PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA PAUD AMERTHA YULIA GANESHA

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA PAUD
PAUD AMERTHA YULIA GANESHA

OLEH : I WAYAN MERTAYASA, S.Pd
(Pengelola PAUD Amertha Yulia Ganesha)

         BAB I
PENDAHULUAN

         Pengembangan kemampuan berbahasa adalah peserta didik mampu mendengarkan, berkomunikasih secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.
         Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran bahasa anak usia dini adalah:
1.  Teori Behavioris.
2.  Teori Nativist.      
3.  Teori Constructive.
         Karakteristik perkembangan bahasa di AUD, antara lain:
1.  Dapat berbicara dengan menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari 4-5 kata.
2.  Mampu melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar.
3.  Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah dipahami.
4.  Menyebut nama, jenis kelamin, dan umurnya,
5.  Mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan apa, mengapa, dan bagaimana.
6.  Dapat mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata apa, mengapa,dan siapa.
7.  Dapat menggunakan kata depan seperti: di mana, di luar, di atas, di bawah dan di samping.
8.  Dapat mengulang lagu anak-anak dan menyanyikan lagu sederhana.
9. Dapat menjawab telepon dan menyampaikan pesan sederhana.
10.Dapat berperan serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi    untuk selalu ingin belajar.
         Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar yaitu:
1.    Fase satu kata atau Holofrase.
2.    Fase lebih dari satu kata.
3.    Fase diferensiasi.
         Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara pada anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :
1.    Tahap eksternal.
Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
2.    Tahap egosentris.
Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
3.    Tahap Internal.
Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya
         Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :
a.    Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
      Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
b.    Pola Komunikasi Dalam Keluarga.
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
c.    Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga.
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
d.   Posisi Urutan Kelahiran.
      Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
e.   Kedwibahasaan(Pemakaian dua bahasa)
j.      Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.
         Menyimak, adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Fungsi menyimak adalah menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua, menunjang keterampilan berbicara, menulis, membaca, memperlancar komunikasi lisan, dan menambah informasi atau pengetahuan.
         Jenis – jenis menyimak yaitu menyimak informatif, menyimak kritis dan menyimak apresiatif. Menyimak informatif adalah menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-hubungan. Sementara menyimak kritis yaitu lebih dan sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide dan hubungan-hubungan. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan untuk menganalisis apa yang didengar dan membuat sebuah keterangan tentang hal yang didengar serta membuat generalisasi berdasarkan apa yang didengar. Kemudian, menyimak apresiatif adalah kemampuan untuk menikmati dan merasakan apa yang didengar. Penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan yang disimaknya. Secara imajinatif, penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, dan melakukan karakter dan perilaku cerita yang dilisankan.
         Adapun strategi menyimak yang sesuai di PAUD, adalah : Simak – ulang ucap, Simak – Kerjakan, Simak – Terka, menjawab pertanyaan, parafrase, merangkum, bisik berantai.            
         Berbicara merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran ide maupun perasaan kepada orang lain secara lisan. Agar memiliki keterampilan berbicara, seorang anak harus menguasai aturan-aturan bahasa yang ada yaitu aturan fonologi, morfologi, semantik, sintaksis dan pragmatik. Terdapat tiga tahap dalam perkembangan bicara anak yaitu tahap eksternal yang terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak, tahap kedua adalah egosentris dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan, dan tahap ketiga adalah tahap berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan.
         Ada dua tipe perkembangan berbicara anak, yaitu Egosentric Speech, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog) dan socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak. Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan seseorang. Tujuan berbicara anak dapat tercapai apabila anak memiliki kemampuan berbicara yang dapat dilihat dari : (1) pengetahuan anak akan arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya, (2) kemampuan anak melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah, dan (3) pemahaman anak akan kata-kata yang diucapkan bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga.
         Adapun jenis kegiatan berbicara yang dapat dikembangkan di PAUD, yaitu bercerita, bercakap-cakap dan bermain peran. Sementara metode yang dapat digunakan untuk mengajarkan berbicara pada anak batita yaitu : Motherese, Recasting, Echoing, Expcinding, serta Labeling.
Membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi, kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, makna serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
         Agar pembelajaran membaca tercapai secara efektif, maka pendidik harus memperhatikan kemampuan-kemampuan kesiapan membaca pada anak yang terdiri dari: 1) Kemampuan membedakan auditorial, 2) Kemampuan diskriminasi visual, 3) Kemampuan (membuat) hubungan suara-symbol, 4) Kemampuan bahasa lisan, dan 5) Membangun sebuah latar belakang pengalaman.
         Hal lain yang harus diperhatikan adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca pada anak yaitu: motivasi, lingkungan keluarga, serta factor bahan bacaan. Adapun metode pengembangan membaca yang dapat dilakukan untuk anak usia dini yaitu menggunakan pendekatan pengalaman berbahasa, fonik, serta lihat dan katakana.
         Adapun tahapan-tahapan perkembangan membaca adalah tahap fantasi (magical stage), tahap pembentukan konsep diri (self concept stage), tahap membaca gambar (bridging reading stage), tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage), tahap membaca lancer (independent reader stage).
         Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Menulis memiliki batasan sebagai berikut: (1) Membuat huruf, angka dan lainnya dengan pena, kapur dan sebagainya, (2) Mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat,dan lainnya dengan tulisan. Tahapan menulis pada anak dimulai dengan menggambar, kemudian menulis cakar ayam,barulah membuat bentuk-bentuk huruf.
Permainan yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak terdiri dari:
a)      Permainan pilih satu benda.
b)      Permainan menebak suara binatang.
c)      Permainan moving family.
d)      Permainan memancing kata.
e)      Permainan menyeberang sungai.
f)       Permainan cerita yang diperagakan.
g)      Permainan menulis dengan badan.
         Tahap pertama dalam tahap mendengarkan adalah menyadari banyak mungkin bunyj yang berlainan. Beberapa contoh kegiatan permainan mendengarkan pada anak usia dini:
a)      Ada berapa bunyi?
b)      Apa yang sedang saya lakukan sekarang ini?
c)      Apa yang menimbulkan suara itu?
d)      Bunyi kertas.
e)      Bunyi benda jatuh.
f)       Bunyi yang direkam dengan tape recorder.
g)      Permainan yang dibisikkan.
         Ada beberapa contoh kegiatan permainan berbicara antara lain: a) Kotak raba. b) Pemberian gambar. c) Mencari hubungan. d) Permainan fantasi.
         Permainan bahasa untuk melatih kemampuan membaca banyak ragamnya, diantaranya adalah: 1) Memasangkan suatu kata dengan suatu gambar, 2) Memasangkan suatu kata tertulis dengan kata yang diucapkan, 3) Memasangkan suatu kata tertulis dengan suatu kata tertulis, 4) Memasangkan suatu huruf awal dan suatu gambar, 5) Memasangkan bentuk-bentuk huruf dengan bunyi huruf. Berikut adalah contoh permainan bahasa untuk mengembangkan kemampuan membaca: a) Permainan kata. b) Membuat barisan. c) Kartu kata.
         Berikut adalah contoh kegiatan permainan menulis adalah a) Pola. b) Menghubungkan titik-titik huruf. c) Permainan baki garam atau pasir. d) Menghubungkan huruf pertama.
               Yang dimaksud dengan metode bercerita adalah cara mengajar dalam bentuk menuturkan/menyampaikan cerita atau memberikan penerangan secara lisan.
Tujuan dari metode bercerita adalah :
a.    Melatih daya tangkap dan daya konsentrai anak didik
b.    Melatih daya pikir dan fantasi anak
c.    Megembangkan kemampuan berbahasa dan menambah
      pembendaharaan kata kepada anak didik.
d.    Menciptakan suasana senang di kelas
         Kebaikan dan kelebihan dari metode bercerita adalah:
a.    Dapat membangkitkan minat anak
b.    Menumbuhkan sikap perilaku yang positif pada anak
c.    Menanamkan nilai-nilai moral
d.    Menumbuhkan imajinasi anak
e.    Melatih pendengaran anak
f.     Mengenadalikan emosi
g.    Memperkaya kosa kata
h.    Mengembangkan daya pikir
i.      Menumbuhkan rasa cinta tanah air
         Metode bercerita juga mempunyai kelemahan, antara lain:
1.    Dapat membuat anak pasif
2.    Apabila alat peraga tidak menarik anak kurang aktif
3.    Anak belum tahu dapat mengulang cerita kembali
4.    Waktu cerita berlangsung anak yang mengemukakan pendapatnya sehingga dapat mengganggu jalannya cerita.
         Pengembangan kemampuan berbahasa dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik, antara lain: (1) bercerita dengan alat peraga langsung; (2) bercerita dengan boneka tangan; (3) bercerita dengan papan flannel; (4) mengurutkan dan menceritakan gambar seri; (5) dramatisasi/bermain peran; (6) bercerita dengan kartu gambar; (7) bermain tebak cerita; (8) bercerita dengan wayang (9) mengenal simbol-simbol huruf; (10) membuat coretan yang bermakna; (11) meniru huruf; (12) menulis nama sendiri; (13) membaca nama.






























                                                            BAB II
                TEORI PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

2.1 Kompetensi


                   Tujuan  Pembelajaran
                 Buku ajar pencapaian perkembangan bahasa AUD ini ditujukan untuk pendidik PAUD agar dapat :
1.    Menjelaskan pengertian kemampuan berbahasa anak usia dini.
2.    Menjelaskan tentang teori-teori kemampuan berbahasa anak usia dini.
3.   Menjelaskan karakteristik pembelajaran kemampuan berbahasa di AUD.
4.   Menjelaskan tentang perkembangan berbicara pada periode linguistik.
5.  Memahami tahap perkembangan bicara pada anak usia dini.
6.   Memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa AUD.

