajaran,Jakarta
Mutiah
Diana, 2010, Psikologi Bermain Anak Usia
Dini, Kencana Prenada Media Group, Jakarta ,
Indonesia
Patmonodewo
Soemiarti, 2003, Pendidikan Anak
Prasekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia
Program
Studi Pendidikan Anak Usia Dini, 2011,Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini,Jakarta.
Vygotsky, L. 1986. Thought and Language.
Massachussetts : The MIT Pres
Whandi,
2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini.
Giel.
2010. Makalah Perkembangan Bahasa Anak.
http://edichugiel.blogspot.com/2010/01/makalah-perkembangan-bahasa-anak.html
Bromley, K.D. 1992. Language Arts :
Exploring Connections II. Boston
: Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005. Metode
Pengembangan Bahasa. Jakarta
: Universitas Terbuka.
Dworetzky, Johan. P.
1990. Introduction to Child Development. St. Paul : West Publishing Company.
Haryadi &
Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia . Jakarta : Depdikbud
Tarigan, H.G. 1986. Prinsip
-prinsip Dasar Sastra. Bandung
: Angkasa.
Vygotsky, L. 1986. Thought and Language.
Massachussetts : The MIT Pres
Bowler, P. & Linke, P. 1996. Your Child from One to Ten II. Victoria : Impac Printing
Pty Ltd.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts:Exploring Connections ll. Boston :
Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Ellis, Arthur, dkk. 1989.Elementary Language Arts. New
Jersey : Prentice Hall
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia . Jakarta : Depdikbud.
Poerwordaminto, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka.
Suparno, Muhamad Yusuf. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Biggs,J & Telfer, R.
1981. The Process of Learning. Sydney : Prentice-Hall.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts: Exploring Connection. Boston : Allyn and bacon.
Dhieni, Nurdiana,dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa.Jakarta:
Unifersitas Terbuka.
Ellis, Arthur dkk. 1989. Elementary Language Arrts. New Jersey : Prentice
Hall.
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Berbahasa Indonesia . Jakarta : Depdikbud.
Miller, M.S. 1981. Bringing Learning Home. New York : Happer &
Row Publisher.
Pane,
Eli Tohonan Tua. (2009) “Implementasi
Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini.”
Tersedia pada: http://www..bpplsp-reg-1.go.id/buletin/.
Diakses pada tanggal 5 Juni 2011.
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia, 2005
Kemendiknas
Dirjen Pendas dan TK, 2010, Kumpulan
Pedoman Pembelajaran,Jakarta
Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta : Kalam mulia, 2009
http/:metode-pendidikan-dengan-bercerita.www.com.red
http/:metode-pendidikan.www.co.co.id
Komentar
Posting Komentar