B.     Implementasi Perkembangan Bahasa Untuk Anak Usia Dini
                  Taman kanak-kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak memasuki  sekolah dasar (SD). Lembaga TK ini dianggap penting karena mendidik anak diusia emas (golden age) yang telah menjalani kehidupan penuh dengan kepekaan. Masa peka adalah suatu masa yang menuntut pendampingan yang sungguh- sungguh karena hanya datang sekali seumur hidup manusia. Kondisi ini diperkuat oleh berbagai hasil penelitian bahwa 80% perkembangan mental dan kecerdasan manusia berlangsung pada masa peka ini (Kemendiknas Dirjen Pendas dan TK, 2010).
                  Pemberlakuan kurikulum 2004 TK yang berbasis kompetensi berimplikasi pada perlunya pengembangan pembelajaran. Guru taman kanak-kanak, sebelum melaksanakan kegiatan pambelajaran, perlu mempersiapkan diri. Salah satu bentuk persiapan adalah menyusun bentuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan fisik dan psikologis anak TK,keadaan lingkungan sekitar dan ketersediaan sarana prasarana pendidikan.
                   Dari bentuk kegiatan pembelajaran yang perlu disusun oleh guru, diantaranya adalah bentuk kegiatan pembelajaran berbahasa. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
                  Pengembangan kemampuan berbahasa adalah peserta didik mampu mendengarkan, berkomunikasih secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.
Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan, tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.
Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Implementasi pengembangan bahasa pada anak tidak terlepas dari berbagai teori yang dikemukakan para ahli. Berbagai pendapat tersebut tentu saja tidak semuanya sama, namun perlu dipelajari agar pendidik dapat memahami apa saja yang mendasari dalam penerapan pengembangan bahasa pada anak usia dini. Pemahaman akan berbagai teori dalam pengembangan bahasa dapat mempengaruhi dalam menerapkan metoda yang tepat bagi implementasi terhadap pengembangan bahasa anak itu sendiri,sehingga diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak.
Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran bahasa adalah:
1)      Teori behaviorist oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian stimulus yang menimbulkan respon. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif  jika diperkuat cenderung untuk diulangi lagi karena pemberian penguatan secara berkala dan disesuaikan dengan kemampuan anak akan efektif untuk membentuk perilaku anak. Latihan yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respon) yang dikenalkan anak melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak akan memberikan respon pada setiap pembelajaran dan dapat segera memberikan balikan. Di sini Pendidik perlu memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau hadiah.
2)      Teori Nativist oleh Chomsky, mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Pada saat seorang anak lahir, dia telah memiliki seperangkat kemampuan berbahasa yang disebut ‘Tata Bahasa Umum” atau ‘Universal Grammar’. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak tidak sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada, hal ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Teori ini berpengaruh pada pembelajaran bahasa dimana anak perlu mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar bahasa dengan cepat sebelum usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua (second language). Lebih dari usia 10 tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari bahasa.
3)      Teori Constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan sementara anak melakukan kegiatan perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu pendidik perlu menggunakan metode yang interaktif, menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.
                  Permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset, membaca cerita (story reading/story telling) ataupun mendongeng. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.
                  Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangatlah penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain.
                  Para pendidik perlu menerapkan ide-ide untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomonikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berfikir & menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya.
                  Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komonikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak, lebih dari pada itu anak harus ditempatkan diposisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran  yang perlu dikembangkan potensinya.
                  Anak belajar bahasa perlu menggunakan strategi misalnya, dengan bermain yang bertujuan mengembangkan bahasa anak dan menggunakan media-media yang beragam yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman bermakna dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dimana pembelajaran yang menyenangkan akan menjadi bagian dalam hidup anak.
                  Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat mengembangkan sendiri dengan cara menerapkannya pada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.
                  Bahasa yang pertama kali dikenal dan diperoleh anak-anak dalam kehidupannya adalah bahasa Ibu (Mother language) atau sering disebut dengan bahasa pertama (First language) Bahasa inilah yang mula-mula dkenal oleh anak kecil dan dipergunakan dalam kehidupannya  sehari-hari  sebagai bahasa komunikasi  pada saat ini, maka telah mempunyai kemampuan bawaan  memperoleh pengetahuan tentang bahasa yang dipelajari melalui  pembentukan hipotesis karena adanya struktur internal pada mental mereka.
                  Perkembangan bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang ucapannya. Panjang ucapan anak kecil merupakan indikator atau petunjuk perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada urutan usianya.
                  Pada hakekatnya, proses pemerolehan bahasa itu pada setiap anak sama, yaitu melalui  pembentukan dan pengujian hipotesis tentang kaidah bahasa. Pembentukan kaidah itu dimungkinkan oleh adanya kemampuan bawaan atau struktur bawaan yang secara mental dimiliki oleh setiap anak. Inilah yang disebut dengan alat  pemerolehan bahasa. Dengan ini setiap anak dapat memperoleh bahasa apa saja serta ditentukan oleh factor lain yang turut mempengaruhinya.  Pada kebahasaan yang harus diproses lebih lanjut oleh anak merupakan hal yang penting.
                  Anak usia dini biasanya mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara, antara lain dengan bertanya, melakukan dialok dan bernyanyi. Sejak anak berusia dua tahun anak memiliki minat yang kuat untuk menyebut berbagai nama benda. Minat tersebut akan terus berlangsung dan meningkat yang sekaligus akan menambah perbendaharaan kata yang telah dimiliki. Hal-hal di sekitar anak akan mempunyai arti apabila anak mengenal nama diri; pengalaman-pengalaman dan situasi yang dihadapi anak akan mempunyai arti pula apabila anak mampu menggunakan kata-kata untuk menjelaskannya. Dengan menggunakan kata-kata untuk menyebut benda-benda untuk menjelaskan peristiwa, akan membantu anak untuk membentuk gagasan yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Melalui bahasa pendengar atau penerima berita akan mampu memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim berita. Anak-anak dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lain, misalnya bermain peran, isyarat yang ekspesif, dan melalui bentuk seni (misalnya menggambar). Ungkapan tersebut merupakan petunjuk bagaimana anak memandang dunia dalam kaitan dirinya kepada orang lain.
                  Pengembangan bahasa di TK diarahkan agar peserta didik mampu menggunakan dan mengekspresikan pemikiran dengan menggunakan kata-kata. Dengan kata lain, pengembangan bahasa lebih diarahkan agar peserta didik dapat melakukan berbagai hal :
         1.    Mengolah kata dengan komprehensif.
         2.    Mengekpresikan kata-kata tersebut dalam bahasa tubuh (ucapan dan perbuatan) yang dapat dipahami oleh orang lain.
         3.    Mengerti setiap kata, mengartikan dan menyampaikan secara utuh kepada orang lain.
         4.    Berargumentasi, meyakinkan orang melalui kata-katanya sendiri.
                  Berdasarkan dimensi perkembangan bahasa, anak usia 4-5 tahun memilikim karakteristik perkembangan, antara lain sebagai berikut :
         a.    Dapat berbicara dengan menggunakan kalimat sederhana yang terdiri 4-5 kata
         b.    Mampu melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar.
         c.    Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah dipahami.
         d.    Menyebutkan nama, jenis kelamin, dan umur.
         e.    Mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan bagaimana.
         f.     Dapat mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan mengapa.
         g.    Dapat menggunakan kata depan seperti di dalam, di luar, di atas, di bawah, dan di samping.
         i.     Dapat mengulang lagu anak-anak dan menyanyikan lagu sederhana.
         j.      Dapat menjawab telepon dan menyampaikan pesan sederhana.
         k.    Dapat berperan serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi untuk selalu ingin belajar.
                 Permainan yang bertujuan mengembangkan bahasa anak dan menggunakan media-media yang beragam yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman bermakna yang meningkatkan kemampuan berbahasa dimana pembelajaran yang menyenangkan akan menjadi bagian dalam hidup anak.
                 Semua aktifitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat mengembangkan sendiri dengan cara menerapkannya pada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya.
                 Sementara anak tumbuh dan berkembang, produk bahasa mereka meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Mempelajari perkembangan bahasa biasanya ditujukan pada rangkaian dan percepatan perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa sejak usia bayi dan dalam kehidupan selanjutnya.
                 Dalam membicarakan perkembangan bahasa terdapat 3 butir yang perlu dibicarakan, yaitu :
         1.    Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam bentuk kata-kata. Walaupun bahasa dan kemampuan berbicara sangat dekat hubungannya, keduanya berbeda.
         2.    Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat pengertian/reseptif (understanding) dan pernyataan/ ekspresif (producing). Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca) menunjukkan kemampuan anak untuk memahami dan berlaku terhadap komunikasi yang ditujukan kepada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang lain.
         3.    Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat merencanakan menyelesaikan masalah, dan menyerasikan gerakan mereka.
                 Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi suara saja lalu berekspresi dengan berkomunikasi, dan dari hanya berkomunikasi dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan kemauannya, berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas.
                 Lerner,1982, (dalam Mutiah Diana, 2010); menyatakan bahwa dasar utama perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang kaya. Pengalaman-pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor-faktor bahasa antara lain :
         a.    Mendengarkan
         b.    Berbicara
         c.    Membaca
         d.    Menulis
                 Mendengarkan dan membaca termasuk keterampilan berbahasa secara reseptif (menerima); sedangkan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang ekspresif. Di samping itu juga, bahwa perkembangan masing-masing faktor secara bertahap dan pentingnya memantau persepsi ; ingatan, penglihatan, dan pendengaran anak agar dapat mendeteksi kelemahan-kelemahan anak secara dini.
                 Proses anak memahami, menghubungkan dan mengutarakan pengetahuannya dalam bentuk bahasa yang ekspresif, semuanya akan menentukan perkembangan bahasanya. Dengan kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan mendengarkan secara bervariasi, anak akan memiliki keterampilan dan berbicara secara santun saat mendengarkan atau berbicara dengan orang lain. Apabila orang dewasa memusatkan perhatiannya pada kegiatan mendengarkan dan berbicara, maka anak diharapkan terampil mengemukakan pendapatnya secara mandiri tanpa takut sehingga dapat meningkatkan motivasi, minat, dan percaya diri, serta membantu perkembangan kepribadiannya.
                 Membaca merupakan kecakapan fundamental yang penting yang akan selalu dipelajari. Membaca berarti kesuksesan baik di sekolah, di tempat kerja, dan di mana pun. Anak yang tidak bisa membaca sampai usia 8 atau 9 tahun, maka dia tidak bisa menjadi seorang pembaca yang baik. Akan muncul rasa frustrasi di sekolah, sehingga mereka tidak mampu memahami dan mengekspresikan dirinya secara wajar.
                 Membaca menurut Montessori bukanlah suatu proses belajar yang begitu rumit untuk diajarkan. Usia yang paling ideal untuk mengajarkan membaca adalah pada usia 4-5 tahun s.d. 6 tahun. Saat membaca akan terkait dengan masalah panca indra. Untuk menjadi pembaca yang baik anak harus belajar membedakan suara huruf yang berbeda-beda dan mencocokkan suara - suara itu dengan tulisannya. Pada dasarnya, membaca adalah penerjemahan simbol - simbol dan suara-suara ke dalam makna. Semakin sering anda memperkenalkan anak pada kata - kata tertulis, semakin senang anak dalam mempelajarinya.
                  Membaca seharusnya menjadi proses yang mudah dan alami. Pengulangan (repetisi) adalah kata kuncinya, bersikaplah cermat dan jangan tergesa - gesa dalam mengajar anak membaca. Berilah anak buku - buku yang mudah sehingga dia tidak akan gampang putus asa, karena dengan merasa berhasil, maka minatnya akan terus-menerus bertambah. Selalulah mempertahankan pendekatan positif, dan nikmatilah bersama antusiasme membaca anak atas kegairahan dunia baru yang membentang untuk dijelajahi. Mintalah anak membaca keras - keras untuk mempraktikkan ekspresi dan intonasi yang baik. Begitu anak sudah mulai bisa membaca, sering kali dia akan memilih buku - buku yang menurut anda terlalu sulit baginya. Jangan patahkan semangatnya, karena dengan cara seperti inilah anak akan belajar. Jika dia menemukan kata - kata asing yang belum dimengerti, dia akan segera mereka - reka artinya dengan melihat konteks di mana kata - kata itu digunakan. Sekitar usia tujuh tahun, ajarilah anak bagaimana cara menggunakan kamus untuk mencari kata-kata, arti dan pembentukannya. Banyak anak akan meluangkan waktunya berjam-jam terkesima oleh bacaan kamus.
                  Membaca dan menulis saling berjalinan satu sama lain, biasanya menulis mendahului aktivitas membaca aktual. Adalah penulisan spontan dan anak-anak usia empat tahun di Casa Dei Bambini yang pertama-tama menarik perhatian Dr. Montessori (dalam Mutiah Dian) dan karyanya: “Ledakan ke dalam tulisan” inilah yang dianggap suatu fenomena waktu itu, ketika kebanyakan anak kurang terbiasa dengan abjad sampai usia 7 atau 8 tahun. Tentu saja, ini tidak terjadi begitu saja.
                  Apabila anak sudah terampil menyebutkan huruf dengan tidak salah, maka anak sudah bisa diajak menulis dan menggambar secara bersama. Untuk itu siapkan kertas dan pensil (berwarna) untuk menulis, meskipun dimulai dari coretan-coretan kecil anak yang tidak teratur, anak tinggal menebalkan garis-garis putus tersebut.
                 Kemampuan membaca ditentukan oleh perkembangan bahasa sedangkan kemampuan menulis ditentukan oleh perkembangan motoriknya. Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik umumnya memiliki kemampuan dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan, serta tindakan interaktif dengan lingkungannya.
                 Kemampuan berbahasa tidak selalu ditunjukkan oleh kemampuan membaca saja, tetapi juga kemampuan lain seperti penguasaan kosa kata, pemahaman, dan kemampuan berkomunikasi.
                 Perkembangan kemampuan berbahasa anak usia 4 - 6 tahun ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut :
         1.    Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
         2.    Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya, dan kata sambung.
         3.    Menunjukkan pengertian, dan pemahaman tentang sesuatu.
         4.    Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
         5.    Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.
                 Perkembangan potensi tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang sesuatu hal, berbicara sendiri dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti boneka, mobil mainan, dan sebagainya, mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan mulai berfungsi dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak anak. Para ahli saraf meyakini bahwa jika gejala-gejala munculnya potensi tidak diberikan rangsangan untuk berkembang ke arah yang positif, maka potensi - potensi tadi akan kembali menjadi potensi tersembunyi dan lambat laun akan berkurang hingga sel saraf menjadi mati.

C.     Tujuan Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-kanak
                 Masa perkembangan bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada masa usia dini, tepatnya pada tiga tahun dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan (Siti Aisyah et el, 2007: 6). Masa usia dini merupakan  masa keemasan (golden age) di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori (Sujiono, 2009: 54) menyatakan bahwa masa tersebut merupakan periode sensitif (sensitive period), di mana anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya.
                 Berdasarkan fakta sebagaimana dikemukakan oleh para ahli di atas maka harus ada lingkungan yang kondusif, yang mengupayakan pengembangan berbahasa anak, termasuk anak usia pra sekolah secara intensif.
                 Pengembangan kemampuan berbahasa anak (Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2007: 3) dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
         1.    Agar anak dapat mengolah kata secara komprehensif.
         2.    Agar anak dapat mengekspresikan kata-kata dalam bahasa tubuh yang dapat dipahami oleh orang lain.
         3.    Agar anak mengerti setiap kata yang didengar dan diucapkan,  mengartikan dan menyampaikan secara utuh kepada orang lain.
         4.    Agar anak dapat berargumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata yang diucapkannya.



D.     TAHAP PERKEMBANGAN BERBICARA ANAK USIA DINI
                 Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata-kata yang pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.
         Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar yaitu:
         1.    Fase satu kata atau holofrase
                        Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mcngamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
         2.    Fase lebih dari satu kata
                        Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
         3.    Fase diferensiasi
                        Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
                 Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara pada anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :
         1.    Tahap eksternal.
                        Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
         2.    Tahap egosentris.
                        Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
         3.    Tahap Internal.
                        Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya.
                 Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bcntuk komunikasi yang lain yang dipakai anak sebelum pandai berbicara. Oleh karena bagi anak bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga birfungsi untuk mencapai tujuannya, misalnya :
         1)    Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan. Dengan berbicara anak mudah untuk mcnjelaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orang tua atau lingkungannya tidak mengerti apa saja yang dimaksudkan oleh anak.
         2)    Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain. Pada umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara juga untuk menyatakan berbagai ide, sekalipun sering kali tidak masuk akal-bagi orang tua, dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi situasi sehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dengan teman bicaranya.
         3)    Sebagai alat untuk membina hubungan sosial. Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak-anak Iebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapat peran sebagai pemimpin dari suatu kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
         4)    Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri. Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri melalui orang lain.
         5)    Untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain. Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau tidak disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan merupakan modal utama bagi anak agar diterima dan mendapat simpati dari lingkungannya.
         6)    Untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kemampuan berbicara dengan baik dan penuh rasa percaya diri anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik juga  merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungan karena teman sebayanya menaruh kepercayaan dan simpatik kepadanya.

E.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAHASA
                 Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh ketrampilan bahasa yang baik Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
                 Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :
         a.    Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
                        Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
         b.    Pola Komunikasi Dalam Keluarga.
                        Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
         c.    Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga.
                        Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
         d.    Posisi Urutan Kelahiran.
                        Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
         e.    Kedwibahasaan(Pemakaian dua bahasa)
                        Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.
                 Faktor-faktor yang mempengaruhi anak berbicara Awal masa kanak-kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol, karena sering kali anak dapat berbicara dengan mudah tidak terputus-putus bicaranya. Adapun faktor-faktor yang terpenting didalam anak banyak bicara yaitu :
         1.    Inteligensi.
                 Yaitu semakin cerdas (pintar) anak, semakin cepat anak menguasai keterampilan berbicara.
         2.    Jenis disiplin.
                 Yaitu anak-anak yang cenderung dibesarkan dengan cara disiplin lebih banyak bicaranya ketimbang pada suatu kekerasan.
         3.    Posisi urutan.
                 Yaitu anak sulung cenderung/didorong ortu untuk banyak berbicara daripada adiknya.
         4.    Besarnya keluarga
         5.    Status sosial ekonomi
         6.    Status ras
         7.    Berbahasa dua
         8.    Penggolongan peran seks
         Potensi Anak Berbicara Didukung oleh Beberapa Hal :
         1)    Kematangan alat berbicara. Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempi’rpa dan dapat membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik sebagai permulaan berbicara.
         2)    Kesiapan berbicara. Kesiapan mental anak sangat berganrung pada pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimnlai sejak anak berusia antara 12-18 bulan, yang discbut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah siap untuk belajar. bicara yang sesungguhriya. Apabila tidak ada gangguan anak akan segera dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.
         3)    Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak. Anak dapat membutuhkan suatu model tertentu -agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau actor film yang bicaranya jelas dan berarti. Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak pernah memperoleh model scbagaimana disebutkan diatas. Dengan scndirinya potcnsi anak tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.
         4)    Kesempatan berlatih. Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau lingkungannya: Pada gilirannya anak kurang memperoleh moUvasi untuk belajar berbicara yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.
         5)    Motivasi untuk belajar dan berlalih. Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak. Orang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan.
         6)    Bimbingan. Bimbingan bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau mcmbetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.
         Langkah-langkah untuk membantu perkembangan bahasa anak :
         1.    Membaca. Kegiatan ini adalah kegiatan yang paling penting yang dapat dilakukan bersama anak setiap hari. Ketika orang tua membaca, tunjuklah gambar yang ada di buku dan sebutkan nama dari gambar tersebut keras-keras. Mintalah anak untuk menunjuk gambar yang sama dengan yang ada sebutkan tadi. Buatlah kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak dan lakukanlah setiap hari.
         2.    Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
         3.    Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama tanaman, nama hewan ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
         4.    Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak. Berikan kesempatan baginya untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
         5.    Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau mendengarkan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.
                 Keterlambatan dan bahaya (gangguan) di dalam perkembangan bicara pada anak.
                 Apabila tingkat perkembangan bicara berada dibawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang umumnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan di dalam kosa kata (bahasa) anak tersebut pada saat bersama teman sebayanya bercakap-cakap/berbicara menggunakan kata-kata terus dianggap muda diajak bermain dengan kata-kata. Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah. Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak umumnya adalah rendahnya tingkat kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara sama baiknya seperti teman-teman sebayanya, yang kecerdasannya normal atau tinggi kurang motivasi karena anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi secara memadai dengan bentuk prabicara dorongan orang tua/orang dewasa, terbatasnya kesempatan praktek berbicara karena ketatnya batasan tentang seberapa banyak mereka diperbolehkan berbicara dirumah.
                 Salah satu penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.
                 Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua tidak hanya berbicara kepada anak mereka tetapi juga menggunakan kosa kata yang lebih luas dan bervariasi, adapun kemampuan anak didalam berbicara yang berkembang sangat pesat dan cepat yaitu contohnya : anak-anak dari golongan yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka (anak) belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik. Sangat kurang kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada anak. Sedangkan anak yang berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak didik tersebut.
                 Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :
         1.    Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata
         2.    Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara.
         3.    Sering kali berbicara yang tidak teratur
         4.    Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.
                 Kesalahan yang umum didalam pengucapan/bahasa (berbicara) pada anak yaitu :
         1.    Menghilangkan satu suku kata/lebih biasanya terletak ditengah-tengah kata contohnya : “buttfly” padahal “butterfly”.
         2.    Mengganti huruf/suku kata seperti “tolly” padahal “Dolly”, “handakerchief” padahal “handkerchief”.
         3.    Menghilangkan huruf mati yang sulit untuk diucapkan oleh anak contohnya : z,w,s,d, dan g.
         4.    Huruf-huruf hidup khususnya O yang paling sulit dikatakan anak (diucapkan)
         5.    Singkatan gabungan huruf mati yang sulit diucapkan oleh anak contohnya : “st, sk, dr, fl, str”.
                 Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang sangat sulit dan rumit. Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak, antara lain :
         1)    Anak cengeng. Anak yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut dapat berupa kurangnya energi sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota keluarga lain. Sedangkan reaksi sosial terhadap tangisan anak biasanya bernada negatif. Oleh karena itu pcranan orang tua sangat penting untuk menanggulangi hal tersebut, salah satu cara untuk mengajarkan komunikasi yang efektif bagi anak.
         2)    Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain. Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan orang tua atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabknn kurangnya perbendaharaan kata pada anak. Di samping itu juga dikarenakan orang tua sering kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh anak. Bagi keluarga yang menggunakan dua bahasa (bilingual) anak akan lebih banyak mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau saudaranya yang tinggal dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu berusaha mencari penyebab kesulitan anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengintepretasikan suatu pembicaraan.

F.      RANGKUMAN
                Pengembangan kemampuan berbahasa adalah peserta didik mampu mendengarkan, berkomunikasih secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya untuk persiapan membaca dan menulis.
                 Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan rujukan dalam implementasi pembelajaran bahasa anak usia dini adalah:
4.    Teori Behavioris.
5.    Teori Nativist.        
6.    Teori Constructive.
         Karakteristik perkembangan bahasa di AUD, antara lain:
         1.    Dapat berbicara dengan menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari 4-5 kata.
         2.    Mampu melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar.
         3.    Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah dipahami.
         4.    Menyebut nama, jenis kelamin, dan umurnya,
         5.    Mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan apa, mengapa, dan bagaimana.
         6.    Dapat mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata apa, mengapa,dan siapa.
         7.    Dapat menggunakan kata depan seperti: di mana, di luar, di atas, di bawah dan di samping.
         8.    Dapat mengulang lagu anak-anak dan menyanyikan lagu sederhana.
         9.    Dapat menjawab telepon dan menyampaikan pesan sederhana.
         10.  Dapat berperan serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi    untuk selalu ingin belajar.
         Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar yaitu:
         1.    Fase satu kata atau Holofrase.
         2.    Fase lebih dari satu kata.
         3.    Fase diferensiasi.
                 Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara pada anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :
         1.    Tahap eksternal.
                 Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
         2.    Tahap egosentris.
                        Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
         3.    Tahap Internal.
                        Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya
                 Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :
         a.    Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan)
                 Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.

         b.    Pola Komunikasi Dalam Keluarga.
                 Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
         c.    Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga.
                 Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
         d.    Posisi Urutan Kelahiran.
                 Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
         e.    Kedwibahasaan(Pemakaian dua bahasa)
                 Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.

Latihan
Bacalah materi buku ajar diatas, dan kemudian jawablah soal-soal latihan berikut untuk mengetahui apakah materi ini telah dipahami.
1.        Jelaskan pengertian perkembangan berbahasa anak usia dini?
2.        Sebutkan dan jelaskan teori-teori perkembangan bahasa anak usia dini?
3.        Jelaskan karakteristik perkembangan bahasa anak usia dini?
4.        Sebutkan fase-fase perkembangan berbahasa anak usia dini dalam periode linguistik?
5.        Sebutkan tahap-tahap perkembangan berbicara anak usia dini?
6.        Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia dini?
























DAFTAR  PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2007, pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di TK,Jakarta
Kemendiknas Dirjen Pendas dan TK, 2010, Kumpulan Pedoman Pembelajaran,Jakarta
Mutiah Diana, 2010, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Indonesia
Patmonodewo Soemiarti, 2003, Pendidikan Anak Prasekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, 2011,Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,Jakarta
Whandi, 2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini.
Giel. 2010. Makalah Perkembangan Bahasa Anak. http://edichugiel.blogspot.com/2010/01/makalah-perkembangan-bahasa-anak.html


          










BAB II
PERKEMBANGAN MENYIMAK

A.        TUJUAN         
                 Buku ajar pencapaian perkembangan bahasa AUD ini ditujukan untuk pendidik PAUD agar dapat :
         a.    Menjelaskan pengertian menyimak
         b.    Menjelaskan fungsi menyimak dan tujuan menyimak
         c.    Menjelaskan jenis menyimak
         d.    Menjelaskan strategi mengembangkan kemampuan menyimak di PAUD
         e.    Menjelaskan pengertian berbicara
         f.     Menjelaskan tipe perkembangan berbicara anak
         g.    Menjelaskan tujuan berbicara
         h.    Menjelaskan metode mengajarkan Berbicara pada Anak

B.     PENGERTIAN MENYIMAK
                 Menyimak merupakan kemampuan berbahasa lisan yang bersifat reseptif. Kegiatannya berupa ? memahami bahasa lisan. Menurut Anderson (1972 : 69), menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Pendapat ini di pertegas oleh Tarigan (1990 : 25) bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran. Sejalan dengan itu Akhadiah (1995) juga mengemukakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, menyimak berarti suatu kegiatan menangkap bunyi-bunyi bahasa dengan menggunakan indera pendengaran dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi dan bertujuan untuk memahami maknanya.
                 Menyimak sering disamakan dengan mendengarkan sehingga pada beberapa hal keduanya dapat digunakan secara bergantian. Namun menyimak tidak sekedar mendengarkan tetapi lebih dari itu, yaitu berlanjut dengan kegiatan berpikir atau menangkap makna dari apa yang didengar.
                 Mendengar bersifat represif pasif dan terjadi secara alamiah karena seseorang memiliki indra pendengaran. Jadi, mendengar terjadi tanpa sengaja dan tanpa tujuan, serta yang didengar bisa bunyi apa saja. Bunyi yang didengar tidak hanya bunyi bahasa, tapi bisa bunyi bom, bunyi ombak, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan mendengarkan dilakukan dengan sengaja, penuh kesadaran dan bertujuan. Mendengar meliputi cara penerimaan suara, sedangkan mendengarkan merupakan penerjemahan suara-suara yang masuk telinga. Jadi, mendengarkan adalah proses yang aktif secara sadar dan disengaja termasuk menghubungkan arti dengan suara yang didengar, serta betul-betul memahami makna yang didengarkan. sedangkan kegiatan menyimak sudah ada faktor kesengajaan, perhatian, dan usaha pemahaman akan sesuatu yang disimak.
                 Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sumbernya, sedangkan mendengar dan mendengarkan bisa bunyi apa saja. Jadi, menyimak memiliki kandungan makna yang lebih spesifik bila dibandingkan dengan mendengar dan mendengarkan. Namun, dalam penggunaannya istilah mendengarkan dan menyimak sering digunakan secara bergantian atau disamakan artinya. Dalam modul ini pun istilah mendengarkan dan menyimak digunakan secara bergantian.
                 Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan.
C.     FUNGSI MENYIMAK
                 Secara umum dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang paling banyak dilakukan diantara tiga keterampilan berbahasa lainnya. Hampir setiap saat manusia melakukan kegiatan menyimak. Kegiatan menyimak tersebut dilakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, seperti melalui media elektronik. Sejalan dengan itu Bromley (dalam Dhieni dkk, 2) menyatakan bahwa anak dan orang dewasa sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mendengar. Kemampuan mendengarkan sangat penting tidak hanya untuk belajar di dalam kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Adapun fungsi atau peranan menyimak bagi anak, adalah sebagai : (1) dasar belajar bahasa, (2) penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis, (3) penunjang komunikasi lisan, dan (4) penambah informasi atau pengetahuan (Sabarti 1992 : 149). Sedangkan menurut Hunt dalam Tarigan (1986 : 55) fungsi menyimak adalah : (1) memperoleh informasi, (2) membuat hubungan antar pribadi lebih efektif, (3) agar dapat memberikan respon yang positif, serta (4) mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal.
                 Dari uraian di atas dapat disimpulkan keterampilan menyimak dapat berfungsi untuk :
         1.    Menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua.
         2.    Menunjang keterampilan berbahasa lainnya, seperti berbicara, menulis, dan membaca.
         3.    Memperlancar komunikasi lisan.
         4.    Menambah informasi atau pengetahuan.

D.     TUJUAN MENYIMAK
                 Ada beberapa tujuan menyimak. Tarigan mengemukakan ada tujuh tujuan orang menyimak, yaitu : (1) untuk belajar, (2) untuk memecahkan masalah, (3) untuk mengevaluasi, (4) untuk mengapresiasi, (5) untuk mengkomunikasikan ide-ide, (6) untuk membedakan bunyi-bunyi dan (7) untuk meyakinkan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sabarti juga mengemukakan beberapa tujuan menyimak, yaitu : (1) menyimak untuk belajar, (2) menyimak untuk menghibur diri, (3) menyimak untuk menilai, (4) menyimak untuk mengapresiasi, dan (5) menyimak untuk memecahkan masalah.
                 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan menyimak bagi anak adalah :
         1.    Untuk belajar
                        Bagi anak PAUD tujuan mereka menyimak pada umumnya adalah untuk belajar. Misalnya belajar untuk membedakan bunyi-bunyi yang diperdengarkan guru, mendengarkan cerita, ataupun untuk permainan bahasa.
         2.    Untuk apresiasi
                        Artinya, menyimak bertujuan untuk dapat memahami, menghayati nilai bahan yang di simak. Bahan yang disimak dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya sastra, seperti cerita dongeng atau puisi.
         3.    Untuk menghibur diri dengan menyimak anak merasa senang dan    gembira, misalnya menyimak lelucon/pelawak.
         4.    Untuk memecahkan masalah yang dihadapi
                 Bahasa memiliki kemungkinan untuk dapat menimbulkan masalah, tetapi bahasa juga dapat berguna untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Dengan bahasa, seorang anak akan memahami masalah apa yang sedang dihadapi temannya dan dengan bahasa pula anak tersebut akan mencoba untuk membantu mencarikan solusinya.

E.      JENIS-JENIS MENYIMAK YANG DIKEMBANGKAN DI PAUD
                 Jenis-jenis menyimak yang dapat dikembangkan untuk anak usia dini, menurut Bromley (1992) adalah sebagai berikut :
         1.    Menyimak informatif : menyimak atau mendengarkan informasi yaitu menyimak untuk mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-hubungan. Beberapa kegiatan yang dapat direncanakan atau ditugaskan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan menyimak informatif, adalah : Menyuruh anak menutup mata lalu menundukkan kepalanya di atas meja, kemudian suruh mereka membedakan bunyi (mendorong buku, membuka pintu, mendorong kursi) lalu tanyakan kepada mereka untuk menebak suara apa yang muncul.
                      Mengajarkan kepada anak-anak bagaimana menerima pesan telepon secara singkat.
                      Mengajak anak-anak berjalan-jalan
                      Membacakan paragraf pendek tentang ilmu pengetahuan atau ilmu sosial. Kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa, dan kapan. Jawabannya harus berupa pilihan atau penjelasan.
                      Membaca sajak atau cerita. Kadang hilangkan sebuah kata atau kalimat pada akhir cerita, kemudian anak disuruh melengkapi kata atau kalimat yang hilang tersebut.
                      Ajak anak untuk menggambarkan dalam pikirannya tentang apa yang mereka dengar dan cerita. Kemudian suruh anak melengkapi atau mengisi kata atau kalimat yang hilang tersebut.
                      Ajak anak untuk menggambarkan dalam pikirannya tentang apa yang mereka dengar dari cerita yang telah dibacakan guru. Kemudian diskusikan tentang bagaimana anak-anak dapat menyusun apa yang telah ada dalam pikirannya (gambaran visualnya).
         2.    Menyimak kritis : Mendengarkan kritis lebih dari sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide, dan hubungan-hubungan, namun membutuhkan kemampuan untuk menganalisis apa yang didengar dan membuat sebuah keterangan tentang hal tersebut dan membuat generalisasi berdasarkan apa yang didengar. Beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan menyimak kritis pada anak adalah sebagai berikut.
                      Membacakan cerita pendek lalu ajak anak untuk mengungkapkan ide utama dari cerita yang mereka dengar. Untuk membantu anak usia Taman Kanak-Kanak mengungkapkan ide cerita bisa dipandu dengan pertanyaan dari guru.
                      Membacakan teka-teki dan menyuruh anak menebak berbagai jawaban. Mengajak anak-anak membuat teka-teki sendiri lalu membacakan pada teman-temannya.
                      Mengajak anak menonton cerita pada televisi atau VCD, lalu mintalah kesan anak tentang cerita tersebut. Atau ajukan pertanyaan yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis anak. Misalnya pertanyaan : “kamu senang tidak dengan cerita tadi?”. Siapa tokoh dalam cerita tersebut ? bagaimana sifat-sifat tokohnya? Tokoh mana yang kamu sukai? Mengapa?” Dan seterusnya.
         3.    Menyimak apresiatif : Menyimak apresiatif adalah kemampuan untuk menikmati dan merasakan apa yang didengar. Penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan yang disimaknya. Secara imajinatif, penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, dan melakukan karakter dari perilaku cerita yang dilisankan.
                 Ada tiga media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menyimak ini, yaitu : (a) musik merupakan media yang paling nyata untuk membantu anak menghargai dan menikmati apa yang didengar, dan (b) bahasa yang berirama, meliputi semua sajak. Dengan membaca nyaring di depan anak membantu mereka memahami dan merasakan irama dan ritme bahasanya.
                 Adapun beberapa kegiatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan menyimak apresiatif pada anak adalah sebagai berikut :
              Membacakan koleksi cerita, seperti cerita binatang atau cerita lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Bicarakan tentang perasaan, suasana hati, atau gambaran yang muncul dalam cerita.
              Glazer (1990) puisi yang diberi ilustrasi yang cantik akan berdampak dua kali lipat pada pembacanya dibandingkan dengan kualitas puisi yang lebih artistik namun tanpa ilustrasi.
              Membacakan bacaan yang berkualitas pada anak, menggiring perhatian mereka pada penggunaan onomatope (kata-kata yang suaranya seperti artinya).
              Membacakan semua jenis puisi pada anak dan membantu mereka merespon isi puisi dengan visualisasi dan perasaan. Gunakan kepekaan penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan. Dorong anak untuk bergabung dan membacakannya sehingga mereka merasakan perasaan puisi tersebut dan pengucapannya sendiri.
              Berbagi buku puisi bergambar atau buku bergambar. Mengundang seorang pencerita untuk bercerita di kelas.

F.      STRATEGI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENYIMAK DI PAUD
                Secara lebih khusus metode-metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan menyimak pada anak Taman Kanak-Kanak adalah sebagai berikut :
         1.    Simak – Ulang Ucap
                 Metode simak ulang biasanya digunakan dalam memperkenalkan bunyi-bunyi tertentu seperti bunyi kendaraan, suara binatang, bunyi pintu ditutup atau juga bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau huruf biasanya diperkenalkan pada saat pertama anak belajar membaca atau mengenal bunyi-bunyi huruf.
         2.    Simak – Kerjakan
                 Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Anak mereaksi atas perintah guru. Reaksi anak dalam bentuk perbuatan, misalnya untuk mencapai hasil belajar, anak mampu melaksanakan 2 – 3 perintah secara berurutan.
         3.    Simak – Terka
                 Guru menyiapkan benda-benda yang tidak diketahui atau tidak diperlihatkan kepada anak. Lalu menyebutkan ciri-iri benda tersebut dan anak ditugaskan untuk menerka benda yang diminta.      
         4.    Menjawab Pertanyaan
                 Guru menyiapkan bahan yang akan disimak berupa cerita. Sangat diharapkan tingkat kesukaran cerita segi isi maupun bahasanya disesuaikan dengan kemampuan anak. Kemudian guru menyampaikan bahan tersebut secara lisan, misal dengan menceritakan atau dengan membacakannya. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan cerita tersebut. Hal ini bertujuan untuk membantu anak memahami isi cerita. Bentuk pertanyaan atau bahasa yang digunakan dalam pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan anak.
         5.    Parafrase
                 Guru mempersiapkan sebuah puisi yang cocok untuk anak. Guru membacakan puisi tersebut. Anak menyimak dan kemudian ditugaskan menceritakan kembali isi puisi tersebut dengan kata-kata sendiri.
         6.    Merangkum
                 Guru menyiapkan bahan untuk disimak berupa cerita yang tidak terlalu panjang. Isi dan bahasanya juga disesuaikan dengan kemampuan anak. Setelah guru menceritakan, anak ditugaskan untuk menceritakan isi cerita tersebut dengan kalimat sendiri. Bagi anak TK, jika anak kesulitan dalam menemukan isi cerita bisa dibantu guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
         7.    Bisik Berantai
                 Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang anak. Pesan yang dibisikkan bisa berupa tiga kata berurutan sesuai tema tertentu. Lalu anak yang pertama membisikkan pesan atau kata-kata tersebut pada anak kedua. Anak kedua membisikkan pada anak ketiga dan begitu seterusnya. Anak terakhir menyebutkanisi pesan itu dengan suara keras di depan kelas.
                 Untuk menentukan metode mana yang akan digunakan terlebih dahulu guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu tujuan yang akan dicapai, situasi dan kondisi kelas, kemampuan anak, penguasaan atau pengetahuan guru tentang metode tersebut, dan lain- lain.

PERKEMBANGAN BERBICARA PADA ANAK
A.      Pengertian Berbicara
                 Pada anak usia dini (4-6 tahun), kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif, dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia tersebut. Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami; menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya; menggunakan kata sambut seperti : dan, karena, tetapi, menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa mengapa kapan, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana.
                 Berbicara merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran ide maupun perasaan kepada orang lain secara lisan (Cox, 1999). Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau membunyikan, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhi oleh keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak adalah kegiatan komunikasi dua arah atau tatap muka yang dilakukan secara langsung.
         a.    Aturan dalam berbahasa terkait dengan perkembangan berbicara
                        Perkembangan fonologi berkenaan dengan adanya pertumbuhan dan sistem bunyi dalam bahasa. Bagian terkecil dari sistem bunyi tersebut dikenal dengan istilah fonem, yang dihasilkan sejak bayi lahir hingga usia satu tahun. Fonem vokal diekspresikan lebih dahulu oleh anak usia 4-6 bulan dari pada fonem konsonan. Fonem seperti m dan a dikombinasikan oleh anak sehingga menjadi ma-ma-ma.
                        Perkembangan morfologi berkenaan dengan pertumbuhan. dan produksi arti bahasa. Bagian terkecil dari arti bahasa tersebut dikenal dengan istilah morfem. Sebagai contoh anak yang masih kecil mengucapkan “mam” yang dapat berarti “saya ingin main bola”.
                        Sintaksis berkenaan dengan aturan bahasa yang meliput keteraturan dan fungsi kata. Perkembangan sintaksis merupakan produksi kata-kata yang bermakna dan sesuai dengan aturan yang menghasilkan pemikiran dan kalimat yang utuh. Anak bereksperimen dengan sintaksis sejak 6 tahun pertama perkembangannya. Pada dua tahun pertama, anak tidak melibatkan kata sandang, kata sifat, maupun kata keterangan dalam mengkomunikasikan maksud maupun perasaannya.
                        Dengan bertambahnya usia anak dan seiring dengan perkembangannya dalam berbahasa, anak mulai melibatkan komponen fonologi maupun morfologi lebih banyak dalam mengucapkan kalimat tiga atau empat kata. Selanjutnya, ketika anak mulai menggunakan kalimat yang lebih panjang, anak juga menggunakan intonasi dalam menanyakan suatu informasi, dengan memberikan penekanan pada kalimatnya, seperti: “Ayam makan?”, “kakak sekolah? Dan sebagainya. Kemampuan anak terus berkembang ditandai dengan mulai tampaknya penggunaan kata tanya seperti “siapa”, “apa”, “mengapa”, “kemana” dan “bagaimana” hingga anak menguasai banyak hal tentang struktur sintaksis yang Iebih kompleks pada usia menjelang 6 tahun.
                        Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan berbagai arti kata. Perkembangan semantik terjadi dengan kecepatan yang lebih lambat dan sama dibandingkan perkembangan anak dalam memahami fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Perkembangan semantik bermula saat anak berusia 9-12 bulan, yaitu ketika anak menggunakan kata benda, kata kerja, dan seiring dengan perkembangannya anak menggunakan kata sifat maupun kata keterangan. Jenis kata yang sifatnya lebih abstrak seperti kata depan dari kata penghubung muncul kemudian. Menurut Harris & Sipay (dalam Bromley, 1992), menjelang usia 5-6 tahun, anak dapat memahami sekitar 8000 kata, dan dalam satu tahun berikutnya kemampuan anak dapat mencapai 9000 kata.
                        Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam mengekspresikan minat dan maksud seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sejak anak masih berusia dini, dimana ia menggunakan hanya satu kata, anak sudah melibatkan komponen pragmatik agar keinginannya tercapai. Seseorang dapat dikatakan memiliki kompetensi berkomunikasi ketika ía telah memahami penggunaan bahasa tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam hal ini, anak membutuhkan bimbingan dan orang dewasa untuk membimbingnya menggunakan kalimat yang tepat dalam menyampaikan maksud pada situasi tertentu.

B.     Tahap Perkembangan Bicara
                 Vygotsky (1986) menjelaskan tiga tahap perkembangan bicara anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal. Tahap pertama yaitu tahap eksternal terjadi ketika anak berbicar secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak. Sumber berpikir ini sebagian besar berasal dari orang dewasa yang memberikan pengarahan, informasi, dan melakukan tanya jawab dengan anak. Sebagai contoh orang dewasa bertanya: “Kamu sedang apa?” Anak menjawab : “sedang makan”. Orang dewasa tersebut lalu meneruskan pertanyaannya : “Mana sendoknya?”, dan seterusnya.
                 Tahap kedua adalah egosentris dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan. Sebagai contoh : “ini nasi, ini piring, inii sendok.”
                 Tahap ketiga adalah tahap berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan. Sebagai contoh ketika anak akan menggambar sebuah biskuit, anak menggunakan pemikirannya sendiri : “Apa yang akan saya gambar? Saya ingin menggambar biskuit coklat.”
                 Perkembangan bicara anak bertujuan untuk menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi-bunyi verbal merupakan hal pokok untuk menghasilkan bicara. Kemampuan berbicara anak akan berkembang melalui pengucapan suku kata yang berbeda-beda yang diucapkan secara jelas. Lebih jauh lagi kemampuan berbicara akan meningkat ketika anak dapat mengartikan kata-kata baru, menggabungkan kata-kata baru dan memberikan pernyataan dan pertanyaan.

C.     Tipe Perkembangan Berbicara Anak
         Secara umum ada dua tipe perkembangan berbicara anak, yaitu:
         1.    Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
         2.    Socialized Speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak.

D.     Tujuan Berbicara
                 Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan seseorang, Hurlock mengemukakan dua kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak, apakah anak berbicara secara benar atau hanya sekedar “membeo” adalah : (1) Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya, (2) Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah, dan (3) Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga.
                 Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang dewasa melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya serta mengembangkan bahasanya. Anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal.
                 Anak yang memiliki hambatan bahasa juga dapat distimulasi untuk memahami bahasa yang sederhana. Dalam hal ini pendidik perlu lebih menekankan penggunaan penguat dibandingkan pengoreksian terhadap kata-kata yang mereka ucapkan. Pendidik juga perlu memahami adanya anak yang menggunakan dua macam bahasa. Dalam mempelajari bahasa kedua, kemungkinan anak membutuhkan waktu yang lebih lama dalam beradaptasi balk untuk bahasa anak itu sendiri maupun untuk bahasa teman-temannya yang berada dalam kelas yang sama. Ada bebgerapa cara orang dewasa mengajarkan bahasa pada batita sebagai berikut :
         1.    Motherese yaitu berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas dan menggunakan kalimat yang sederhana.
         2.    Recasting yaitu pengucapan makna suatu kalimat yang sama atau mirip dengan menggunakan cara yang berbeda misalnya dengan mengubahnya menjadi pertanyaan.
         3.    Echoing adalah mengulangi apa yang dikatakan anak, khususnya ungkapan anak yang belum sempurna.
         4.    Expanding ialah menyatakan ulang apa yang dikatakan anak dalam bahasa yang baik ditinjau dan segi linguistik.
         5.    Labeling adalah mengidentifikasikan nama-nama benda.
 









Rangkuman
         Menyimak, adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Fungsi menyimak adalah menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua, menunjang keterampilan berbicara, menulis, membaca, memperlancar komunikasi lisan, dan menambah informasi atau pengetahuan.
         Jenis – jenis menyimak yaitu menyimak informatif, menyimak kritis dan menyimak apresiatif. Menyimak informatif adalah menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-hubungan. Sementara menyimak kritis yaitu lebih dan sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide dan hubungan-hubungan. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan untuk menganalisis apa yang didengar dan membuat sebuah keterangan tentang hal yang didengar serta membuat generalisasi berdasarkan apa yang didengar. Kemudian, menyimak apresiatif adalah kemampuan untuk menikmati dan merasakan apa yang didengar. Penyimak dalam jenis menyimak ini larut dalam bahan yang disimaknya. Secara imajinatif, penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, dan melakukan karakter dan perilaku cerita yang dilisankan.
         Adapun strategi menyimak yang sesuai di PAUD, adalah : Simak – ulang ucap, Simak – Kerjakan, Simak – Terka, menjawab pertanyaan, parafrase, merangkum, bisik berantai.            
         Berbicara merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran ide maupun perasaan kepada orang lain secara lisan. Agar memiliki keterampilan berbicara, seorang anak harus menguasai aturan-aturan bahasa yang ada yaitu aturan fonologi, morfologi, semantik, sintaksis dan pragmatik. Terdapat tiga tahap dalam perkembangan bicara anak yaitu tahap eksternal yang terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak, tahap kedua adalah egosentris dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan, dan tahap ketiga adalah tahap berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi persyaratan.
         Ada dua tipe perkembangan berbicara anak, yaitu Egosentric Speech, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog) dan socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak. Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan seseorang. Tujuan berbicara anak dapat tercapai apabila anak memiliki kemampuan berbicara yang dapat dilihat dari : (1) pengetahuan anak akan arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya, (2) kemampuan anak melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah, dan (3) pemahaman anak akan kata-kata yang diucapkan bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga.
         Adapun jenis kegiatan berbicara yang dapat dikembangkan di PAUD, yaitu bercerita, bercakap-cakap dan bermain peran. Sementara metode yang dapat digunakan untuk mengajarkan berbicara pada anak batita yaitu : Motherese, Recasting, Echoing, Expcinding, serta Labeling.

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini !
1.      Jelaskan perbedaan mendengar, mendengarkan dan menyimak
2.      Jelaskan fungsi kemampuan menyimak !
3.      Bagaimana cara mengembangkan kemampuan menyimak pada anak usia dini ?
4.      Apa yang dimaksud dengan berbicara?
5.      Jelaskan tahapan perkembangan berbicara dan jelaskan tipe-tipe perkembangan bicara anak ?
6.      Agar dapat berbahasa dan berbicara yang baik maka terdapat aturan-aturan yang harus dipahami. Jelaskan aturan-aturan bahasa tersebut!
7.      Jelaskan kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak usia TK!
8.      Jelaskan metode apa saja yang dapat digunakan untuk mengajarkan berbicara pada anak usia dini!

DAFTAR PUSTAKA

Bromley, K.D. 1992. Language Arts : Exploring Connections II. Boston : Allyn and Bacon.
Crawley, J.Sharon & Lee H Muontain. 1988. Strategis For Guiding Content Reading. Boston, Massachussent: Allyin and Bacon,Inc.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.
Dworetzky, Johan. P. 1990. Introduction to Child Development. St. Paul: West Publishing Company.
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud
Tarigan, H.G. 1986. Prinsip -prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.
Vygotsky, L. 1986. Thought and Language. Massachussetts : The MIT Pres.
















                                                  
BAB  III
PERKEMBANGAN MEMBACA DAN MENULIS
PADA ANAK USIA DINI


A.      TUJUAN.
         a.    Menjelaskan pengertian membaca.
         b.    Menjelaskan kemampuan kesiapan membaca.
         c.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pada anak.
         d.    Menjelaskan manfaat membaca.
         e.    Metode pengembangan membaca untuk anak usia dini.
         f.     Menjelaskan pengertian menulis.
         g.    Menjelaskan tahapan-tahapan menulis pada anak.

B.     PENGERTIAN MEMBACA
                 Membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif.Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
                 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan (a) pengenalan huruf atau aksara, (b) bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf, (c) makna atau maksud dan (d) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.




C.     MANFAAT MEMBACA BAGI ANAK
         Adapun manfaat membaca bagi anak adalah :
         a.    Menumbuhkan rasa senang membaca dan akan meningkatkan pengalaman.
         b.    Meningkatkan kemampuan berbahasa, misalnya meningkatkan penguasaan kosa kata, penguasaan struktur kalimat, dan melafalkan bunyi.
         c.    Memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal dan membuat belajar lebih muda.
         d.    Memberikan beragam perspektif pada anak.
         e.    Membaca cerita dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang, mengembangkan emosi dan social anak.
         f.     Anak-anak yang gemar membaca diharapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan.
         g.    Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka.

D.     TANDA-TANDA KESIAPAN MEMBACA
                 Kesiapan anak untuk mengikuti kegiatan membaca atau belajar membaca dapat diketahui dari tanda-tanda kesiapan yang ditunjukkan oleh anak. Dhieni, dkk (2009:17) mengklasifikasikan tanda-tanda kesiapan itu antara lain :
         1.    Apakah anak-anak sudah dapat memahami bahasa lisan.
                        Kemampuan ini dapat diamati pada waktu bercakap-cakap dengan anak, atau apabila disuruh untuk melakukan sesuatu, atau diberi pertanyaan tentang sesuatu. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman dasar, yaitu kalimat-kalimat sederhana dalam konteks komunikasi, dan sesuai dengan perkembangan bahasa anak.


         2.    Apakah anak-anak sudah dapat mengajarkan kata-kata dengan jelas ?
                        Hal ini pun dapat dilakukan ketika bercakap-cakap dengan anak, atau ketika anak mengatakan atau menanyakan sesuatu. Dapat juga dengan menanyakan nama beberapa objek.
         3.    Apakah anak-anak sudah mengingat kata ?
                        Kegiatan ini dapat pula diketahui dengan menanyakan pada anak tentang objek-objek tertentu sambil menunjuk objek aslinya. Dan mengulang pertanyaan yang sama keesokan harinya. Jika anak menjawab dengan benar, maka anak tersebut dapat mengingat dengan baik.
         4.    Apakah anak-anak sudah mampu mengujarkan bunyi?
                        Kemampuan ini dapat dikatakan sudah tercakup dalam pertanyaan-pertanyaan di atas. Namun, baik juga diperhatikan secara khusus. Hal ini bisa dilakukan dengan meminta anak untuk menirukan bunyi huruf-huruf yang diujarkan oleh guru.
         5.    Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca?
                        Hal ini dapat diketahui dari kegiatan anak memegang buku,membuka-buka buku bacaan lain dan meniru-niru membaca, serta mencoret-coret kertas. Ini berkaitan erat dengan usaha-usaha yang telah dibicarakan terdahulu.
         6.    Apakah anak sudah dapat membedakan suara (bunyi) dengan objek secara baik ?
         Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan pendengaran dan penglihatan. Perilaku ini dapat dilihat dari perilaku anak menanggapi kata-kata suruhan yang berbeda-beda, membedakan berbagaisuara dan bunyi di sekitarnya. Sedang kemampuan membedakan objek-objek dapat diuji melalui berbagai alat permainannya. Dalam kemampuan membedakan hurufhueuf dapat diuji dengan menunjukkan dua huruf yang berbeda dan menanyakan persamaan atau perbedaan huruf itu. Selain kemampuan di atas, kemampuan yang dimaksud juga termasuk kemampuan membedakan arah gerakan, misalnya tangan bergerak dari kiri ke kenan, atau dari atas ke bawah.
E.     KEMAMPUAN-KEMAMPUAN KESIAPAN MEMBACA
         Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan membaca perlu dikuasai oleh anak terlebih dahulu. Kemampuan kesiapan tersebut adalah :
         1.    Kemampuan membedakan auditorial
                        Anak-anak harus belajar untuk memahami suara-suara umum dilingkungan mereka dan membedakan di antara suara-suara tersebut. Anak harus memahami konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian,tekanan, tempo, pengulangan dan kontras (suara) untuk membedakan suara-suara huruf dalam alphabet, terutama suara-suara yang dihasilkan oleh konsonan awal dalam kata (misalya anak harus mampu membedakan suara huruf d dari suara t, suara m dari suara).
                 Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah:
                 a.    Mintalah anak untuk memberi nama sesuatu yang dimulai dengan suara    yang sama dengan namanya.
                 b.    Ucapkan sekumpulan kata dan mintalah anak untuk member tahu guru kata mana dalam daftar yang dimulai dengan suara yang berbeda dengan yang lain.
                 c.    Tugaskan anak untuk memberi nama setiap benda yang ada dikelas yang dimulai dengan huruf tertentu.
                 d.    Tugaskan anak untuk mulai dengan kata-kata seperti lari, melompat terbang.
         2.    Kemampuan diskriminasi visual
                        Anak-anak harus belajar untuk memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-gambar pada foto, lukisan, dan pantonim. Mereka harus mampu membedakan kiri dan kanan, warna, bentuk maupun atas dan bawah, dan mengikuti gerakan dari kiri ke kanan maupun dari atas ke bawah. Akhirnya, mereka harus mampu untuk memahami dan menamai huruf besar dan huruf kecil.
                 Untuk mewujudkan hal ini bisa melalui kegiatan-kegiatan berikut:
                 a.    Susunlah untuk menyelesaikan berbagai macam puzzle.
                 b.    Buatlah anak menulis berbagai tulisan nama dan kata yang telah dipelajari.
                 c.    Buatlah anak menyalin bentuk-bentuk geometri seperti lingkaran, segi tiga, segi empat dan bujur sangkar.
         3.    Kemampuan membuat hubungan suara-simbol.
                        Anak harus mampu mengkaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan nama yang mereka representasikan. Ia harus tahu bahwa d disebut de dan menetapkan suara pada awal kata ‘daging’.
         4.    Kemampuan bahasa lisan.
                        Anak-anak harus belajar mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail dan memahami ide-ide utama. Mereka harus menggunakan dan memperluas kosa kata bahasa lisan mereka untuk menjelaskan ide-ide, untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa, untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri untuk orang imajinasi mereka.
                 Anak hendaknya menjadi senang berbagai pengalaman dengan bahasa dan gembira dalam menggunakan kata-kata baru.
         1.    Membangun sebuah latar belakang pengalaman.
                 Hal ini bisa dilakukan misalnya melalui bermacam-macam kegiatan, misalnya:
                 a.    Bercerita tentang pengalaman ketika berlibur ke rumah nenek, hal ini dapat menimbulkan minat membaca anak.
                 b.    Membuat pusat perhatian di kelas.
                 c.    Mengajak anak menonton film dan mendengarkan cerita untuk membangun latar belakang pengalaman mereka.

         2.    Intresprestasi gambar.
         3.    Progresi dari kiri ke kanan.
         4.    Kemampuan merangkai, missal: suruhlah anak menyusun gambar seri dengan benar.
         5.    Penggunaan bahasa mulut, misalnya: menjawb berbagai macam pertanyaan, percakapan, bermain drama dan bermain peran.
         6.    Pengenalan melihat kata, misalnya: anjurkan tiap anak untuk memperhatikan bentuk yang unik atau karakter khusus tiap melihat kata.
         7.    Lateralisasi belajar untuk membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri serta antara kaki kiri dan kaki kanan.
         8.    Koordinasi gerak : kegiatan yang dimasukkan dalam program pendidikan kognitif akan membantu meningkatkan koordinasi gerak anak.

F.      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA ANAK
         Kemampuan membaca ini merupakan kegiatan yang kompleks, artinya banyak faktor yang mempengaruhinya. Tampubolon (­­­­­­­­­­Dhieni, 2009:19) membagi faktor itu menjadi dua, yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah faktor yang berkembang baik secara biologis, maupun psikologis, dan linguistik yang timbul dari diri anak. Sedang, faktor eksogen adalah faktor lingkungan. Kedua faktor ini saling terkait dan mempengaruhi secara bersamaan. Dhieni (2009 : 19) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, antara lain :
         1.    Motivasi
                        Motivasi merupakan pendorong anak untuk semangat membaca. Motivasi merupakan sebuah ketertarikan untuk membaca. Hal ini penting karena adanya motivasi akan menghasilkan anak yang memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Motivasi sendiri terbagi menjasdi dua berdasarkan sumbernya. Yang pertama adalah motivasi intrinsik, yaitu faktor yang bersumber pada diri pembaca itu sendiri. Yang kedua adalah faktor ekstrinsik, yang bersumbernya terletak di luar pembaca itu.
                        Cara agar anak termotivasi dan tertarik adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang berkualitas tinggi yang memiliki hubungan dengan kehidupan mereka. Selain itu, dapat juga dengan memberi penjelasan kepada anak tentang pengetahuan yang sudah mereka ketahui atau yang belum diketahui, sehingga anak mudah menghubungkan dengan informasi baru. Dalam hal ini, guru sebagai katalisator motivasi dan ketertarikan serta model bagi anak.
         2.    Lingkungan keluarga
                        Seperti yang telah diketahui bahwa anak sangat membutuhkan keteladanan dalam membaca. Keteladanan itu harus sesering mungkin ditunjukkan kepada anak oleh orang tua. Seperti diketahui bahwa anak-anak memiliki potensi untuk meniru secara naluriah. Menurut Leichter (Dhieni, 2009:20) perkembangan kemampuan membaca dan menulis dipengarahui oleh keluarga dalam hal:
                 a.    Interaksi interpersonal. Interaksi ini terdiri atas pengalaman-pengalaman baca tulis bersama orang tua, saudara, dan anggota keluarga lain di rumah.
                 b.    Lingkungan fisik. Lingkungan fisik mencakup bahan-bahan bacaan di rumah.
                 c.    Suasana yan penuh perasaan (emosional) dan memberikan dorongan (motivasional) yang cukup anta individu di rumah, terutama yang tercermin dalam sikap membaca.
         3.    Bahan bacaan
                        Minat baca serta kemampuan membaca seseorang dipengaruhi oleh bahan bacaan. Bahan bacaan yang terlalu sulit bagi seseorang akan mematikan selera untuk membaca. Sehubungan dengan bahan bacaan ini perlu diperhatikan yaitu topik atau isi bacaan dan keterbacaan bahan. Anak harus dikenalkan dengan berbagai macam topik bacaan atu isi bacaan, sehingga dapat menambah wawasan anak namun topik yang di[ih harus menarik bagi anak baik secara segi isi maupun dari segi penyajiannya. Faktor keterbacaan merupakan faktor yang sangat penting dalam pemilihan bahan bacaan. Keterbacaan maupu kesulitan bacaan itu berbeda dengan tingkatan-tingkatan kemampuan anak.

G.     STRATEGI DAN METODE PENGEMBANGAN MEMBACA ANAK USIA DINI
                 Pendidikan anak usia dini merupakan sebagai tempat bermain, bersosialisasi dan juga sebagai wahana untuk mengembangkan berbagai kemampuan prokolastik yang lebih subtansial. Untuk itu, strategi yang digunakan harus menyediakan dengan tepat sesuai dengan minat yang dibutuhkan anak, juga melibatkan anak dalam situasi yang berbeda dan kelompok kecil, kelompok besar atau secara individual.
                 Strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan membaca anak usia dini adalah dengan pendekatan pengalaman berbahasa. Pendekatan ini diberikan dengan menerapkan konsep DAP (Developmentally Aproppriate Practice) (Dhieni, 2009:22). Pendekatan ini dilakukan melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk mengembangkan kemampuan membaca serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberi berbagai pengalaman bagi anak. Selain itu, perlu juga memperhatikan motivasi dan minat anak, sehingga kedua faktor itu mampu memberikan pengaruh yang besar dalam pengembangan kemampuan membaca. Strategi ini dilaksanakan dengan memberikan beragam aktivitas yang memperhatikan perkembangan kemampuaan membaca yang dimiliki anak.
                 Menciptakan suasana bermain pada anak-anak dapat pula dilakukan dengan menggunakan media atau alat permainan, baik media gambar atau yang lain. Pendekatan ini dapat pula dilakukan dengan menggunakan media bermain, seperti kartu, gambar, puzzle, flashcard, dan lain sebagainya.  Selain itu ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam pengembangan membaca anak. Metode pengembangan membaca untuk anak usia dini diantaranya (Ceria, 2009) :
         1.    Pendekatan pengalaman bahasa
                        Dalam pendekatan ini guru menggunakan kata-kata anak sendiri untuk membantunya belajar membaca. kata-kata itu dapat berupa penjelasan suatu gambar atau suatu cerita pendek yang dimasukkan ke dalam suatu buku.
                        Mula-mula anak itu mengatakan kepada guru apa yang harus ditulis. Setelah beberapa waktu anak-anak dapat menyalin tulisan guru dan akhirnya dapat menulis kata-kata mereka sendiri. Banyak guru menggunakan metode ini sebagai suatu pendekatan pertama untuk membaca. Membaca kata-kata mereka sendiri membantu anak-anak memahami bahwa kata yang tertulis adalah untuk komunikasi makna. Jadi, kekuatan dari pendekatan pengalaman bahasa yang utama adalah dapat membuat anak menggunakan pengalaman mereka sendiri sebagai bahan utama pelajaran membaca. Keunggulan lain dalam pendekatan ini anak menggunakan pola bahasa mereka sendiri, mereka dapat membaca lebih efektif dari pada membaca pola bahasa yang ada dalam buku.
         2.    Fonik
                        Metode ini mengandalkan pada pelajaran alfabet yang diberikan terlebih dahulu kepada anak-anak, mempelajari nama-nama huruf dan bunyinya. Setelah mempelajari bunyi huruf mereka mulai merangkum beberapa huruf tertentu untuk membentuk kata-kata. Contoh : b-a-k   r-a-k   p-a-k   t-a- k
                        Untuk memberikan latihan membaca kepada anak-anak dalam keterampilan ini, buku-buku cerita haruslah dipilih secara terencana, sehingga semua kata bersifat regular, dapat dibunyikan. Luar biasa sukarnya untuk menulis buku dengan kata-kata yang secara fonik bersifat reguler, yang menarik untuk dibaca anak-anak.
                        Mempelajari bunyi yang terpencil sangat abstrak bagi anak kecil. Ini tidak berarti apa-apa biasanya mereka menganggapnya sebagai membosankan. Mereka juga harus benar-benar memusatkan pikiran akan pembunyian kata-kata sehingga mereka tidak mampu mengucapkan kata dengan benar tanpa mempunyai gambaran akan artinya. Anak-anak yang diajar dengan metode ini akan belajar dan mengucapkan kata-kata tak bermakna dengan sangat benar, sedangkan jika kata-kata itu dalam kalimat mereka segera tahu bahwa kata-kata itu tidak berarti.
                        Karena alasan-alasan inilah metode fonik biasanya tidak diajarkan sampai anak-anak dapat memahami dengan baik dasar-dasar membaca. Tetapi anak-anak yang besar yang merasakan kesukaran membaca, sering merasa pendekatan fonik ini baik bagi mereka.
                        Tidak ada bukti pasti bahwa salah satu metode itu lebih unggul daripada yang lain. Kebanyakan guru cenderung menggabung sejumlah metode yang berlainan. Anak-anak yang berlainan memperoleh manfaat dari metode yang berlainan pada tahap yang berlainan.
         3.    Lihat dan Katakan
                        Dalam metode ini anak-anak belajar mengenali kata-kata atau kalimat-kalimat keseluruhan, bukanya bunyi-bunyi individu. Mereka memandangi kata-kata, mereka mendengar kata itu diucapkan dan kemudian mereka mengulangi ucpan itu.
                        Dua puluh tahun yang lalu orang lazim menggunakan kartu dengan dilihatkan sekilas dalam mengajar dengan metode ini. Kartu-kartu itu dipegang untuk dikenali anak-anak, tapi karena tidak ada petunjuk untuk membantu mereka, si anak menebak-nebak.Sekarang umumnya diakui bahwa lebih baik menunjukkan seluruh kalimat lebih dahulu, dan lebih baik diiringi gambar, kemudian seperangkat kartu kata-kata yang sepadan ditaruh di bawah kalimat, dan akhirnya hanya kartu-kartu itu untuk membuat sebuah kalimat. Dengan cara lain anak-anak dapat memperoleh makna dari dalam kata-kata tercetak dari tahap paling awal belajar membaca.
         4.    Metode pendukung konteks
                        Bila anak-anak sedang belajar membaca, sangatlah penting bahwa mereka menggunakan buku yang benar-benar menarik bagi mereka. Meskipun demikian mereka tidak dapat menangani terlalu banyak kata baru, dan sukarlah untuk menulis cerita yang menarik dengan kata-kata yang terbatas banyaknya. Untuk mengatasi masalah ini diterbitkan beberapa buku yang memberikan dua versi dari suatu cerita. Bersi panjang seringkali dicantumkan pada satu halaman dan pada halaman sebelahnya ada versi yang lebih pendek.
                        Kadang-kadang versi panjang ditaruh pada bagian bawah halaman dan versi pendek dalam gelembung-gelembung bicara. Anak itu mendengar versi panjang sebelum membaca sendiri versi pendeknya. Perbendaharaan kata-kata yang lebih terbatas dari versi pendek dihidupkan karena anak itu dapat mengaitkan dengan apa yang telah ia dengar. Ini merupakan cara yang relatif baru dalam mengajar membaca dini. Cara ini memang membantu untuk membuat kata yang tercetak lebih menarik dan bermakna bagi seorang anak.


H.     TAHAPAN  PERKEMBANGAN  MEMBACA AUD
                 Membaca merupakan kegiatan yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan). Kemampuan membaca dimulai ketika anak senang mengeksplorasi buku dengan cara memegang atau membolak-balik buku.
                 Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap, antara lain:
         1.    Tahap Fantasi (Magical stage)
                        Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, dia berpikir bahwa buku itu penting, membolak-balik buku dan kadang-kadang anak selalu membawa buku kesukaannya.
                        Pada tahap pertama ini, orang tua atau guru harus menunjukkan model atau contoh tentang perlunya membaca, membacakan dan menceritakan isi buku pada anak, membicarakan isi buku pada anak.
         2.    Tahap  Pembentukan Konsep Diri (Self concept stage)
                        Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
                        Pada tahap kedua ini, orang tua atau guru harus memberikan rangsangan dengan membacakan sesuatu pada anak. Orang tua atau guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak, melibatkan anak membacakan berbagai buku.
         3.    Tahap Membaca Gambar (Bridging reading stage)
                        Pada tahap ini, anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat menggunakan kata-kata yang mempunyai makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalnya serta sudah mengenal abjad.
                        Pada tahap ketiga ini, orang tua atau guru membacakan buku cerita yang menarik minat anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu atau puisi dan memberikan kesempatan menulis sesering mungkin.
         4.    Tahap Mengenal Bacaan (Take-off reader stage)
                        Anak mulai menggunakan tiga system isyarat (graphoponic, semantic, dan syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti judul buku, papan iklan, atau tulisan dibaju.
                        Pada tahap keempat ini,orang tua atau guru masih tetap membacakan sesuatu untuk anak-anak sehingga mendorong anak untuk membaca sesuatu pada berbagai sitiasi. Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.
         5.    Tahap Membaca Lancar (Take-off reader stage)
                        Pada tahap ini, anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca.
                        Pada tahap kelima ini, orang tua dan guru masih tetap membacakan berbagai jenis buku pada anak-anak. Tindakan ini akan mendorongagar dapat memperbaiki bacaannya. Mampu menyeleksi bahan-bahan bacaan yang sesuai serta membelajarkan cerita yang berstruktur.
                        Untuk memberikan rangsangan posisif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas, maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan penting.Lingkungan sekitar termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru, seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensiyang tampak akan tumbuh berkembang secara optimal.
                        Perkembangan kemampuan membaca biasanya juga beriringan dengan kemampuan menulis yang banyak terkait dengan perkembangan motorik anak.

I.       Pengertian Menulis
                 Menulis adalah suatu media untuk berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaan melalui untaian kata-kata yang bermakna.Sementara itu menurut Poerwodarminto (1982), menulis memiliki batasan sebagai berikut: (1) Membuat huruf, angka dan lainnya dengan pena, kapur dan sebagainya. (2) Mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat dan lainnya dengan tulisan.
         Dengan demikian menulis bukanlah sekedar membuat huruf-huruf ataupua angka pada selembar kertas dengan menggunakan berbagai alternative media,melainkan merupakan upanya untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ada pada diri individu. Melalui menulis seseorang dapat mengungkapkan perasaannya kepada orang lain.
         1.    Tahapan Kemampuan Menulis Pada Anak
                        Ada kesejajaran antara kemampuan menulis dengan kemampuan membaca. Proses menulis  dekat dengan proses menggambar, namun menulis berbeda dengan menggambar. Anak-anak mulai menulis dengan menggambar, kemudian menulis cakar ayam, barulah membentuk bentuk-bentuk huruf. Kata-kata yang dikenalnya dengan baik akan menolong anak belajar bahwa huruf yang berbeda melambangkan bunyi-bunyi yang berbeda.Contoh anak dapat menulis namanya sendiri.
                 Menurut Brewer, ada 4 tahapan dalam kemampuan menulis, antara lain :
                 a.    Scribble Stage, yaitu tahap mencoret atau membuat goresan. Pada tahap ini anak akan membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulis. Pada tahap ini anak akan mulai belajar tentang bahasa tulis dan cara mengerjakan tulisan tersebut.
                 b.    Liniear Repetitive Stage, yaitu tahap pengulangan linear. Pada tahap ini anak menelusuri bentuk tulisan yang horizontal.
                 c.    Random Letter Stage, yaitu tahap menulis random. Pada tahap ini anak belajar tentang berbagai bentuk yang merupakan suatu tulisan dan mengulang berbagai kata ataupun kalimat.
                 d.    Letter Name Writing Of Phonetic Writing. Yaitu tahap menulis nama. Pada tahap ini anak mulai menyusun dan menghubungkan antara tulisan dan bunyinya. Anak mulai menulis nama dan bunyi secara bersamaan.
                        Morrow (1993) membagi kemampuan menulis anak menjadi 6 tahapan, antara lain:
                 1.    Writing via Drawing, yaitu menulis dengan cara menggambar.
                 2.    Writing via Scribbing, yaitu menulis dengan cara menggores. Anak seringkali mencoret dari arah kiri ke kanan seakan mencontoh tulisan orang dewasa.
                 3.    Writing via Making Letter-Like Forms, yaitu menulis dengan cara membuat bentuk seperti huruf. Anak tidak hanya membuat goresan, tetapi sudah melibatkan unsure kreasi.
                 4.    Writing via Reproducing Well-Learned Unit or Letter Stings, yaitu menulis dengan cara menghasilkan huruf-huruf. Anak menulis huruf-huruf dengan mencontoh, misalnya mencoba menulis  namanya.
                 5.    Writing via Invented Spelling, yaitu menulis dengan mencoba mengeja satu persatu. Dalam tahap ini anak mencoba mengeja dengan cara coba-coba.
                 6.    Writing via Conventional Spelling, yaitu menulis dengan cara mengeja langsung. Dalam tahap ini anak lebih dapat mengeja secara benar baik dari segi susunan maupun ejaan.
                        Feldman (1991) memberikan batasan tentang tahapan kemampuan menulis pada anak, antara lain:
                 1.    Scrible on the Page, yaitu membuat goresan pada kertas. Dalam tahap ini anak membuat gambar ataupun huruf-huruf yang terpisah.
                 2.    Copy Word, yaitu mencontoh huruf. Anak mulai tertarik mencontoh huruf seperti dalam kata ibu, ayah, adik dan sebagainya.
                 3.    Invented Spelling, yaitu belajar mengeja. Dalam tahap ini anak mulai menemukan cara mengeja dan menuliskan huruf sesuai dengan bunyinya.
                 Tahapan kemampuan menulis diatas merupakan kemampuan menulis anak yang berawal dari tahapan yang sederhana sampai tahapan yang lebih tinggi. Kemampuan menulis anak ditandai dengan adanya ketertarikan anak pada kegiatan menulis yang bermula dari coretan, mencoba menulis huruf, menulis namanya sendiri, dan meniru menulis kata.

RANGKUMAN
         Membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi, kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, makna serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
         Agar pembelajaran membaca tercapai secara efektif, maka pendidik harus memperhatikan kemampuan-kemampuan kesiapan membaca pada anak yang terdiri dari: 1) Kemampuan membedakan auditorial, 2) Kemampuan diskriminasi visual, 3) Kemampuan (membuat) hubungan suara-symbol, 4) Kemampuan bahasa lisan, dan 5) Membangun sebuah latar belakang pengalaman.
         Hal lain yang harus diperhatikan adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca pada anak yaitu: motivasi, lingkungan keluarga, serta factor bahan bacaan. Adapun metode pengembangan membaca yang dapat dilakukan untuk anak usia dini yaitu menggunakan pendekatan pengalaman berbahasa, fonik, serta lihat dan katakana.
         Adapun tahapan-tahapan perkembangan membaca adalah tahap fantasi (magical stage), tahap pembentukan konsep diri (self concept stage), tahap membaca gambar (bridging reading stage), tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage), tahap membaca lancer (independent reader stage).
         Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Menulis memiliki batasan sebagai berikut: (1) Membuat huruf, angka dan lainnya dengan pena, kapur dan sebagainya, (2) Mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat,dan lainnya dengan tulisan. Tahapan menulis pada anak dimulai dengan menggambar, kemudian menulis cakar ayam,barulah membuat bentuk-bentuk huruf.








LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman materi diatas silakan kerjakan materi berikut:
1.      Jelaskan pengertian membaca bagi anak usia dini ?
2.      Mengapa kemampuan membaca penting dimiliki oleh anak ?
3.      Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi membaca pada anak usia dini ?
5.      Jelaskan kemampuan kesiapan apa saja yang harus diperhatikan pendidik dalam upaya meningkatkan  kemampuan membaca anak usia dini ?
5.      Sebutkan tahapan-tahapan perkembangan membaca untuk anak usia dini ?
6.      Uraikan tahapan kemampuan menulis menurut pandangan beberapa ahli yang anda ketahui?
7.      Bagaimana hubungan keterampilan menulis dengan keterampilan membaca pada anak usia dini?
















DAFTAR PUSTAKA


Bowler, P. & Linke, P. 1996. Your Child from One to Ten II. Victoria: Impac Printing Pty Ltd.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts:Exploring Connections ll. Boston:
Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ellis, Arthur, dkk. 1989.Elementary Language Arts. New Jersey: Prentice Hall
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud.
Poerwordaminto, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Suparno, Muhamad Yusuf. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.





                                               







                                                   
                                                           
BAB  IV
PERMAINAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI

A.      Tujuan
                 Buku ajar ini bertujuan agar anak usia dini mampu menyusun permainan yang dapat memicu perkembangan bahasa.

B.     Bermain Sebagai Pemicu Perkembangan Bahasa Anak AUD
                 Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, diperoleh temuan bahwa bermain dan permainan mempunyai manfaatyang besar bagi perkembangan anak. Kegiatan bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna bagi anak. Khusus untuk pengembangan kemampuan bahasa, permainan memiliki manfaat yang baik bagi anak usia dini.

C.     Pengembangan Bahasa Anak Melalui Permainan
                 Pengembangan kemampuan dasar anak, termasuk berbahasa,  dapat dilakukan dengan strategi bermain. Ada beberapa jenis permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset, membaca cerita (story reading/story telling) ataupun mendongeng. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak sebagaimana dideskripsikan oleh Eli Tohonan Tua Pane (2009) adalah sebagai berikut.
         a.    Permainan ”Pilih Satu Benda”, dilakukan dengan membagi kelas dalam beberapa kelompok.Tiap kelompok mendapatkan 10 macam benda. Anak kemudian diminta untuk memilih 5 dari 10 benda tersebut. Anak bisa memikirkan mana benda-benda yang lebih penting. Setelah beberapa saat, anak diminta untuk memilih 3 dari 5 benda tadi, akhirnya diminta memilih 1 benda saja. Kemudian setiap kelompok diminta berbicara untuk memberikan alasan mengapa mereka memilih benda tersebut. Tujuan permainan tersebut adalah melatih keterampilan berbicara anak.
         b.    Permainan “Menebak Suara Binatang”, dilakukan dengan memberikan tulisan/gambar kepada setiap anak dan tidak boleh dibuka sebelum diperintahkan oleh guru. Kemudian setiap anak harus bersuara seperti binatang yang ada di dalam kertas yang diperolehnya (anak tidak boleh berbicara, hanya bersuara saja) dan mencari pasangan suara yang sama. ”Siapa yang tidak mendapatkan pasangan ? Tebak nama binatang itu !”. Tujuannya adalah membaca kata sederhana tentang nama binatang dan mengenali bunyi.
         c.    Permainan Moving family, dilakukan dengan memposisikan anak-anak duduk dalam sebuah lingkaran lalu memberikan mereka potongan kertas bertuliskan ayah, ibu, kakak, adik. Kemudian pendidik menyebutkan tulisan itu, misalnya ”ayah”, maka anak yang membawa tulisan ayah dapat berdiri. Ketika pendidik mengucapkan ”ibu”, maka anak yang membawa tulisan ibu berdiri, dan ketika pendidik menyebutkan ”keluarga”, maka semua anak baik yang memegang tulisan ”ayah”, ”ibu”, ”anak” berdiri berdekatan. Tujuan permainan ini adalah mengenalkan tulisan untuk dibaca, mendengarkan bunyi.
         d.    Permainan ”Memancing Kata”: Anak memancing kartu kata. Kata yang    didapat anak kemudian dituliskan dalam secarik kertas. Tujuan agar mengenalkan anak pada huruf-huruf, melatih anak untuk menulis kata.
         e.    Permainan ”Menyeberang Sungai”: Dua anak diminta memegang ujung-ujung tali, kemudian menggerak-gerakkan tali itu di lantai. Sementara itu anak-anak lain bertanya,”Buaya, buaya, bolehkah aku menyeberang sungaimu ? Anak yang memegang tali bisa menjawab dengan mengajukan syarat tertentu bagi anak yang ingin menyeberang. Misalnya,” Ya boleh, jika kamu mengenakan kaos berwarna putih”. Maka anak yang berkaos putih dapat segera melompati tali yang digoyang-goyang. Demikian berulang-ulang dengan persyaratan yang diajukan oleh pemegang tali berbeda-beda.Tujuannya: mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
         f.     Permainan ”Cerita Yang Diperagakan”: Pendidik dan anak menyusun suatu kesepakatan, bahwa pendidik akan membacakan cerita, dan jika menyebutkan kata-kata tertentu, maka anak telah sepakat untuk membentuk gerakannya.
         g.    Permainan ”Menulis Dengan Badan”: Anak diminta membayangkan bahwa tubuhnya sebagai pensil, sehingga anak dapat menulis huruf menggunakan badannya. Anak bergerak sesuai bentuk huruf. Anak yang lain diminta menebak. Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan kata dalam beberapa huruf, misalnya : madu, dsb. Tujuan :melatih menulis dan membaca huruf.
                 Contoh aktivitas permainan di atas dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak, pendidik perlu menyesuaikan kegiatan dengan perkembangan kemampuan anak dan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.

D.     Permainan Bahasa untuk Melatih Kemampuan Mendengarkan.
                 Tahap pertama dalam belajar mendengarkan adalah menyadari sebanyak mungkin bunyi yang berlainan. Hanya dengan mengacu keberbagai macam bunyi-bunyi dan membicarakannya, akan sangat menolong dan mengenalkan kepada anak-anak mengenai kata-kata yang dengan kata itu bunyi itu diberikan.
                 Berikut adalah contoh-contoh kegiatan permainan mendengarkan untuk melatih kemampuan menyimak atau mendengar pada anak.
         1)    Ada berapa bunyi?
                 Ajaklah anak-anak untuk menutup matanya, tidak bergerak-gerak dan tanpa suara. Kemudian  periksa berapa banyak suara atau bunyi yang dapat mereka dengar dari lingkungan sekitarnya.
         2)    Apa yang sedang saya lakukan sekarang ini?
                 Satu anak menutup matanya dan harus menebak apa yang sedang dilakukan oleh anak lain yang sedang membuka  pintu, membuka buku, mengaduk teh dan kegiatan lainnya yang menimbulkan suara.
         3)    Apa yang menimbulkan suara itu?
                 Pilihlah tiga atau empat benda yang menghasilkan suara yang berlainan. Dengarkan suara-suara itu. Tutup mata anak, sementara guru memindahkan salah satu benda tersebut. Kemudian anak menyebutkan benda apa yang dipindah tadi.
         4)    Bunyi kertas.
                 Anak-anak diajak mendengarkan bersama bunyi yang berlainan, yang dihasilkan dari kertas yang dirobek, diremas atau dilambai-lambaikan. Anak harus menutup mata dan tebak apa yang dilakukan guru dengan kertas tersebut.
         5)    Bunyi benda jatuh.
                 Pilihlah tiga benda yang berlainan seperti uang logam, paku, sendok dan sebatang pensil. Anak harus menutup matanya dan menebak benda apakah itu.
         6)    Bunyi yang direkam dengan tape recorder.
                 Guru dapat melukis gambar untuk menyajikan bunyi-bunyian itu pada lembar-lembar kartu. Jika anak mendengar suara-suara dari rekaman maka anak harus membalikkan kartu yang sama dengan suara itu.
         7)    Perintah yang dibisikkan.
                 Anak mendapatkan perintah melalui bisikkan yang dilakukan guru atau temannya. Mulailah dengan satu perintah  misalnya “duduklah dikursi merah” kemudian tambahkan satu perintah lagi “ambilkan pensil di meja” dan begitulah seterusnya dengan perintah-perintah yang lain.

E.      Permainan Bahasa Untuk Melatih Kemampuan Berbicara
                 Dibawah ini akan diuraikan beberapa gagasan untuk mendorong anak agar mampu mengungkapkan diri dengan kata-kata melalui permainan berbicara. Berikut ini adalah contoh kegiatan permainan berbicara.
         1)    Kotak Raba
                 Letakkan objek-objek peralatan sekolah atau rumah tangga dalam satu boks yang telah dilubangi sampingnya. Kemudian anak memasukkan kedua tangannya ke dalam kotak dan mencoba menguraikan apa yang dirabanya sebelum menebak benda apa itu. Versi lain dimainkan dengan tiga orang. Satu orang meletakkan objek ke dalam kotak, yang kedua merabanya dan mencoba menguraikannya, yang ketiga menebak benda apa itu.
         2)    Pemberian gambar
                 Secara bergiliran anak mengatakan sesuatu mengenai suatu gambar dalam sebuah buku atau majalah, dengan mula-mula mengulangi semua pernyataan yang telah dilakukan sebelumnya. Permainan ini baik untuk daya ingat dan mengembangkan daya pengamatan maupun bahasa. Guru dapat menyesuaikan dalam banyak cara misalnya: “ Pada pulau ajaibku aku akan mempunyai…”

         3)    Mencari hubungan
                 Permainan sederhana ini meminta anak untuk memberikan hubungan antara dua objek nyata sekitar rumah, sekolah, kebun atau lukisan gambar sederhana pada potongan-potongan  kartu kecil. Biarkan juga anak-anak mengumpulkan pasangan-pasangan objek mereka sendiri dan menjelaskan mengapa mereka mengumpulkannya.
         4)    Permainan fantasi
                 a.    Bermain boneka.
                 b.    Permainan berdandan.
                 c.     Permainan kotak karton.   
                 d.    Kotak karton dengan berbagai bentuk dan ukuran dapat menciptakan aneka ragam situasi bermain. Kotak-kotak besar dapat dijadikan rumah, gua atau ruang kecil. Kotak ukuran sedang menjadi kendaraan, meja, bangku, loket dan kotak kecil bisa dijadikan garasi, rumah pertanian dan rumah-rumah miniatur.

F.      Permainan Bahasa untuk Melatih Kemampuan Membaca
                 Permainan bahasa untuk melatih kemampuan membaca banyak ragamnya, diantaranya adalah: 1) Memasangkan suatu kata dengan suatu gambar, 2) Memasangkan suatu kata tertulis dengan kata yang diucapkan, 3) Memasangkan suatu kata tertulis dengan suatu kata tertulis, 4) Memasangkan suatu huruf awal dan suatu gambar, 5) Memasangkan bentuk-bentuk huruf dengan bunyi huruf.
                 Berikut adalah contoh permainan bahasa untuk mengembangkan kemampuan membaca:
         1)    Permainan Kata.
                 a.    Bahan-bahan :
                        Beberapa kertas dan kartu, seperti kertas pelapis, dan kertas dinding (belakangnya), bungkus sereal dan lainnya, gunting, perekat, mistar, pena berwarna, gambar besar untuk digunting (catalog mainan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga sumber yang ideal)
                 b.    Butir-butir yang harus diingat.
                             Bila membuat permainan pilihlah kata-kata yang sudah perna    dilihat oleh anak. Hal ini merupakan bagian dari menambah perbendaharaan kata.
                             Jika permainan itu dibuat dengan teliti mungkin akan lebih menarik bagi anak didik.
                             Sesuaikan setiap permainan ini dengan tema yang terutama akan menarik minat anak didik.
                             Anda juga dapat menyesuaikan setiap permainan untuk membuatnya lebih mudah atau lebih sukar, atau kurang kompetitif menurut kemampuan dan temperamen anak. Permainan itu dapat diikuti oleh sedikit atau lebih banyak anak.
         2)    Membuat barisan
                 a)    Pembuatan :
                             Gunting suatu karton tebal berbentuk bujur sangkar 240 mm
                             Gambar garis bujur sangkar itu terbagi menjadi Sembilan bujur sangkar.
                             Gunting Sembilan kartu agar cocok dengan kotak-kotak pada karton itu.
                             Tempelkan gambar pada satu sisi dari tiap kartu, dan pada sisi lain, kata pasangannya dan gambar suatu lingkaran sebesar sebuah keping.
                             Cari sepuluh keping, lima dengan suatu warna, dan lima lain dengan warna lain.
                 b)    Cara bermain.
                             Tumpuklah kartu-kartu, kata menghadap ke atas tebarkan kartu dengan sisi kata menghadap ke atas.
                             Dua pemain bergiliran mengambil sebuah kartu dan membaca kata pada kartu itu, kemudian melihat sebaliknya untuk mengecek apakah mereka membaca kata itu dengan benar, ia letakkan kartu itu pada papan karton tebal dan meletakkan sebuah keeping di atasnya.
                             Tiap permainan menggunakan keping dengan warna yang berlainan dan sasaran permainan adalah membuat suatu baris tiga keping dengan warna yang sama, sepanjang garis-garis “bujur dan silang”.
                             Jika tidak berhasil, kocok kartu-kartu dan mulai lagi.
                 3)    Kartu kata
                               Permainan ini menggunakan potongan-potongan kartu, yang biasanya berukuran sebesar kartu pos. Tiap kartu ditulisi dengan suatu kata. Kartu-kartu ini digunakan untuk membantu anak-anak belajar mengenali kata-kata dan sangat sederhana membuatnya. Paling baik jika guru memulai dengan nama-nama anak dan kemudian berpindah ke nama-nama orang lain dan benda-benda yang dikenal anak dengan baik. Tunjukkan kartu tersebut satu demi satu, dengan menunggu sampai ia tahu tiap kata sebelum beralih ke kartu berikutnya.
G.     Permainan Bahasa untuk Melatih Kemampuan Menulis
                 Keterampilan tangan yang diperlukan untuk menulis kata-kata berkembang dengan lebih perlahan dibandingkan keterampilan membacanya. Pensil harus dipegang lembut antara ibu jari dan telunjuk serta jari tengah sekitar 3 cm dari ujung. Anak yang kidal harus memegang lebih jauh dari ujung sehingga apa yang ditulis dapat terlihat. Kertasnya harus lebih ke kiri dari tubuhnya dan sejajar dengan pinggir meja atau sedikit miring ke kanan.
                 Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kemampuan menulis, yaitu:

         1)    Pola
                 Pembentukan huruf didasarkan pada pola berulang tertentu. Menyalin pola membantu anak meningkatkan kendali tangan dan menyiapkan cara menulis.
         2)    Menghubungkan titik-titik huruf
                 Cara ini berguna karena membantu mencetakkan pada pikiran seorang anak tentang perasaan menulis huruf-huruf.
         3)    Permainan baki garam atau pasir
                 Anak-anak menyukai menulis dengan jari-jari mereka dan mempunyai kendali yang lebih banyak dari pada penggunaan pensil dan pena. Menulis huruf-huruf dengan cat jari.
         4)    Menghubungkan huruf pertama
                 Mengisikan sebuah huruf untuk melengkapi sebuah kata merupakan langkah pertama yang berguna dalam menuliskan seluruh kata.







RANGKUMAN
Permainan yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak terdiri dari:
a)      Permainan pilih satu benda.
b)      Permainan menebak suara binatang.
c)      Permainan moving family.
d)      Permainan memancing kata.
e)      Permainan menyeberang sungai.
f)       Permainan cerita yang diperagakan.
g)      Permainan menulis dengan badan.
         Tahap pertama dalam tahap mendengarkan adalah menyadari banyak mungkin bunyj yang berlainan. Beberapa contoh kegiatan permainan mendengarkan pada anak usia dini:
a)      Ada berapa bunyi?
b)      Apa yang sedang saya lakukan sekarang ini?
c)      Apa yang menimbulkan suara itu?
d)      Bunyi kertas.
e)      Bunyi benda jatuh.
f)       Bunyi yang direkam dengan tape recorder.
g)      Permainan yang dibisikkan.
         Ada beberapa contoh kegiatan permainan berbicara antara lain: a) Kotak raba. b) Pemberian gambar. c) Mencari hubungan. d) Permainan fantasi.
         Permainan bahasa untuk melatih kemampuan membaca banyak ragamnya, diantaranya adalah: 1) Memasangkan suatu kata dengan suatu gambar, 2) Memasangkan suatu kata tertulis dengan kata yang diucapkan, 3) Memasangkan suatu kata tertulis dengan suatu kata tertulis, 4) Memasangkan suatu huruf awal dan suatu gambar, 5) Memasangkan bentuk-bentuk huruf dengan bunyi huruf. Berikut adalah contoh permainan bahasa untuk mengembangkan kemampuan membaca: a) Permainan kata. b) Membuat barisan. c) Kartu kata.
         Berikut adalah contoh kegiatan permainan menulis adalah a) Pola. b) Menghubungkan titik-titik huruf. c) Permainan baki garam atau pasir. d) Menghubungkan huruf pertama.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini !
1.      Sebutkan permainan apa saja yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak?
2.      Apa yang dimaksud dengan kemampuan “mendengarkan”? Berikan contoh kegiatan permainan mendengarkan di TK?
3.      Apa yang dimaksud dengan kemampuan “berbicara”? Berikan contoh kegiatan permainan berbicara di TK?
4.      Apa yang dimaksud dengan kemampuan “membaca”? Berikan contoh kegiatan permainan membaca di TK?
5.      Apa yang dimaksud dengan kemampuan “menulis”? Berikan contoh kegiatan permainan menulis di TK?











 
                                   













DAFTAR PUSTAKA

Biggs,J & Telfer, R. 1981. The Process of Learning. Sydney: Prentice-Hall.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts: Exploring Connection. Boston: Allyn and bacon.
Dhieni, Nurdiana,dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa.Jakarta: Unifersitas Terbuka.
Ellis, Arthur dkk. 1989. Elementary Language Arrts. New Jersey: Prentice Hall.
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Miller, M.S. 1981. Bringing Learning Home. New York: Happer & Row Publisher.
Pane, Eli Tohonan Tua. (2009) “Implementasi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini.” Tersedia pada: http://www..bpplsp-reg-1.go.id/buletin/. Diakses pada tanggal 5 Juni 2011.














                

BAB  V
METODE PENGEMBANGAN  BAHASA
MELALUI KEGIATAN BERCERITA

A.      TUJUAN
                 Buku ajar pencapaian perkembangan bahasa AUD ini ditujukan untuk pendidik PAUD agar dapat
         a.    Menjelaskan pengertian metode bercerita.
         b.    Menjelaskan tujuan metode bercerita.
         c.    Menjelaskan kebaikan metode bercerita.
         d.    Menjelaskan kelemahan metode bercerita.
         e.    Mampu menyebutkan berbagai macam metode dan teknik dalam  mengembangkan kemampuan berbahasa.

B.     PENGERTIAN METODE BERCERITA
                 Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti ”yang dilalui” dan hodos yang berarti ”jalan”, yakni jalan yang harus dilalui. Jadi secara harfiah metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.(Poerwakatja, 1982: 56). Sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan method yang mengandung makna metode dalam bahasa Indonesia.(Wojowasito, 1980:113). Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan tharÄ«qah yang berarti jalan atau cara.(Louwis, t.t.: 465). Demikian pula menurut Yunus, tharÄ«qah adalah perjalanan hidup, hal, mazhab dan metode.(Munawwir, 1997: 849).
                 Secara terminologi, para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, di antaranya pengertian yang dikemukakan (Surakhmad 1998: 96), bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
                 Metode pembelajaran adalah sebuah konsep cara yang digunakan oleh guru untuk mengelola pembelajaran agar materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik terhadap anak didik  sesuai dengan tujuan yang dinginkan. Teknik pembelajaran adalah aplikasi atau penerapan dari sebuah metode.
                 Metode dan teknik pembelajaran sangat berkaitan erat karena sebuah metode pembelajaran tidak akan berhasil tanpa menggunakan teknik.
                 Yang dimaksud dengan metode bercerita adalah cara mengajar dalam bentuk menuturkan/menyampaikan cerita atau memberikan penerangan secara lisan.

C.     Tujuan
         Tujuan dari metode bercerita adalah :
         a.    Melatih daya tangkap dan daya konsentrai anak didik
         b.    Melatih daya pikir dan fantasi anak
         c.    Megembangkan kemampuan berbahasa dan menambah pembendaharaan kata kepada anak didik.
         d.    Menciptakan suasana senang di kelas

D.     Kebaikan Metode Bercerita
         Kebaikan dan kelebihan dari metode bercerita adalah:
         a.    Dapat membangkitkan minat anak
         b.    Menumbuhkan sikap perilaku yang positif pada anak
         c.    Menanamkan nilai-nilai moral
         d.    Menumbuhkan imajinasi anak
         e.    Melatih pendengaran anak
         f.     Mengenadalikan emosi
         g.    Memperkaya kosa kata
         h.    Mengembangkan daya pikir
         i.     Menumbuhkan rasa cinta tanah air

E.      Kelemahan Metode Bercerita
         Metode bercerita juga mempunyai kelemahan, antara lain:
         1.    Dapat membuat anak pasif
         2.    Apabila alat peraga tidak menarik anak kurang aktif
         3.    Anak belum tahu dapat mengulang cerita kembali
         4.    Waktu cerita berlangsung anak yang mengemukakan pendapatnya sehingga dapat mengganggu jalannya cerita.
                 Pembelajaran dengan menggunakan metode berceritaakan menghasilkan mutu yang baik apabila cara menguasai teknik-teknik bercerita. Berikut beberapa teknik dalam bercerita.

F.      Teknik Bercerita Tanpa Alat Peraga
         Langkah-langkah pelaksanaan
         a.    Guru mengatur organisasi kelas (Posisi tempat duduk anak)
         b.    Guru merangsang anak agar mau mendengarkan dan memperhatikan isi cerita
         c.    Guru mulai bercerita, (cerita sederhana) dengan terlebih dahulu menyebutkan judul certa
         d.    Setelah selesai bercerita, guru memberikan tugas pada anak-anak, untuk menceritakan kembali isi cerita tersebut secara bergantian
         e.    Guru memberikan pujian pada anak yang sudah bisa dan memberikan motovasi kepada anak yang belum bisa.
                       
                  Pengembangan kemampuan berbahasa dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik, antara lain: (1) bercerita dengan alat peraga langsung; (2) bercerita dengan boneka tangan; (3) bercerita dengan papan flannel; (4) mengurutkan dan menceritakan gambar seri; (5) dramatisasi/bermain peran; (6) bercerita dengan kartu gambar; (7) bermain tebak cerita; (8) bercerita dengan wayang (9) mengenal simbol-simbol huruf; (10) membuat coretan yang bermakna; (11) meniru huruf; (12) menulis nama sendiri; (13) membaca nama sendiri.


G.     BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA LANGSUNG
         1. Tingkat pencampaian perkembangan
               a.   Memahami cerita yang dibacakan.
               b.   Mengenal pembendaharaan kata mengenai kata sifat nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dan sebagainya.
               c.   Menceritakan kembali cerita/dongeng yang perna didengar.
               d.   Mengenal suara-suara hewan/benda yang ada disekitarnya.
         2. Indikator
               Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut.
         3. Metode
               Bercerita dan pemberian tugas.
         4. Tujuan Pembelajaran
a.    Dapat melatih kemampuan mendengar dan berbicara.
b.    Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa.
c.    Dapat menceritakan gambar.
d.    Dapat menambah kosa kata anak.
e.    Dapat memahami kata dan kalimat sederhana.
         5. Judul Cerita : Kelinci Hitam dan Anak Tikus
         6. Alat Peraga :  Buku cerita kelinci hitam dan anak tikus
             Naskah cerita










                                               
                                        Kelinci Hitam dan Anak Tikus
            Kelinci hitam ingin ke rumah kiki seekor anak ayam. Si hitam minta izin pada induknya. Boleh kamu main, tapi jangan nakal dan hati-hati dijalan, kata induk kelinci. Si hitam senang sekali, ia berjalan sambil bernyanyi-nyanyi.
            Di jalan si hitam bertemu kiki.Kiki saya mau ke rumahmu kata hitam. Ayo kiki juga mau pulang. Kiki dan hitam jalan bersama-sama mereka senang sekali.
            Tiba-tiba hitam dan kiki mendengar suara cit, cit, cit …. Kiki dan hitam mencari suara itu. Hitam dan kiki melihat tikus kecil terjepit batu. Oh, ternyata si kuskus kata kiki. Kuskus kesakitan minta tolong.
            Kiki ayo kita tolong, kata hitam. Hitam dan kiki mendorong batu itu sedikit demi sedikit sampai batu itu dapat digeser.
            Kuskus tidak dapat berjalan karena kakinya luka. Kemudian kiki mengambil daun besar. Si hitam menarik kuskus ke atas daun. Kiki ayo kita tarik, kata hitam. Hitam dan kiki mengantar kuskus pulang ke rumahnya.
            Kuskus kena apa kamu, tanya induk tikus. Kuskus terjepit, batu kata kiki. Hitam dan kiki yang menolong aku tadi, kata kuskus. Terimah kasih kiki, terima kasih hitam, kata induk tikus.
            Kemudian hitam dan kiki pulang. Hitam tidak jadi ke rumah kiki. Hitam dan kiki pulang kerumah masing-masing. Sampai dirumah hitam cerita pada induknya. Induknya bangga, hitam dapat berbuat baik.

         7. Langkah-Langkah Kegiatan
a.    Anak-anak dan guru mencari tempat yang nyaman di luar kelas, bisa   juga disesuaikan dengan kondisi lingkungan masing-masing untuk kegiatan bercerita.
b.    Guru menunjukkan alat peraga berupa buku cerita yang besar dan menarik anak.
c.    Guru memberikan kesempatan pada anak untuk menyebutkan judul cerita.
d.    Guru  mulai bercerita dengan intonasi suara yang berbeda sehingga tercipta suasana cerita yang menyenangkan.
e.    Tanya jawab tentang cerita yang sudah diceritakan oleh gurudengan menggunakan pola kata tanya apa, mengapa, kapan, siapa, di mana dan bagai mana. Agar anak berani mengungkapkan imajinasinya.
f.     Anak menceritakan kembali cerita yang sudah didengar sesuai dengan imajinasinya.  

H.     BERCERITA DENGAN BONEKA TANGAN
         1. Tingkat Pencampaian Perkembangan
                 a.    Memahami cerita yang dibacakan.
                 b.    Menceritakan kembali cerita/dongeng yang perna didengar
                        c.    Mengenal perbedaan kata mengenai kata sifat baik hati, sayang,sedih, senang, lesu dan murung.
                 d.    Mengenal suara hewan/benda yang ada disekitarnya.
                 e.    Menjawab pertanyaan sederhana.
                 f.     Mengenal symbol-simbol benda yang ada disekitar anak.
                 g.    Mengutarakan pendapat kepada orang lain.
                 h.    Menyebutkan kata-kata yang didengar.

         2.    Indikator
                 Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana.

         3.    Metode
                 Bercerita, bercakap-cakap dan pemberian tugas.

         4.    Tujuan Pembelajaran
a.      Dapat mengembangkan imajinasi anak.
b.      Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa.
c.      Dapat menceritakan kembali cerita dari guru dengan kalimat sederhana.
d.      Dapat menambah kosa kata anak.
e.      Dapat melatih pendengaran dan daya ingat anak.

         5.    Alat Peraga: Boneka tangan yang disesuai dengan naska cerita.











6.    Langkah-Langkah Kegiatan
a.      Guru menyebutkan judul cerita.
b.      Guru memperkenalkan/memainkan boneka tangan secara bergantian, dengan intonasi suara sesuai perannya.
c.      Tanya jawab tentang cerita yang sudah digeritakan oleh guru dengan menggunakan pola kata Tanya apa, mengapa, kapan, siapa, di mana dan bagai mana.
d.      Anak menyebutkan kata-kata yang dikenal.
e.      Anak menceritakan kembali cerita yang sudah disimak sesuai dengan imajinasinya.
f.       Anak menyimpulkan isi cerita sesuai dengan bahasanya sendiri.



I. BERCERITA DENGAN PAPAN FLANEL
   1.    Tingkat Pencapaian Perkembangan
a.  Memahami cerita yang dibacakan.
b. Mengenal pembendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit,     baik hati, berani, baik, jelek, dan sebagainya)
b.  Menceritakan kembali cerita/dongeng yang perna didengar.
c.  Mengenal suara hewan/benda yang ada disekitarnya.
d.  Mengulang kalimat sederhana.
e.  Mengenal simbol-simbol gambar dan benda yang ada disekitarnya.
f.   Dapat menceritakan gambar.

   2.   Indikator
Menjawab pertanyaan tentang keterangan atau informasi secara sederhana.

   3.   Metode
         Bercerita, pemberian tugas dan Tanya jawab.

   4.  Tujuan Pembelajaran
         a.  Dapat melatih kemampuan berbahasa
         b.  Dapat menambah kosa kata anak
         c.  Dapat mengembangkan imajinasi anak.
         d.  Dapat melatih kosentrasi pendengaran.

   5.  Alat Peraga
a.       Papan flannel.
b.    Potongan gambar lepas terbuat dari karton yang diberi perekat sesuai tokoh dan gambar yang mendukung cerita, yang terdiri
c.    dari 5-8 gambar.











  





6.  Langkah-Langkah Kegiatan
a.    Guru menunjukkan alat peraga yang telah disiapkan dan anak menyebutkan nama tokoh yang ada dalam isi cerita.
b.    Guru menyebutkan judul cerita.
c.    Sambil bercerita, guru meletakkan potongan-potongan gambar pada papan flannel yang sesuai dengan adegan yang diceritakan.
d.    Selesai bercerita guru menempelkan potongan gambar seluruh toko cerita.
e.    Anak menceritakan kembali cerita yang telah didengar sesuai angkan
f.     Tanya jawab tentang cerita yang sudah diceritakan oleh guru  dengan menggunakan kata tanya apa, mengapa, kapan di mana, siapa dan bagai mana.



J.   MENGURUTKAN DAN MENCERITAKAN GAMBAR SERI
      1. Tingkat Pencapaian Perkembangan
a.   Bercerita tentang gambar yang disediakan
b.   Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri sederhana.
c.   Menceritakan kembali cerita yang telah didengar.
      d.   Mengenal suara hewan/ benda yang ada disekitarnya.

2.  Indikator
           Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri sederhana (3-4 gambar).

3.  Metode
           Demonstrasi, pemberian tugas dan bercerita.

4.   Tujuan Pembelajaran
a.    Dapat mengembangkan kemampuan berbicara.
b.    Dapat mengurutkan gambar seri.
c.    Dapat menceritakan gambar
d.    Dapat memperkaya kosa kata anak.

5. Alat Peraga
           3-4 gambar seri  ukuran 10 cm x 15 cm














     










6.  Langkah-Langkah Kegiatan
a.    Guru memperhatikan gambar seri dan menjelaskan judulnya.
b.    Tanya jawab tentang gambar seri dan menjelaskan tentang cara bermain gambar seri
c.    Anak mengurutkan dan menceritakan empat gambar seri tersebut secara bergantian.
d.    Guru mengamati dan memberikan pujian kepada anak yang sudah mampu dan memberikan motivasi pada anak yang belum mampu.

K. BERCERITA DENGAN KARTU GAMBAR
      1. Tingkat Pencampaian Perkembangan
           a.   Mengerti beberapa perintah secara bersamaan.
           b.   Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap.
           c.   Menyebutkan posisi atau keterangan tempat.
           d.  Bercerita tentang gambar yang disediakan.
      2. Indikator
           Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali cerita secara sederhana.

      3. Metode
           Bercerita, Tanya jawab dan pemberian tugas.

      4. Tujuan Pembelajaran
           a.   Dapat menambah kosa kata anak.
           b.   Dapat melatih kemampuan berbicara anak.
           c.   Dapat mengembangkan imajinasi anak.
           d.   Dapat menyebutkan posisi atau keterangan tempat.

      5. Alat Peraga
           Empat atau lima set kartu gambar dengan judul cerita yang berbeda.
















      6. Langkah-Langkah Kegiatan
           a.   Guru memperlihatkan dan tanya jawab tentang kartu gambar.
           b.   Anak memilih kartu gambar yang diminati.
           c.   Anak member judul cerita.
           d.   Anak bercerita tentang kartu gambar secara bergantian.
           e.   Anak dan guru menarik kesimpulan dari cerita tersebut.

L. DRAMATISASI
      1.  Tingkat Pencapaian Perkembangan
           a.   Memahami aturan dalam suatu permainan.
           b.   Menceritakan kembali cerita yang pernah didengar.
           c.   Mengenal perbedaan kata sifat baik hati, sayang, sedih, senang.
           d.   Berkomunikasih secara lisan.
           e.   Mengenal simbol-simbol gambar dan benda yang ada disekitar anak.

2.  Indikator
            Menceritakan pengalaman atau kejadian secara sederhana dengan urut.

      3.   Metode
            Demonstrasi dan pemberian tugas.

      4.   Tujuan Pembelajaran
            a.   Dapat berkomunikasih dengan bahasa yang sederhana.
            b.   Dapat mengembangkan kosa kata anak.
             c.   Dapat mengembangkan imajinasi anak.
             d.   Dapat berbicara lancar secara lisan dengan lafal yang benar.

      5.   Alat Peraga
            Buku cerita.
            Pakaian dan alat yang diperlukan sesuai dengan peran.
      6.   Langkah-Langkah Kegiatan
a.    Guru mempersiapkan alat peraga yang diperlukan.
b.    Guru menjelaskan cerita yang akan didramatisasikan (cerita yang sudah dikenal anak.
c.    Anak memilih peran sesuai dengan minatnya.
d.    Anak melaksanakan dramatisasi sesuai perannya.
e.    Guru membagikan pakaian/alat yang sesuai dengan peran yang akan dimainkan.
f.     Anak bermain drama sesuai cerita yang pernah didengar sesuai bahasa anak.
g.    Guru memberikan penghargaan kepada anak, berupa pujian atau pemberian tanda bintang.

M. BERCERITA DENGAN GAMBAR
      1. Tingkat Pencapaian Perkembangan 
a.    Mengulang kalimat sederhana.
b.    Menjawab pertanyaan sederhana.
c.    Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, buruk, senang,   nakal pelit,berani)
d.    Mengungkapkan pendapat kepada orang lain.
e.    Menceritakan kembali cerita yang pernah didengar.
f.     Menyebutkan kata-kata yang dikenal.

      2.   Indikator
            Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri.

      3.   Metode
            Bercerita dan pemberian tugas.

      3.   Tujuan Pembelajaran
a.    Dapat melatih daya ingat anak.
b.    Dapat menambah kosa kata anak.
c.    Dapat melatih kemampuan berbicara anak.
d.    Dapat mengembangkan imajinasi anak.
     
4.   Alat Peraga
Buku cerita bergambar.















     
5.   Langkah-Langkah Kegiatan
1.    Guru memperlihatkan gambar pada sampul sambil memperlihatkan judul cerita.
2.    Guru membacakan cerita, setiap halaman dengan intonasi suara, irama yang menarik dan ucapan yang jelas.
3.    Setelah membacakan cerita, guru memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan kembali isi cerita secara bergantian.
4.    Bagi anak yang sudah mampu diberi pujian dan bagi anak yang belum mampu diberi motivasi atau dorongan.
N. BERCERITA DENGAN WAYANG
      1.   Tingkat Pencapaian Perkembangan
            a.   Menyebutkan kata-kata yang dikenal.
            b.   Mengungkapkan pendapat kepada orang lain.
            c.   Menceritakan kembali cerita yang perna didengar.
            d.   Mengenal suara hewan atau benda yang ada disekitar.

      2.   Indikator
      Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana.

      3.   Metode
            Bercerita, pemberian tugas dan tanya jawab.

      4. `Tujuan Pembelajaran
a.    Dapat melatih kemampuan berbicara anak.
b.    Dapat menambah kosa kata anak.
c.    Dapat mengembangkan imajinasi anak.
d.    Dapat melatih kemampuan berbahasa.

      5.   Alat Peraga
            Wayang dari kardus atau boneka.








     

6.   Langkah-Langkah Kegiatan
a.    Guru memperkenalkan tokoh wayang yang akan dimainkan.
b.    Guru menjelaskan cara-cara bermain wayang.
c.    Anak bermain wayang dengan bahasa yang sesuai dengan  kemampuan anak.
d.    Memberikan pujian bagi anak yang mampu dan member motivasi pada anak yang belum mampu.

O.   PERMAINAN TEBAK CERITA
      1.   Tingkat Pencapaian  Perkembangan
a.    Menyimak perkataan orang lain.
b.    Memahami cerita yang dibacakan.
c.    Menjawab pertanyaan sederhana.
d.    Mengutarakan pendapat kepada orang lain.
e.    Dapat menceritakan gambar.

      2.   Indikator
 Menunjukkan dan menyebutkan gerakan-gerakan, misalnya duduk,   jongkok, berlari, melompat, menangis, tertawa, senang, sedih, dan lain-lain.

      3.   Metode
           Demonstrasi dan Tanya jawab.

      4.   Tujuan Pembelajaran
a.      Mengembangkan visual anak.
b.      Menambah kosa kata anak.
c.      Melatih kebersamaan menyampaikan pendapat.
d.      Menggembirakan anak.
e.      Dapat membedakan gerakan.


      5.   Alat Peraga
            a.  Gambar atau benda tiruan model bermacam-macam binatang.
            b.  Pertanyaan berbentuk cerita “Binatang berkaki empat” seperti:
·      Aku adalah seekor binatang. Badanku besar, hidungku panjang,   makananku daun-daunan, siapakah aku?
·      Aku adalah seekor binatang. Telingahku panjang, kalau berjalan melompat-lompat, makananku wortel, siapakah aku?








      6.   Langkah-langkah Kegiatan
a.    Guru menyebutkan ciri-ciri binatang yang akan ditebak anak.
b.    Anak menebak nama binatang tersebut.
c.    Guru bercerita dengan menggunakan intonasi yang menarik dan bervariasi.
d.    Setelah ditebak oleh anak, guru memperlihatkan gambar binatang atau tiruan.

RANGKUMAN
                  Yang dimaksud dengan metode bercerita adalah cara mengajar dalam bentuk menuturkan/menyampaikan cerita atau memberikan penerangan secara lisan.
Tujuan dari metode bercerita adalah :
e.    Melatih daya tangkap dan daya konsentrai anak didik
f.     Melatih daya pikir dan fantasi anak
g.    Megembangkan kemampuan berbahasa dan menambah
      pembendaharaan kata kepada anak didik.
h.    Menciptakan suasana senang di kelas
Kebaikan dan kelebihan dari metode bercerita adalah:
j.      Dapat membangkitkan minat anak
k.    Menumbuhkan sikap perilaku yang positif pada anak
l.      Menanamkan nilai-nilai moral
m.   Menumbuhkan imajinasi anak
n.    Melatih pendengaran anak
o.    Mengenadalikan emosi
p.    Memperkaya kosa kata
q.    Mengembangkan daya pikir
r.     Menumbuhkan rasa cinta tanah air
Metode bercerita juga mempunyai kelemahan, antara lain:
5.    Dapat membuat anak pasif
6.    Apabila alat peraga tidak menarik anak kurang aktif
7.    Anak belum tahu dapat mengulang cerita kembali
8.    Waktu cerita berlangsung anak yang mengemukakan pendapatnya sehingga dapat mengganggu jalannya cerita.
Pengembangan kemampuan berbahasa dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik, antara lain: (1) bercerita dengan alat peraga langsung; (2) bercerita dengan boneka tangan; (3) bercerita dengan papan flannel; (4) mengurutkan dan menceritakan gambar seri; (5) dramatisasi/bermain peran; (6) bercerita dengan kartu gambar; (7) bermain tebak cerita; (8) bercerita dengan wayang (9) mengenal simbol-simbol huruf; (10) membuat coretan yang bermakna; (11) meniru huruf; (12) menulis nama sendiri; (13) membaca nama.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini !
1.    Jelaskan pengertian metode bercerita untuk anak usia dini?
2.    Sebutkan dan jelaskan tentang tujuan metode bercerita?
3.    Sebutkan kebaikan dalam metode bercerita?
4.    Sebutkan kelemahan dalam metode bercerita?
5.    Jelaskan metode dan teknik apa saja yang digunakan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa?


















                                                DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia, 2005
Kemendiknas Dirjen Pendas dan TK, 2010, Kumpulan Pedoman Pembelajaran,Jakarta
Biggs,J & Telfer, R. 1981. The Process of Learning. Sydney: Prentice-Hall.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts:Exploring Connections ll. Boston:
Allyn and Bacon.
Bowler, P. & Linke, P. 1996. Your Child from One to Ten II. Victoria: Impac Printing Pty Ltd.
Crawley, J.Sharon & Lee H Muontain. 1988. Strategis For Guiding Content Reading. Boston, Massachussent: Allyin and Bacon,Inc.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007, pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di TK,Jakarta.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Giel. 2010. Makalah Perkembangan Bahasa Anak. http://edichugiel.blogspot.com/2010/01/makalah-perkembangan-bahasa-anak.html
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud
Kemendiknas Dirjen Pendas dan TK, 2010, Kumpulan Pedoman Pembelajaran,Jakarta
Mutiah Diana, 2010, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Indonesia
Patmonodewo Soemiarti, 2003, Pendidikan Anak Prasekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Indonesia
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, 2011,Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,Jakarta.
Vygotsky, L. 1986. Thought and Language. Massachussetts : The MIT Pres

Whandi, 2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini.


Giel. 2010. Makalah Perkembangan Bahasa Anak. http://edichugiel.blogspot.com/2010/01/makalah-perkembangan-bahasa-anak.html
Bromley, K.D. 1992. Language Arts : Exploring Connections II. Boston : Allyn and Bacon.
Crawley, J.Sharon & Lee H Muontain. 1988. Strategis For Guiding Content Reading. Boston, Massachussent: Allyin and Bacon,Inc.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.
Dworetzky, Johan. P. 1990. Introduction to Child Development. St. Paul: West Publishing Company.
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud
Tarigan, H.G. 1986. Prinsip -prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.
Vygotsky, L. 1986. Thought and Language. Massachussetts : The MIT Pres

Bowler, P. & Linke, P. 1996. Your Child from One to Ten II. Victoria: Impac Printing Pty Ltd.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts:Exploring Connections ll. Boston:
Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ellis, Arthur, dkk. 1989.Elementary Language Arts. New Jersey: Prentice Hall
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud.
Poerwordaminto, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Suparno, Muhamad Yusuf. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
Biggs,J & Telfer, R. 1981. The Process of Learning. Sydney: Prentice-Hall.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts: Exploring Connection. Boston: Allyn and bacon.
Dhieni, Nurdiana,dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa.Jakarta: Unifersitas Terbuka.
Ellis, Arthur dkk. 1989. Elementary Language Arrts. New Jersey: Prentice Hall.
Haryadi & Zamzani. 1996. Peningkatan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Miller, M.S. 1981. Bringing Learning Home. New York: Happer & Row Publisher.
Pane, Eli Tohonan Tua. (2009) “Implementasi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini.” Tersedia pada: http://www..bpplsp-reg-1.go.id/buletin/. Diakses pada tanggal 5 Juni 2011.
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia, 2005
Kemendiknas Dirjen Pendas dan TK, 2010, Kumpulan Pedoman Pembelajaran,Jakarta
Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta : Kalam mulia, 2009
http/:metode-pendidikan-dengan-bercerita.www.com.red
http/:metode-pendidikan.www.co.co.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH RAJA KARANGASEM

CONTOH PROPOSAL PENGAJUAN PROGRAM TAHUN 2019 (PKBM AMERTHA YULIA GANESHA)

GATRA ARTIS BALI : TISON KEMBALI DENGAN JAJE SUMPING